The King Part. 1

Monday, December 24, 2012

The King
***♚***

Disebuah ruangan yang hanya diterangi oleh lampu kecil, terdapat seseorang yang terlihat sedang berdiam diri. Di atas mejanya, terdapat sebuah Handphone model kini dan sebuah buku yang memperlihatkan foto sekumpulan orang-orang. Bibir lelaki itu tergerak, mengalunkan sebuah nada indah walaupun tanpa sepenggal lirik.

Beberapa detik kemudian, Handphonenya berbunyi. Dia pun segera melihat isi pesan yang baru saja diterimanya.... Dan dia tersenyum. 
***♚***
Order #1
Show Your Feeling!
***♚***
"Bukan Rel, Of Course itu nggak disambung tulisannya... Iya. Hmm? Iya bener... Nah itu kamu bisa, haha. Ada lagi yang mau kamu tanyain?"

Terlihat seorang lelaki yang sedang sibuk berbicara oleh seseorang melalui telepon genggamnya. Lelaki itu sedang berada di kamarnya yang tidak terlalu luas, namun tertata rapih, jadi sangat nyaman dilihatnya. Ditambah dengan penerawangan yang tidak terlalu terang, menambah suasana kamar menjadi sangat tenang. Jarang sekali menemukan laki-laki yang pandai menata kamarnya. Namun tidak heran untuk seorang Terry yang memang rajin dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Disamping itu, Terry juga pandai dalam hal pelajaran. Tidak heran kalau dia menjadi murid kebanggan guru-gurunya.

"Nggak deh, kayaknya udah cukup. Gue juga udah ngantuk nih... Thanks ya 'Ry buat hari ini!" ujar seorang lelaki dari seberang telpon. Lelaki yang baru saja berbicara tadi bernama Darrel, dia adalah teman sekelas Terry sekaligus sahabat dekatnya Terry dari kecil.

"Ok deh. Besok jangan kesiangan ya, bye!" ujarnya sebelum memutuskan line telephone.

Terry menaruh Handphone miliknya di meja kecil yang berada di samping tempat tidurnya, dan ia segera menarik selimutnya tanda bahwa ia akan segera menikmati alam mimpi. Namun, tak lama HP nya berbunyi kembali. Terry segera meraih HP nya, dan melihat email yang baru saja ia terima.

"The King? Siapa ya?" Terry bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Seinget dia, dia belum pernah memasuki kontak bernama The King. Tanpa basa-basi lagi, Terry langsung membaca Emailnya.

***♚***
From: The King
Subject: Order #1
Message:
Order #1: Show your felling!


Selamat malam, teman-teman! Selamat bergabung dalam King's Game!
Untuk nama yang telah disebutkan, segera lakukan perintah dari King dalam jangka waktu 24 jam~! 

Jika ada yang tidak melakukan atau bermain curang, maka harus mendapatkan hukuman~!

Bintang kita hari ini adalah...
Absen no. 5
Arga Mahendra


Nama yang disebutkan diatas akan mengutarakan perasaannya kepada orang yang disukainya~!

Selamat berjuang!

sincerely,
The King

***♚***

"Arga? A-apa ini?" Terry tampak berfikir sejenak, namun ia segera meletakkan handphonenya kembali ke atas meja. Mungkin saja hanya spam, pikirnya.
***♚***
Keesokan paginya, seperti biasa... Terry menghampiri Darrel supaya mereka berangkat bareng ke Sekolah. Di depan rumahnya Darrel sudah berdiri seorang lelaki yang tak lain adalah teman sekelas Terry juga. Lelaki bermata hitam itu segera menghampiri Terry.

"Yo, Terry! Good morning~!" Terry tersenyum melihat lelaki itu.

"Pagi, Gilang~!" jawab Terry sambil tersenyum lebar.

"Hei, 'Ry, 'Lang! Sorry nunggu lama... Hahaha!" ternyata Darrel pun juga sudah keluar dari rumahnya. Akhirnya mereka langsung berangkat menaiki sepeda masing-masing.

