Z to H: Curious
---
 ~Adam POV~ 
Cih, lama-lama emosi gue bener-bener gak bisa ditahan kalau terus  
menerus berada diruangan ini. Pak Julian juga... Gak perlu repot-repot  
ngebela kita walaupun dia tau kejadian yang sebenarnya. Percuma, mau  
kita benar atau nggak... Tetap saja yang namanya IPS itu gak pernah bisa
  dianggap disekolahan ini.
Kasihan sekali Gion difitnah sepeti ini. Kalau aja gue udah gak inget
  apa itu artinya 'Tata Krama', udah gue maki-maki tuh dua anak sialan  
sekarang juga.
"Adam, apa benar kamu hanya mau melindungi Giovani?" tanya pak Ari 
yang  menatapku dengan tatapan yang lembut. Urgh, heran gue... Padahal 
pak Ari  segini baiknya, tapi kenapa nasibnya sial ya punya anak didik 
kayak  mereka berdua!?
"Ya, saya hanya kesal dengan mereka yang mau memukul sahabat saya 
ini,"  jawab gue yang dengan santainya merangkul bahunya Gion. Pak Ari 
menatap  Pak Julian lekat-lekat, sedangkan Pak Julian memandang kearah 
lain dan  sesekali menggaruk belakang lehernya yang aku tebak kalau dia 
lagi  grogi.
"Tapi kekerasan adalah kekerasan. Kamu tahu sendiri kan, Adam? Bahwa 
 kekerasan sangat tidak diperbolehkan di sekolah ini. Kamu tau kan  
konsukuensinya?" tanya si guru BP itu. Hah, apa gue bilang? Percuma deh 
 mau ngebela-belain gimana juga, toh, akhirnya juga anak IPA yang selalu
  menang!
"Ini... Ini gak ada hubungannya sama Adam, bu," kulebarkan kedua 
mataku  karena mendengarkan suara seseorang yang berada disampingku. 
"Adam gak  salah, akulah yang salah bu. Saya bertanggung jawab atas 
kesalahan ini,"  ucap Gion dengan tegasnya. Membuat semua orang yang 
berada diruangan  itu terdiam sejenak.
"Terus... AKHHHH!?" belum sempat mendengar Gion berbicara lagi, tiba-tiba kita semua kaget mendengar teriakannya.
"Yaampun, yaampun, yaampun! Ibu, ini bunga udah berapa lama gak  
disiram!?" tanpa menghiraukan kondisi dan suasana, Gion langsung berlari
  kecil kesebuah meja yang diatasnya terdapat kumpulan bunga di vas  
bunga. Bunga itu sepertinya sudah mulai layu...
"Er... I-itu, sekitar seminggu... Mungkin?" jawab guru BP tadi dengan sangat bingung.
"APA!?" teriak Gion ala-ala pesinetron yang lagi ada adegan kaget.  
"Seminggu!? Ibu, ibu ini gimana sih... Bunga itu mesti disiram minimal  
satu hari sekali. Dan gak boleh ditempatkan ditempat yang gelap seperti 
 ini! Tarolah bunga ini di dekat jendela, biar kena sinar matahari bu,  
lalu..." aku beserta yang lainnya hanya terdiam melihat Gion yang sedang
  asik ceramah sambil merawat bunga yang mau layu itu. Melihatnya yang  
sedak asik sendiri kayak sekarang ini, entah kenapa hal itu bener-bener 
 bikin gue senyam-senyum sendiri. Lucu banget kalau dia udah panik kayak
  gitu, gemes rasanya.
Setelah dia sudah selesai ceramah dan selesai mengurus bunga tadi, ia baru sadar kalau kita semua sedang memperhatikannya.
"Err... Erm, sepertinya aku harus kembali duduk lagi, hehe... Maaf,  
maaf," ucapnya sembari berjalan miring dan kembali duduk disebelah gue. 
 Lalu ia membenamkan wajahnya dilengan sebelah kiri gue, hahaha, pasti  
dia malu banget deh. Gue acak-acakin aja rambutnya untuk menyalurkan  
rasa gemasku itu.
