Zero to Hero Part. 2

Wednesday, October 17, 2012






Z to H: Curious
---
~Adam POV~

Cih, lama-lama emosi gue bener-bener gak bisa ditahan kalau terus menerus berada diruangan ini. Pak Julian juga... Gak perlu repot-repot ngebela kita walaupun dia tau kejadian yang sebenarnya. Percuma, mau kita benar atau nggak... Tetap saja yang namanya IPS itu gak pernah bisa dianggap disekolahan ini.

Kasihan sekali Gion difitnah sepeti ini. Kalau aja gue udah gak inget apa itu artinya 'Tata Krama', udah gue maki-maki tuh dua anak sialan sekarang juga.

"Adam, apa benar kamu hanya mau melindungi Giovani?" tanya pak Ari yang menatapku dengan tatapan yang lembut. Urgh, heran gue... Padahal pak Ari segini baiknya, tapi kenapa nasibnya sial ya punya anak didik kayak mereka berdua!?

"Ya, saya hanya kesal dengan mereka yang mau memukul sahabat saya ini," jawab gue yang dengan santainya merangkul bahunya Gion. Pak Ari menatap Pak Julian lekat-lekat, sedangkan Pak Julian memandang kearah lain dan sesekali menggaruk belakang lehernya yang aku tebak kalau dia lagi grogi.

"Tapi kekerasan adalah kekerasan. Kamu tahu sendiri kan, Adam? Bahwa kekerasan sangat tidak diperbolehkan di sekolah ini. Kamu tau kan konsukuensinya?" tanya si guru BP itu. Hah, apa gue bilang? Percuma deh mau ngebela-belain gimana juga, toh, akhirnya juga anak IPA yang selalu menang!

"Ini... Ini gak ada hubungannya sama Adam, bu," kulebarkan kedua mataku karena mendengarkan suara seseorang yang berada disampingku. "Adam gak salah, akulah yang salah bu. Saya bertanggung jawab atas kesalahan ini," ucap Gion dengan tegasnya. Membuat semua orang yang berada diruangan itu terdiam sejenak.

"Terus... AKHHHH!?" belum sempat mendengar Gion berbicara lagi, tiba-tiba kita semua kaget mendengar teriakannya.

"Yaampun, yaampun, yaampun! Ibu, ini bunga udah berapa lama gak disiram!?" tanpa menghiraukan kondisi dan suasana, Gion langsung berlari kecil kesebuah meja yang diatasnya terdapat kumpulan bunga di vas bunga. Bunga itu sepertinya sudah mulai layu...

"Er... I-itu, sekitar seminggu... Mungkin?" jawab guru BP tadi dengan sangat bingung.

"APA!?" teriak Gion ala-ala pesinetron yang lagi ada adegan kaget. "Seminggu!? Ibu, ibu ini gimana sih... Bunga itu mesti disiram minimal satu hari sekali. Dan gak boleh ditempatkan ditempat yang gelap seperti ini! Tarolah bunga ini di dekat jendela, biar kena sinar matahari bu, lalu..." aku beserta yang lainnya hanya terdiam melihat Gion yang sedang asik ceramah sambil merawat bunga yang mau layu itu. Melihatnya yang sedak asik sendiri kayak sekarang ini, entah kenapa hal itu bener-bener bikin gue senyam-senyum sendiri. Lucu banget kalau dia udah panik kayak gitu, gemes rasanya.

Setelah dia sudah selesai ceramah dan selesai mengurus bunga tadi, ia baru sadar kalau kita semua sedang memperhatikannya.

"Err... Erm, sepertinya aku harus kembali duduk lagi, hehe... Maaf, maaf," ucapnya sembari berjalan miring dan kembali duduk disebelah gue. Lalu ia membenamkan wajahnya dilengan sebelah kiri gue, hahaha, pasti dia malu banget deh. Gue acak-acakin aja rambutnya untuk menyalurkan rasa gemasku itu.