Ditengah perjalanan, Terry tiba-tiba saja teringat oleh email yang diterimanya tadi malam. Dan dia segera menanyakan hal itu pada Gilang dan Darrel. Kedua lelaki itu saling bertatapan. Ternyata Gilang dan Darrel juga mendapatkan email yang sama.

"Lu gak ngerjain kita kan, 'Rel?" tanya Gilang.

"Kok gue sih yang dituduh? Siala lu 'Lang!" balas Darrel sambil menjitak sahabatnya itu. Terry hanya tertawa kecil melihat kedua sahabatnya.

Sesampainya mereka di kelas, ternyata semua penghuni kelas XI IPS 1 tengah mengerubungi Arga.

"Hei~! Ayolah, beritahu kita dong siapa orang yang kamu suka!"

"Sobat macam apa lu bro, punya orang yang disukain tapi gak bilang-bilang! Dasar!"

"Kyaaa, dari kelas mana, Arga? apa satu kelas sama kita?"

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya. Sedangkan lelaki yang bernama Arga itu hanya tertawa grogi menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-temannya. Arga tidak memberikan jawaban yang pasti, mungkin dia belum siap untuk mengutarakan perasaannya.

"Kayaknya satu kelas dapet email dari The King deh..." ujar Darrel pelan. Terry dan Gilang langsung menatap Darrel. Wajah Terry tampak gelisah, sepertinya dia merasakan hal yang tidak enak tentang email itu.

Berbalik ke arah Arga kembali. Walaupun saat ini ia sedang berada ditengah keramaian, tetapi matanya tetap terpaku pada seorang lelaki yang menjabat sebagai Ketua Kelas di XI IPS 1. Ya... sudah lama Arga memperhatikan Ketua Kelasnya itu. Bahkan ia bersusah payah untuk memasuki SMA yang sama dengan orang yang disukainya itu. Sayangnya... Arga tidak punya keberanian yang cukup untuk menyatakan cintanya. Padahal sudah tiga tahun ia memendam perasaan sukanya pada Andri, sang ketua kelas.

Tapi... Arga kembali mengingat isi email yang diterimanya tadi malam. Bagaimana The King bisa tahu kalau ia sedang menyimpan perasaan pada seseorang? Dan terlebih lagi... Perintah yang diberikan The King adalah mutlak. Jika dalam waktu 24 jam Arga tidak menyampaikan perasaannya... maka ia akan mendapatkan hukuman. Arga mencoba mengalihkan perasaan tidak enaknya dan mencoba berfikit positive. Mungkin "The King" adalah penopang Arga agar ia bisa menjadi lebih berani untuk mengutarakan perasaannya pada Andri.

Ya, mungkin saja begitu...

Ketika ia melihat Andri yang tengah berdiri, Arga pun ingin segera menyusulnya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaannya secara sembunyi-sembunyi.

"Ah, maaf... Gue keluar dulu ya sebentar, hehe." Arga segera melepas dirinya dari kerumunan teman-teman sekelasnya, dan langsung menuju pintu kelas. Yang lain menghempaskan nafas mereka karena pada akhirnya Arga tidak mau memberitahu nama orang yang sedang ditaksirnya.

Sedangkan di tempat lain, Arga dan Andri sedang berada di kamar mandi sekolahnya. Hanya berdua.
Arga berdiri tepat di sebelah Andri yang tengah membasuh tangannya di wastafel. Lelaki itu menatap lekat kedua mata Ketua Kelasnya dari kaca. Andri yang kebingungan karena diperhatikan seperti itu, akhirnya ia angkat bicara.

"Ada apa?" tanya Andri. Arga kembali melebarkan matanya, dan menatap kedua bola mata Andri dengas tegas. Arga tampak ragu dengan keputusannya ini, tapi...

"Gue... Gue suka sama lo, 'Ndri!" ucap Arga dengan lantang. Wajahnya yang putih kini berubah menjadi merah padam. Sekaligus berkeringat.

Andri yang mendengar pengakuan dari Arga, sempat tidak bisa berkutik. Ia hanya menatap teman sekelasnya itu dengan tatapan yang aneh.