"Oke, sudah clear masalahnya," ucap pak Ari yang sambil tersenyum.  
"Dion, Gilang... Coba kalian minta maaf pada Adam, dan Giovani!"  
perintah Pak Ari dengan suara yang lembut tapinya tegas.
"Tapi pak..." ucap Dion yang nggak rela. Sedangkan Pak Ari hanya menatap Dion tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.
"Shit..." desis Gilang sangat pelan dan mulai menatapku dengan kesal.
"Sorry," ucap mereka berdua dengan singkat.
"Yang sopan dong..." pinta Pak Ari.
"Kami minta maaf ya, Giovani, Adam!" gue cuman bisa tersenyum puas  
melihat mereka yang meminta maaf ke gue sama Gion. Hmm... Tumben banget 
 kali ini IPS bisa menang, atau mungkin Pak Ari yang terlalu baik kali  
ya?
"Saya juga minta maaf sama Pak Julian ya, maafkan atas perlakuan 
kedua  murid didik saya," ucap Pak Ari yang menunduk minta maaf sama Pak
  Julian.
"E-eh? Nggak apa kok 'Njel, er... Maksud saya, nggak apa-apa kok Pak 
 Angel, santai saja, hehe," wew, kenapa Pak Julian grogi ya? Perasaan  
tadi dengan Pedenya dia masuk sini, tapi setelah ada Pak Ari, dia jadi  
salting kayak gitu. Jangan-jangan........ Argh, perduli baget dah  
ngurusin masalah orang!
"Yaudah, untuk selanjutnya serahkan masalahnya pada ibu, Pak Ari, dan
  Pak Julian. Kalian balik saja ke kelas kalian masing-masing. Dan  
ingat... Jangan pernah berbuat onar lagi disekolahan ini! Mengerti!?"
"Mengerti buuuuuu!" gue, Gion, Gilang, dan Dion pun segera 
menginjakkan  kaki dari ruangan BP. Gue sama Gion belok ke kiri, Gilang 
dan Dion belok  ke kanan. Terlihat Dion yang sangat kesal sampai 
mengayunkan kepalan  tangannya diudara, dasar bocah... Beraninya 
gaya-gayaan doang! Sekali  sabet juga K.O!
"WOI! Giovani sama Adam udah balik, nih!" teriak si kembar Yoga dan 
Yogi  dari depan pintu. Tak lama setelah kita berdua masuk, semuanya  
bener-bener heboh... Gue cuman ketawa ketiwi aja ngeliat tingkah laku  
temen-temen gue yang bener-bener lebay gini. Baru juga sejam dipanggil  
guru, kok sambutannya kayak gue yang habis keluar dari sel penjara aja.
"Tadi kenapa, Dam? Kok bisa sih lu berdua dipanggil?" tanya si 
Andreas  ke gue. Dan gue jelasin aja semuanya, termasuk kejadian tadi 
pagi ke  anak-anak.
"Hidih... Si Dion ma Gilang cari gara-gara lagi tuh!? Udah, dibikin lalap aje!" ucap si Andreas dengan kesalnya.
"Hahaha, dasar anak jaman sekarang bisanya banyak ngomong aja. Aku  
yakin, mereka berdua bakal habis dengan cutter kesayanganku ini..." kali
  ini Aria yang angkat bicara sambil mengeluarkan cutter kesayangannya  
dari dalam kantong bajunya. Ia memainkan cutter yang bermotif  
bunga-bunga-love itu sambil tersenyum seram.
"Aria, kamu berlebihan..." protes Rangga. Aria malah senyam-senyum aja.
 KRIIING! KRIIING! 
Bel sekolah sudah berbunyi, tandanya kita berganti mata pelajaran. 
Tak  lama suasana kelas yang tadinya ramai langsung sepi seketika dan 
kembali  ketempat duduk mereka masing-masing. Gion langsung ambil posisi
  disebelahnya Rangga, dan gue duduk sama Aria.