"Oke, sudah clear masalahnya," ucap pak Ari yang sambil tersenyum. "Dion, Gilang... Coba kalian minta maaf pada Adam, dan Giovani!" perintah Pak Ari dengan suara yang lembut tapinya tegas.

"Tapi pak..." ucap Dion yang nggak rela. Sedangkan Pak Ari hanya menatap Dion tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.

"Shit..." desis Gilang sangat pelan dan mulai menatapku dengan kesal.

"Sorry," ucap mereka berdua dengan singkat.

"Yang sopan dong..." pinta Pak Ari.

"Kami minta maaf ya, Giovani, Adam!" gue cuman bisa tersenyum puas melihat mereka yang meminta maaf ke gue sama Gion. Hmm... Tumben banget kali ini IPS bisa menang, atau mungkin Pak Ari yang terlalu baik kali ya?

"Saya juga minta maaf sama Pak Julian ya, maafkan atas perlakuan kedua murid didik saya," ucap Pak Ari yang menunduk minta maaf sama Pak Julian.

"E-eh? Nggak apa kok 'Njel, er... Maksud saya, nggak apa-apa kok Pak Angel, santai saja, hehe," wew, kenapa Pak Julian grogi ya? Perasaan tadi dengan Pedenya dia masuk sini, tapi setelah ada Pak Ari, dia jadi salting kayak gitu. Jangan-jangan........ Argh, perduli baget dah ngurusin masalah orang!

"Yaudah, untuk selanjutnya serahkan masalahnya pada ibu, Pak Ari, dan Pak Julian. Kalian balik saja ke kelas kalian masing-masing. Dan ingat... Jangan pernah berbuat onar lagi disekolahan ini! Mengerti!?"

"Mengerti buuuuuu!" gue, Gion, Gilang, dan Dion pun segera menginjakkan kaki dari ruangan BP. Gue sama Gion belok ke kiri, Gilang dan Dion belok ke kanan. Terlihat Dion yang sangat kesal sampai mengayunkan kepalan tangannya diudara, dasar bocah... Beraninya gaya-gayaan doang! Sekali sabet juga K.O!

"WOI! Giovani sama Adam udah balik, nih!" teriak si kembar Yoga dan Yogi dari depan pintu. Tak lama setelah kita berdua masuk, semuanya bener-bener heboh... Gue cuman ketawa ketiwi aja ngeliat tingkah laku temen-temen gue yang bener-bener lebay gini. Baru juga sejam dipanggil guru, kok sambutannya kayak gue yang habis keluar dari sel penjara aja.

"Tadi kenapa, Dam? Kok bisa sih lu berdua dipanggil?" tanya si Andreas ke gue. Dan gue jelasin aja semuanya, termasuk kejadian tadi pagi ke anak-anak.

"Hidih... Si Dion ma Gilang cari gara-gara lagi tuh!? Udah, dibikin lalap aje!" ucap si Andreas dengan kesalnya.

"Hahaha, dasar anak jaman sekarang bisanya banyak ngomong aja. Aku yakin, mereka berdua bakal habis dengan cutter kesayanganku ini..." kali ini Aria yang angkat bicara sambil mengeluarkan cutter kesayangannya dari dalam kantong bajunya. Ia memainkan cutter yang bermotif bunga-bunga-love itu sambil tersenyum seram.

"Aria, kamu berlebihan..." protes Rangga. Aria malah senyam-senyum aja.

KRIIING! KRIIING!

Bel sekolah sudah berbunyi, tandanya kita berganti mata pelajaran. Tak lama suasana kelas yang tadinya ramai langsung sepi seketika dan kembali ketempat duduk mereka masing-masing. Gion langsung ambil posisi disebelahnya Rangga, dan gue duduk sama Aria.

Pak Bambang yang mengajar Matematika masuk ke kelas dengan senyuman lebar. Hah, senyuman palsu.