"Uhm... Aku gak salah denger kan?" tanya Andri. Lelaki yang ada di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya, tanda kalau Andri tidak salah mendengar. "Ah... Kalau gitu, aku minta maaf ya..." lanjut Andri.

Untuk sesaat, Arga tersontak kaget mendengar jawaban dari Arga. Tapi akhirnya Arga mengerti. Dari awal dia juga sudah tau kalau jawaban dari Andri pasti seperti ini.

Suasana canggung mereka dipecahkan oleh suara dering Handphone mereka masing-masing. Arga dan Andri segera mengecek pesan yang baru saja masuk.

***♚***

From: The King
Subject: Congratulation!
Message:
Selamat kepada bintang kita hari ini~! Siswa dengan No. Absen 5 yang bernama Arga Mahendra telah menyatakan cinta pada orang yang disukainya~!

Sincerely,
The King

***♚***

Arga dan Andri saling bertatapan ketika mereka selesai membaca email dari The King. "Apa ini perbuatanmu?" tanya Andri.

"K-kenapa gue? Kamu liat sendiri kan tadi? Gue gak pegang HP..." jawab Arga. Lelaki itu segera mengecek seluk beluk kamar mandi untuk mengetahui apakah ada orang atau tidak. Arga sangat yakin kalau hanya ada Andri dan dirinya, tapi kenapa The King bisa tahu kalau Arga sudah menyatakan cintanya?

"Ayo, 'Ga. Kita balik ke kelas aja dulu..." ajak Andri.
***♚***
Selepas istirahat, Terry, Darrel, dan Gilang berdiskusi di kantin mengenai email yang dikirim oleh The King. Mereka mempunyai firasat buruk soal permainan yang dibuat oleh The King ini.

Bahkan ketika Darrel mencoba membalas email dari The King, ia tidak bisa mengirimkan email untuk The King. Disebutkan bahwa email yang tercantum tidak terdaftar.

Ketiga lelaki itu saling bertatapan. Mereka yakin bahwa email ini bukanlah hanya sekedar Spam, ataupun Black Mail. Apalagi The King mampu mengetahui Absen dan alamat email masing-masing murid di kelas XI IPS 1. Tidak jauh, pasti pelakunya berada di kelas yang sama. Mereka bertiga yakin bahwa The King berada di 31 murid kelas XI IPS 1, kelas mereka sendiri.

Disaat Terry, Darrel, dan Gilang sedang sibuk berdiskusi. Mereka sampai tidak sadar, bahwa ada sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka bertiga. Lelaki itu tersenyum kecil, dan berkata...

"Akhirnya... Sesuatu yang menarik akan di mulai..."

To be continued...

A Little Moment Part. 1


A Little Moment
part. 1
***

“Gw itu Cuma minat sama cowo~”
JDEEERR!! Hebat, great, bravo!! Sahabat baik gw sedari kecil baru aja ngaku kalau dia Cuma minat sama cowok. Kita udah sahabatan dari sewaktu masih pakai popok, sekarang dia baru ngaku pas kita udah pakai seragam putih abu-abu…. Tunggu, aku.. Gw..gw juga cowo, jangan-jangan dia ngincer gw lagi? Haduh gimana nih kalo sampe dia ngincer gw, nanti gw diapa-apain. Terus kalo gue sampe Pregnant gimana? Emang dia mau tanggung jawab? Tunggu, oh iye ya… Gw cowo… Kaga bakal pregnant ya, gw lupa. Lagian ngapain ye gw pakai mikir dia bakal ngincer gw? 

“Elu kaga bakal ngincer gw kan Do?” Kata gw ke sahabat gw, dia mempunya nama asli Gregorius Edo Saputra. Berkulit putih dan berwajah mungil, tapi kaga ada imut-imutnya. Cuma dalam golongan cowo ngganteng aja.