Pak Bambang yang mengajar Matematika masuk ke kelas dengan senyuman lebar. Hah, senyuman palsu.
Dua puluh sudah menit berlalu, dan gue masih aja asik ngegambarin  
sesuatu dibelakang buku gue. Gue paling males sama pelajaran dia,  
walaupun gue akui kalau metode belajarnya asik. Tapi gue gak suka sama  
caranya dia...
"Callista!"
"I-iya pak!?"
"Dari tadi kamu ngelamun aja? Mikirin siapa hayoo~?"
"H-hah!? Nggak mikirin siapa-siapa kok, Pak!"
"Yaudah, jawab pertanyaan bapak. 2-10 berapa?"
"Ya... Udah jelas 8 lah pak?"
"Aduh.. Amit-amit deh. Makanya jangan ngelamun terus. Itu pelajaran 
anak  TK aja kamu gak tau. Bapak bingung deh ngajar di IPS, lebih asik 
di  IPA... Yasudah, lanjut ya!"
Ini yang aku gak suka. Terang-terangan dia ngebandingin anak IPA sama
  IPS. Yaudah sih kalau gak suka ngajar di IPS kenapa mesti mau ngajar  
disini? Ck, bikin kesal saja. Kita boleh gak sepintar anak IPA. Tapi gue
  yakin rasa solideritasnya menang IPS!
"Sst, Adam! Nih, dari Giovani!" bisik Aria yang sambil memberikanku secarik kertas.
 'Jangan bete gitu dong mukanya >.<' 
Aku tertawa kecil melihat tulisannya yang terjejer rapih itu. Dasar, dia tau aja kalau aku lagi bete gini.
 'Tenang, gak bete lagi kok. Makasih yah, Gion ^^' 
"Apa?" tanya Aria yang menatapku dengan malas.
"Apanya yang apa? Kasihin ke Gion nih!" pintaku padanya.
"Yang pacaran kalian, napa jadi gue yang repot? Dikira gue tukang pos
  apa..." protes Aria. Hah, biasa deh... Kenapa sih hampir semua orang  
ngira kalau gue pacaran ma Gion? Gue cuman sayang dia... Cuman sayang  
sebagai sahabat aja.
"Jyaelaaah, sapa yang pacaran coba? Udah cepet kaa...."
"Wah... Anak muda jaman sekarang, masih surat-suratan juga ya, isinya so sweet..."
DEG! Mampus gue... Surat dari Gion diambil! Sejak kapan tuh guru ada disamping gue!?
"Giovani, Adam... Supaya enak, bapak kasih tempat khusus buat kalian 
 pacaran. Silahkan keluar kelas ya," shit! Guru sial! Kasian Giovani kan
  kalau dia sampai dihukum...
"Maaf, Pak..." ucap Giovani sembari melangkahkan kakinya keluar kelas. Gak lama, gue juga nyusul ketempatnya.
"Sorry ya, Gi. Gara-gara aku..."
"Gak salah kok kamu. Justru aku senang," gue terpaku mendengar  
kalimatnya itu. Dan gue pun bertanya dalam hati, kenapa dia harus  
senang? Keluar kelas itu kan penderitaan...
"Kenapa senang?" tanyaku akhirnya. Dia menatapku sesaat, lalu ia menyunggingkan seutas senyuman pada bibirnya yang tipis itu.
"Kok malah ditanya? Ya jelas karena ada kamu yang nemenin aku," jawabnya yang sambil tertawa kecil.
Tolong jawab gue, gue gak salah denger kan? Dia? Seneng? Kalau ada 
gue?  Perlu beberapa menit untuk bisa mencerna kata-kata dia barusan. 
I-ini  emang hawanya lagi panas atau apa ya? Kok tiba-tiba wajah gue 
jadi panas  gini sih? Gaswat, gue jadi bingung mau bilang apa ke dia. 
Kenapa gue  jadi grogi gini sih!?