Dua puluh sudah menit berlalu, dan gue masih aja asik ngegambarin sesuatu dibelakang buku gue. Gue paling males sama pelajaran dia, walaupun gue akui kalau metode belajarnya asik. Tapi gue gak suka sama caranya dia...

"Callista!"

"I-iya pak!?"

"Dari tadi kamu ngelamun aja? Mikirin siapa hayoo~?"

"H-hah!? Nggak mikirin siapa-siapa kok, Pak!"

"Yaudah, jawab pertanyaan bapak. 2-10 berapa?"

"Ya... Udah jelas 8 lah pak?"

"Aduh.. Amit-amit deh. Makanya jangan ngelamun terus. Itu pelajaran anak TK aja kamu gak tau. Bapak bingung deh ngajar di IPS, lebih asik di IPA... Yasudah, lanjut ya!"

Ini yang aku gak suka. Terang-terangan dia ngebandingin anak IPA sama IPS. Yaudah sih kalau gak suka ngajar di IPS kenapa mesti mau ngajar disini? Ck, bikin kesal saja. Kita boleh gak sepintar anak IPA. Tapi gue yakin rasa solideritasnya menang IPS!

"Sst, Adam! Nih, dari Giovani!" bisik Aria yang sambil memberikanku secarik kertas.

'Jangan bete gitu dong mukanya >.<'

Aku tertawa kecil melihat tulisannya yang terjejer rapih itu. Dasar, dia tau aja kalau aku lagi bete gini.

'Tenang, gak bete lagi kok. Makasih yah, Gion ^^'

"Apa?" tanya Aria yang menatapku dengan malas.

"Apanya yang apa? Kasihin ke Gion nih!" pintaku padanya.

"Yang pacaran kalian, napa jadi gue yang repot? Dikira gue tukang pos apa..." protes Aria. Hah, biasa deh... Kenapa sih hampir semua orang ngira kalau gue pacaran ma Gion? Gue cuman sayang dia... Cuman sayang sebagai sahabat aja.

"Jyaelaaah, sapa yang pacaran coba? Udah cepet kaa...."

"Wah... Anak muda jaman sekarang, masih surat-suratan juga ya, isinya so sweet..."

DEG! Mampus gue... Surat dari Gion diambil! Sejak kapan tuh guru ada disamping gue!?

"Giovani, Adam... Supaya enak, bapak kasih tempat khusus buat kalian pacaran. Silahkan keluar kelas ya," shit! Guru sial! Kasian Giovani kan kalau dia sampai dihukum...

"Maaf, Pak..." ucap Giovani sembari melangkahkan kakinya keluar kelas. Gak lama, gue juga nyusul ketempatnya.

"Sorry ya, Gi. Gara-gara aku..."

"Gak salah kok kamu. Justru aku senang," gue terpaku mendengar kalimatnya itu. Dan gue pun bertanya dalam hati, kenapa dia harus senang? Keluar kelas itu kan penderitaan...

"Kenapa senang?" tanyaku akhirnya. Dia menatapku sesaat, lalu ia menyunggingkan seutas senyuman pada bibirnya yang tipis itu.

"Kok malah ditanya? Ya jelas karena ada kamu yang nemenin aku," jawabnya yang sambil tertawa kecil.

Tolong jawab gue, gue gak salah denger kan? Dia? Seneng? Kalau ada gue? Perlu beberapa menit untuk bisa mencerna kata-kata dia barusan. I-ini emang hawanya lagi panas atau apa ya? Kok tiba-tiba wajah gue jadi panas gini sih? Gaswat, gue jadi bingung mau bilang apa ke dia. Kenapa gue jadi grogi gini sih!?

"H-hei... Lu berdua yang disana. Kok keluar kelas?" gue langsung mencari sesosok makhluk yang baru bicara tadi. Dan... SHIT! Itu si duo cowok sialan yang tadi!?