“Ehhhh! Gw mah suka semua cowo kecuali ELO!! Nggak level ya kalo gua sampe suka sama elo, ngakak deh ceritanya. Elu ge-er ya Rell?” Ujar Edo dengan muka merah menahan tawa. Oke, gw tau…. Gw kesannya Gr, ya tapi elu-elu tau sendiri kan?? Gw ngeri diapa-apain sama Edo. ya lu pada tau nggak? Edo orangnya strong banget, sedangkan gw? Keceng nya alamak nggak ketahan. Bisa-bisa dengan 1 sentilan gw udah kebawa angin, siiuuhh siuhhh gitu…

Oh iye, kenalin nama gw Varell, Varellya Putra Wilana. Nama gw bagus gak?? Bagus dooong… Plisss?? Puji ya?? Plisss… J

“Do, lu serius nggak suka sama gw kan??” Kata gw pelan, takut nyakitin hatinya Edo. Ya iya, takut dimusuhin. Gw kaga punya sahabat kayak Edo, so gw takut kehilangan dia. Kalo suatu saat dia bakal pacaran ama cew.. Eh cowo, gw harus liat tuh cowo. Bisa bahagiain Edo gak? Kalau engga bisa ya gw hajar tuh cowo, gw suruh putus sama Edo. Ya yu know, gw tau gw keceng dan Cuma bisa mengada-ada tapi gw ikhlas kok ngelindungin Edo, nyenengin Edo, sebagai sahabat maksudnya.

“Iyeee….. Gw juga kaga mau ngehancurin persahabatan kita.” Kata Edo dengan senyum ceria. Gw seneng ngelihat dia ngerti apa maksud gw. Gw juga lega dia bisa ngertiin apa yang gw mau, gw juga lebih lega lagi ngeliat dia kaga ngincer gw.

“Eh Rell, elu mau kagak temenin gw buat beli kado.”

“Buat siapa Do???”

“Yeeee….. buat Neon kesayangan gw”

“Masa sih??? Ulang tahunnya hari ini??”

“Ya kagak, tapi besok, kan biar langsung besok gw kasih di atas makamnya..” Tiba-tiba Edo terlihat muram, kayak mau nangis. Gw jadi merasa bersalah Tanya-tanya gitu ke Edo.

“Duh sorry Doooo….. Gw engga maksud mbuat elo sedih.. Tapi Do, gw mau Tanya”

“Nggak apa-apa Rell, emang mau Tanya apa sih??”

“Neon itu siapa?  Sodara elu?” Tanya gw kebingungan. Rasanya gw kaga pernah denger nama Neon tuh selama bertahun-tahun gw jadi sahabatnya, atau Neon itu mantannya yang sudah tiada?? Haduhhh jangan sampe deh. Kan gw jadi takut tiba-tiba dia nangis deres, nanti dia meluk gw. Gw kan engga bisa nolak kalau dia udah nangis.

“Neon.. tuh…” Katanya basa-basi.

“Iyaaa???”

“Kecoak gw, hehehehehe”

Gw udah siap-siap ambil sandal buat kena mukanya tuh. Tapi dia narik tangan gw duluan. Entah gw mau diapain dan dibawa kemana. 

====================SELANJUTNYAAAAA===================

“Ehhhh, elu kok ke toko pernak-pernik cewe lagi sih Do? Katanya mau beli kado buat Neon???”

“Yaelah Rell, gw kan dah bilang Neon tuh kecoak gw, dan kaga mungkin gw mau beli kado buat dia, lagian kalau mau beli sesuatu buat Neon, beli apaan coba?? Elu bego sih, gampang di tipu.” Sialan, Edo bisa-bisanya nipu gw. Lagian elu juga napa sih gampang banget di tipu Rell??? Uuuuhh, bego bego bego.

Kita berdua keliling-keliling di tempat pernak-pernik bernama “Yudizzz Bravo” itu. Tempatnya lumayan besar, dan barang-barangnya sangat banyak. terbilang lumayan murah (harganya). Makanya Edo senang sekali beli barang kerajinan di tempat ini. Walau Edo adalah seseorang yang manly, strong, handsome ia tetap suka membuat kalung, gelang, maupun baju-baju rajutan untuk orang-orang. Ia juga suka membuat kue-kue kering, biasanya di jual di toko kue milik keluarganya.

“Do, emangnya elu mau buat apa sekarang???”