"H-hei... Lu berdua yang disana. Kok keluar kelas?" gue langsung 
mencari  sesosok makhluk yang baru bicara tadi. Dan... SHIT! Itu si duo 
cowok  sialan yang tadi!?
"Nama lo Giovani, kan?" ucap salah satu dari mereka. Cih, mau nyari gara-gara apa lagi dia?
"Iya, kamu Dion sama Gilang kan?" hebat. Bisa-bisanya si Gion masih bisa senyum ngebales teguran mereka!
"Iya. Urm... Masalah tadi, kita minta maaf ya Giovani..." oh. Jadi  
mereka berdua cuman mau minta maaf ke Gion? Bagus. Gue kagak dianggap.  
Tapi baguslah kalau mereka udah ngerasa salah.
"Lho? Kenapa kalian minta maaf lagi? Tadi kan udah minta maaf, hehe,"
  shit! Mereka gak pantas buat nerima senyuman maut milik Gion!
"Giovani, kamu baik banget sih! Aku jadi merasa bersalah karena tadi 
 bentak-bentak kamu," THE HELL....!? A-apa yang barusan dia bilang?  
Kesambet apa si Gilang jadi pake aku-kamu ngomongnya!?
"Iya, nggak nyangka kalau kamu baik banget. Ternyata omongannya dia  
bener," kali ini si Dion yang angkat bicara. Arrgh, kenapa dia jadi  
aku-kamu juga!?
"Emang dia baik. Gak songong kayak lo berdua!" gak tau kenapa, gue bener-bener kesel ngeliat mereka sok akrab sama Gion.
"Adam, kamu kok gitu sih? Udahlah, mereka udah minta maaf sama kita  
kan?" KITA!? Mereka cuman mau minta maaf sama kamu, Gion. Aargh, mereka 
 tuh cuman mau cari muka!
Lima belas menit lamanya mereka bertiga asik ngobrol soal tanaman, 
dan  apalah itu istilah-istilah IPA lainnya. Cih, padahal tadinya mereka
  berdua nggak kayak gini. Kesambet apa sih mereka? Jangan bilang mereka
  udah kecantol sama pesonanya Gion.
Wait....
Pesonanya? Kok gue seakan-akan nganggep Gion kayak cewek ya? Nggak, nggak. Ini gak bener.
"Eh ya, aku sama Dion pamit dulu ya, bye Giovani," ucap Gilang sambil
  meluk Gion dengan eratnya. Tunggu... MELUK!? DIA BERANI MELUK GION!?
"Kamu ngapain sih akrab sama mereka?" tanyaku dengan kesal.
"Hm? Memangnya kenapa? Toh, sepertinya mereka orang baik-baik," jawab
  Gion. Ck, Gion... Seandainya kamu tau kalau aku gak suka sama mereka  
yang tiba-tiba deketin kamu.
 -Skip Time: Istirahat- 
Hari ini rasanya gue bener-bener males di sekolah. Udah tadi ada yang
  cari ribut, dihukum, dan tiba-tiba ada cowok IPA yang deket-deket sama
  Gion. Aaargh, kenapa gue bisa semarah ini sih!? Dari pada gue marah,  
mending gua ikut makan bakso si om aja dah sama si Andreas.
"WOOOOI!"
"UHUK...!!?"
Tiba-tiba aja ada satu makhluk gak jelas yang nyempil di antara gue dan Andreas.
"Bego lu, Aria! Gue salah apa sih ama lo!? Udah tadi dimintain tolong
  gak mau, sekarang lu mau bunuh gue gara-gara keselek!?" protes gue 
yang  gak rela karena satu bakso telah terbuang percuma gara-gara si 
cowok  ngeselin satu ini. Hah, dasar Aria. Dia itu cowok paling 
menyedihkan  yang gue kenal seumur hidup. Ada gejala kalau dia bakal 
jadi penerus si  Rian Penjanggal itu, ckckck. Liat aja tuh kulitnya, 
hampir semulus  tembok kantin yang putih! Emang bener-bener gak ada 
bulunya sama sekali. Tapi, selain wajahnya yang manis itu... Dia juga 
paling suka sama hal yang sadis-sadis. Tontonan favouritenya aja The 
SAW, sama Happy Tree Friends, kompleks banget. Well, gue sih gak curiga 
ya kalau dia ada kelainan hormon atau gimana,  liat aja tuh sekarang... 