"Nama lo Giovani, kan?" ucap salah satu dari mereka. Cih, mau nyari gara-gara apa lagi dia?

"Iya, kamu Dion sama Gilang kan?" hebat. Bisa-bisanya si Gion masih bisa senyum ngebales teguran mereka!

"Iya. Urm... Masalah tadi, kita minta maaf ya Giovani..." oh. Jadi mereka berdua cuman mau minta maaf ke Gion? Bagus. Gue kagak dianggap. Tapi baguslah kalau mereka udah ngerasa salah.

"Lho? Kenapa kalian minta maaf lagi? Tadi kan udah minta maaf, hehe," shit! Mereka gak pantas buat nerima senyuman maut milik Gion!

"Giovani, kamu baik banget sih! Aku jadi merasa bersalah karena tadi bentak-bentak kamu," THE HELL....!? A-apa yang barusan dia bilang? Kesambet apa si Gilang jadi pake aku-kamu ngomongnya!?

"Iya, nggak nyangka kalau kamu baik banget. Ternyata omongannya dia bener," kali ini si Dion yang angkat bicara. Arrgh, kenapa dia jadi aku-kamu juga!?

"Emang dia baik. Gak songong kayak lo berdua!" gak tau kenapa, gue bener-bener kesel ngeliat mereka sok akrab sama Gion.

"Adam, kamu kok gitu sih? Udahlah, mereka udah minta maaf sama kita kan?" KITA!? Mereka cuman mau minta maaf sama kamu, Gion. Aargh, mereka tuh cuman mau cari muka!

Lima belas menit lamanya mereka bertiga asik ngobrol soal tanaman, dan apalah itu istilah-istilah IPA lainnya. Cih, padahal tadinya mereka berdua nggak kayak gini. Kesambet apa sih mereka? Jangan bilang mereka udah kecantol sama pesonanya Gion.

Wait....

Pesonanya? Kok gue seakan-akan nganggep Gion kayak cewek ya? Nggak, nggak. Ini gak bener.

"Eh ya, aku sama Dion pamit dulu ya, bye Giovani," ucap Gilang sambil meluk Gion dengan eratnya. Tunggu... MELUK!? DIA BERANI MELUK GION!?

"Kamu ngapain sih akrab sama mereka?" tanyaku dengan kesal.

"Hm? Memangnya kenapa? Toh, sepertinya mereka orang baik-baik," jawab Gion. Ck, Gion... Seandainya kamu tau kalau aku gak suka sama mereka yang tiba-tiba deketin kamu.

-Skip Time: Istirahat-

Hari ini rasanya gue bener-bener males di sekolah. Udah tadi ada yang cari ribut, dihukum, dan tiba-tiba ada cowok IPA yang deket-deket sama Gion. Aaargh, kenapa gue bisa semarah ini sih!? Dari pada gue marah, mending gua ikut makan bakso si om aja dah sama si Andreas.

"WOOOOI!"

"UHUK...!!?"

Tiba-tiba aja ada satu makhluk gak jelas yang nyempil di antara gue dan Andreas.

"Bego lu, Aria! Gue salah apa sih ama lo!? Udah tadi dimintain tolong gak mau, sekarang lu mau bunuh gue gara-gara keselek!?" protes gue yang gak rela karena satu bakso telah terbuang percuma gara-gara si cowok ngeselin satu ini. Hah, dasar Aria. Dia itu cowok paling menyedihkan yang gue kenal seumur hidup. Ada gejala kalau dia bakal jadi penerus si Rian Penjanggal itu, ckckck. Liat aja tuh kulitnya, hampir semulus tembok kantin yang putih! Emang bener-bener gak ada bulunya sama sekali. Tapi, selain wajahnya yang manis itu... Dia juga paling suka sama hal yang sadis-sadis. Tontonan favouritenya aja The SAW, sama Happy Tree Friends, kompleks banget. Well, gue sih gak curiga ya kalau dia ada kelainan hormon atau gimana, liat aja tuh sekarang... Apa yang sedang dia lakuin sama Andreas?