“Gw udah bilang belum??? Gw udah suka seseorang, udah lama sih. Cuma elu dulu kan kaga tau gw suka sama cowo… Dan gw mau ngasih gelang ke dia. Buat hari ulang-tahunnya” Katanya dengan malu-malu, hieeee… aneh juga ya ngelihat Edo malu-malu.

“Uwooohhh sapa tuh cowo?” Tanya gw dengan bersemangat. Gw penasaran banget, tipe-nya Edo itu yang gimana. Handsome? Cute? Evil? Normal? Weird? Gw penasaraaan.

“Nah soal identitasnya masih RHS alias RaHaSia!! Ntar lu kan tau sendiri”

“Yeeee, pakai main rahasia-rahasiaan segala! Huuuuuuuu”

“Ntar lu jadi benci ama gue Rell,kalau lu sampai tau yang gw sukai..” Desahnya pelan.

“Jangan-jangan gw?? Jujur aja Dooo!! Kaga apa-apa”

“ntar lu marah dan kecewa sama gw!”

“Nggak bakal Dooo!! Siapa siiihhh??? Gw yaaa???”

“Nggak lah! Gw sukanya sama bapak eluuu!!!”

JDEEER!! Untuk sekali lagi, apaaa??? Edo sukanya sama bapak gw?
Ibu gw nasibnya gimana nih??

TO BE CONTINUED...

Hari Senin dan Ilusi Part. II


Hari Senin dan Ilusi
***

Siang hari yang panas membuat Farren enggan keluar dari rumah, tapi tadi mama memberi perintah untuk pergi ke pasar membelikannya santan dan beberapa sayur. Padahal di rumah ada Dea adik Farren, tapi berdalih bahwa ia akan segera berangkat les siang ini mau tak mau Farrenlah pilihan terakhir mama. Tidak mungkin menyuruh papa karena papa tidak tau bedanya santan dengan susu kental manis. Yang ada bukannya masak sayur mama malah jadi membuat kue.

Sampai di pasar yang tak jauh dari rumah segera Farren mencari pesanan mama. Memang sial bagi Farren, ia malah bertemu dengan Gilang dan segerombolan teman-temannya. Pikiran pertama yang ada di otak Farren adalah, ngapain mereka di pasar? Jangan-jangan… kerja sambilan jadi tukang angkat barang…

Nampaknya Gilang sendiri menyadari keberadaan Farren dan langsung menghampirinya. “Ciyeee! Eh guys, ada sissy boy nih! Liat tuh, belanja ke pasar, mau masak apa mba bro?” ,ucap Gilang disusul tawa teman-temannya sementara Farren hanya diam.

Sebenarnya jika dilihat baik-baik Gilang itu termasuk remaja berwajah cantik, sangat tidak sesuai dengan perangainya yang kasar. Farren menghela nafas, coba saja dia yang berwajah seperti itu, pastilah banyak wanita yang akan menggilainya.

Melihat Farren yang tidak bereaksi Gilang malah jengkel. Dirampasnya belanjaan Farren lalu dihamburkan ke jalanan. Teman-temannya tidak mau tinggal diam, mereka menginjak-injak belanjaan Farren sambil tertawa kegirangan. Lagi, Farren terdiam melongo, pikirnya lagi, emang mereka anak-anak ya? Lompat-lompat gaje sambil injek-injek sayur? Dasar MKKB (masa kecil kurang bahagia)

Puas menginjak belanjaan Farren, Gilang dan teman-temannya pergi sambil tertawa terbahak-bahak. Farren menghela nafas, yang ada dipikirannya sekarang adalah bagaimana mengatakan pada mama tentang masalah belanjaan itu. Sementara Farren tidak membawa dompet untuk membeli lagi belanjaan tadi.

Saat membungkuk mengambil sayuran yang berserakan tiba-tiba dua buah kaki muncul di depan mata Farren. Farren mendongak dan mendapati seorang remaja seusianya menatap Farren serta belanjaan yang berserakan hancur tanpa ekspresi. Wajahnya terlihat lebam di ujung bibir kanan dan bajunya kotor.