Apa yang sedang dia lakuin sama Andreas?
"Ndre, kamu punya flashdisk nggak?" tanya Aria tiba-tiba ke Andreas sambil menatap lurus kearah Andreas.
"Punya dong, buat apa?" tanya Andreas yang masih tetap tersenyum menatap si bocah tengil tadi.
"Buat transfer cintaku ke kamu," jawab Aria dan disusul oleh suara tawa Andre.
Hah, gak heran gue ngeliat kelakuan dua cowok ini. Si Andre juga... 
Gue  gak akan curiga kalau si Andre ini punya kelainan hormon 
testosteron  kalau sikapnya jantan. Tapi kenyataannya, man, kalau pas 
lagi olahraga  disuruh lari... Dia bener-bener gak bisa diharapkan. 
Dikit-dikit "hosh,  hosh, hosh" dikit-dikit "capek gue..." baru juga 
satu putaran! Dan gue  gak pernah ngeliat tingkah laku Aria ataupun 
Andreas yang seharusnya  berperilaku layaknya seorang cowok, yaitu: 
ngerokok, nonton BF, atau  nggak godain cewek gitu.
Tapi yah, gimana-gimana juga, gue gak bisa ngejauhin mereka. Mau 
mereka  pacaran kek, apa kek, asal mereka gak ngerugiin gue, gue yah 
asik-asik  aja temenan sama mereka.
"Lo berdua lengket banget sih, kagak risih apa kalau lu digossipin  
pacaran?" tanya gue yang sambil terkekeh pelan. Andreas yang lagi asik  
blow-job baksonya itu, dia langsung natap ke gua dengan tatapan yang  
susah gue jabarkan dalam kata-kata.
"Hm? Lo sendiri?" tanya Andre.
"Gue? Gue kenapa?" tanya gue yang saking bingungnya.
"Iya, bukannya lo di gossipin pacaran sama Giovani tercintamu?" tanya Aria yang sedikit meledek.
"Jyaah, biasa aja kali. Dibilang kita nggak pacaran,"
"Yang bener? Gue tadi liat lo sama Giovani dari jendela pas lu 
dihukum  keluar kelas. Lu kok keliatan kesel banget pas ada dua cowok 
yang lagi  ngobrol sama si Giovani?" tanya Andreas menyelidik.
Glek. Kenapa gue jadi tertegun gini?
"Soalnya kan mereka..."
"Mereka anak IPA yang tadi ngusilin si Giovani? Terus lu gak suka kalau dia akrab sama mereka?"
Sambung Aria secara tiba-tiba.
"Gue yakin, lu masih punya alasan lain 'Dam," ucap Aria. Lagi-lagi gue cuman bisa diem dan tertegun.
Setelah gue pikir-pikir lagi, emang bener, sepertinya ada alasan 
lain...  Tapi apa? Oke, tarolah si Aria yang lagi ngobrol akrab sama dua
 cowok  sialan dari planet IPA itu. Gue biasa aja. Tapi pas gue bayangin
 si  Giovani, kenapa rasanya ada yang aneh?
"Eh, gue beli minuman dulu ya?" pamit Andreas.
"Bentar! Gue ikut 'Ndre!" susul Aria membuntuti Andreas.
Teganya mereka...
Ninggalin gue yang tiba-tiba galau dan akhirnya gak jadi menikmati blow-job bakso.





sumpah cerita ini dari tadi buat a kekeh kekeh aja
walaupun ada sebagaian cerita serasa a slit untuk kusambung2kan. tapi a kekeh diabuat tulisan kayak gitu. asik dibaca