"Ndre, kamu punya flashdisk nggak?" tanya Aria tiba-tiba ke Andreas sambil menatap lurus kearah Andreas.

"Punya dong, buat apa?" tanya Andreas yang masih tetap tersenyum menatap si bocah tengil tadi.

"Buat transfer cintaku ke kamu," jawab Aria dan disusul oleh suara tawa Andre.

Hah, gak heran gue ngeliat kelakuan dua cowok ini. Si Andre juga... Gue gak akan curiga kalau si Andre ini punya kelainan hormon testosteron kalau sikapnya jantan. Tapi kenyataannya, man, kalau pas lagi olahraga disuruh lari... Dia bener-bener gak bisa diharapkan. Dikit-dikit "hosh, hosh, hosh" dikit-dikit "capek gue..." baru juga satu putaran! Dan gue gak pernah ngeliat tingkah laku Aria ataupun Andreas yang seharusnya berperilaku layaknya seorang cowok, yaitu: ngerokok, nonton BF, atau nggak godain cewek gitu.

Tapi yah, gimana-gimana juga, gue gak bisa ngejauhin mereka. Mau mereka pacaran kek, apa kek, asal mereka gak ngerugiin gue, gue yah asik-asik aja temenan sama mereka.

"Lo berdua lengket banget sih, kagak risih apa kalau lu digossipin pacaran?" tanya gue yang sambil terkekeh pelan. Andreas yang lagi asik blow-job baksonya itu, dia langsung natap ke gua dengan tatapan yang susah gue jabarkan dalam kata-kata.

"Hm? Lo sendiri?" tanya Andre.

"Gue? Gue kenapa?" tanya gue yang saking bingungnya.

"Iya, bukannya lo di gossipin pacaran sama Giovani tercintamu?" tanya Aria yang sedikit meledek.

"Jyaah, biasa aja kali. Dibilang kita nggak pacaran,"

"Yang bener? Gue tadi liat lo sama Giovani dari jendela pas lu dihukum keluar kelas. Lu kok keliatan kesel banget pas ada dua cowok yang lagi ngobrol sama si Giovani?" tanya Andreas menyelidik.

Glek. Kenapa gue jadi tertegun gini?

"Soalnya kan mereka..."

"Mereka anak IPA yang tadi ngusilin si Giovani? Terus lu gak suka kalau dia akrab sama mereka?"

Sambung Aria secara tiba-tiba.

"Gue yakin, lu masih punya alasan lain 'Dam," ucap Aria. Lagi-lagi gue cuman bisa diem dan tertegun.

Setelah gue pikir-pikir lagi, emang bener, sepertinya ada alasan lain... Tapi apa? Oke, tarolah si Aria yang lagi ngobrol akrab sama dua cowok sialan dari planet IPA itu. Gue biasa aja. Tapi pas gue bayangin si Giovani, kenapa rasanya ada yang aneh?

"Eh, gue beli minuman dulu ya?" pamit Andreas.

"Bentar! Gue ikut 'Ndre!" susul Aria membuntuti Andreas.

Teganya mereka...
Ninggalin gue yang tiba-tiba galau dan akhirnya gak jadi menikmati blow-job bakso.

2 comments:

  1. Anonymous said...:

    sumpah cerita ini dari tadi buat a kekeh kekeh aja
    walaupun ada sebagaian cerita serasa a slit untuk kusambung2kan. tapi a kekeh diabuat tulisan kayak gitu. asik dibaca

  1. vaileasterly said...:

    Slots & Table Games - Dr.MCD
    Discover 과천 출장마사지 the 경상북도 출장안마 best online slots, table 아산 출장안마 games and slots in HD. Discover the games you love and 제주도 출장마사지 how you rate 양산 출장샵 them. Casino Slots.

Post a Comment