“Elu kenapa?” ,tanya Farren. Padahal melihat dari situasinya, harusnya pemuda di hadapan Farren itulah yang bertanya.

Bukannya menjawab pertanyaan Farren, pemuda itu malah balik bertanya, “Kenapa ga beli yang baru?”

“Enggak bawa dompet.” Jawab Farren masih dalam keadaan bingung.

Pemuda itu berbalik meninggalkan Farren dengan seribu tanya di kepala dan sepuluh menit kemudian kembali dengan membawa jawaban dari pertanyaan Farren. Ia membawa belanjaan yang sama dengan yang dibeli Farren tadi lalu menyodorkannya ke Farren.

“Udah ya, gue mesti buru-buru. Elu juga gue saranin cepet pulang.” Ujarnya sambil lalu meninggalkan Farren.

“Eh! Tunggu! Elu siapa sebenarnya? Emang lu buru-buru kemana sambil bawa muka bonyok gitu? Terus kenapa harus cepat pulang??”

“Nama gue Grey, kelas XII SMA Pelita dan gue harus berangkat les sekarang. Bye.” ,tanpa menunggu balasan kata dari Farren pemuda yang bernama Grey itupun berjalan dengan cepat dan menghilang di tengah kerumunan orang bagaikan ilusi.

Kelas XII SMA Pelita? Itukan sekolah gue? Kok gue ga pernah liat atau ketemu ya? Pikir Revan bingung. Tapi ia dengan segera menepis harapan itu. Dari pada kebingungan hari ini lebih baik besok ia mencari tahu tentang Grey di sekolah. Toh, jika mereka memang satu sekolah tidak akan susah mencari informasi tentangnya dari teman-teman.

Tak lama hujan rintik-rintik mulai turun. Untung saja Farren sudah dekat dari rumah. Lamat-lamat hujan rintik berubah menjadi deras sore itu. Saat senja hujan mulai reda dan saat itulah Farren melihat pelangi yang indah. Membuatnya teringat akan kertas yang diremas itu beserta isinnya.
***
Hari ini Farren benar-benar dibuat kebingungan. Yang pertama, tidak ada kakak kelas mereka yang bernama Grey. Yang kedua ulangan dadakan dari Mr. Ahmat mengenai Direct-Indirect speech membuat Farren kelabakan karena ia memang tidak belajar. Yang ketiga, ada surat balasan. Kali ini tidak diremas tapi diselipkan ke dalan pipa yang dipotong sangat pendek.

Oh, jadi elu cowok ya? Sama dong
Hahaha, gimana? Kemarin hujan’kan?
Tapi habis itu pelanginya muncul
Dari kelas ini, dari tempat duduk ini gue ngeliat
Elu liat juga ga?
Tapi bosen nih, pak Hilman ngajarin soal Biologi
Panjang kali lebar alias luas
Padahal mah intinya sama aja

Itulah isinya surat yang kedua. Farren menggeleng kepala geli. Setidaknya dari surat tadi Farren tahu orang itu adalah anak IPA. Hmm… makin lama Farren semakin penasaran. Siapa sebenarnya sosok asli si penulis surat itu. Karena keasyikan melamun Farren tak sadar kalau saat itu sudah pertengahan istirahat. Saat itulah Farren melihat sosok yang sama sekali tidak ia sangka. Gray melewati tepat di samping jendela kelas.
Setengah berlari Farren keluar dari kelas mengejar sosok Grey. Aneh sekali pikir Farren. Padahal saat ini adalah pertengahan istirahat jadi harusnya lorong sepi karena rata-rata siswa pergi ke kantin tapi saat ini lorong justru ramai sekali.

Akhirnya Farren berhenti tepat di simpang tiga lorong sekolah. Sosok Grey menghilang, ia tidak bisa mengejarnya. Rona kecewa terpancar di wajah Farren. Dengan gontai ia berbalik kembali menuju ke kelas. Saat itulah ia mendengar suara isakan. Saat menoleh ke arah ruangan IPA, Farren melihat seorang pemuda tengah menggosok matanya dan setelah dicermati, orang itu ternyata adalah Gilang. Gilang nangis? Kenapa?


To be continued...