If Tommorow Never Comes

Wednesday, October 17, 2012

If Tommorow Never Comes
*** 

Kapan ya? Gue bisa ketemu dia lagi?

Gue kangen banget sama senyumnya yang bisa dibilang imut itu. Gue juga kangen sama wajah dan suaranya yang bisa mendamaikan pikiran dan hati gue. Tapi, kapan gue bisa melihat semua itu kembali? Apa ini salah gue?

Apa dia balas dendam ke gue?


Gue akui, gue emang salah. Gue bodoh... Gue bukanlah orang yang pantas buat dia. Dia terlalu bagus untuk gue.


Dulu, senyumnya gue abaikan begitu saja. Gue nggak peduli, mau dia senyum, mau dia ketawa, mau dia nangis, gue sama sekali nggak peduli. Toh, dia hanyalah sebagai temen biasa gue, hanya lelaki yang biasa gue anggep sebagai sebatas teman. Dulu, dia bukanlah orang yang special bagi gue.


Gue gak tau pasti, kapan perasaan ini muncul. Yang gue tau, waktu itu kita disuruh bikin satu kelompok dua orang, untuk observasi tugas study tour ke Jogja. Dan gue sekelompok sama dia. Awalnya gue nggak mau, dan ingin pindah kelompok, secara... Dia nggak deket ma gue. Bagaikan langit dan bumi, perbedaan kita sangat jauh. Dia pintar, gw bodoh. Dia pendiam, gw berisik. Gw eksis, dia tidak. Tapi, takdir memang sudah menyatukan kita waktu itu.


Untuk mencintainya, tidak butuh proses yang sangat lama. Karena hanya dalam satu hari penuh bersamanya, perasaan ini telah muncul. Dipagi hari, disalah satu kamar hotel Pheonix, ketika gue mulai membuka kedua kelopak mata gw... Entah karena pengaruh sinar matahari, atau apa, in my eyes, he's like an angel. Hal pertama waktu gue bangun, dihapadan gue udah ada dia yang sedang membuka sebuah gorden.


"Bangun, udah pagi..." gue tau, itu kalimat yang biasa didengar oleh hampir semua orang. Tapi, bagi gue itu kalimat yang istimewa. Karena jarang sekali gue mendengar kalimat itu. Yang ada, malah alaram yang
selalu bangunin gue di pagi hari. Gara-gara kejadian itu, pemikiran gue langsung ke dia langsung berubah. Gue mau mencoba untuk lebih deket sama dia.


"Lu dah bangun?" tanya gue basa-basi. Dia cuman ngangguk2 aja. Gue cuman ngacak-ngacakin rambut gue sendiri, nggak bermaksud apa-apa, cuman kebiasan gue di pagi hari aja. Dari tadi gue liatin, dia sibuk
mempersiapkan tasnya untuk menuju perjalanan ke Borobudur. Gue yang nggak biasa dicuekin, akhirnya harus selalu memulai pembicaraan, agar mempertipis kecanggungan diantara kami. Berbagai topik pembicaraan gue keluarkan pada pagi hari itu. Dan dengan perlahan, gue mulai seneng ngeliat senyum mautnya itu. Waktu itu, gue inget banget... Gue masih nganggep dia sebagai sahabat.


Selama perjalanan gue di Jogja, semua di luar perkiraan gue. Tadinya, gue mau cabut nggak ngerjain tugas dan ngumpul bareng sama genk gw. Tapi, gw baru sadar... Ternyata ngerjain tugas itu nggak buruk-buruk amat. Apalagi kalau ada dia disamping gue. Mau beberapa ratus lembaran laporan, gue kerjain, asal ada dia disamping gw. Waktu itu, semua murid dan guru-guru pada heran melihat kedekatan gue dengan dia. Anak gaul dan anak rajin. Siapa yang sangka?


Kalian tau? Akal sehat gw selalu berhenti kalau aku sudah ada disampingnya. Bahkan kejadian di hari ketiga waktu Study Tour, gw juga gak akan lupain kejadian itu. Pas di Malioboro, temen-temen genk gw nyamperin gw, dan mengatakan beberapa kalimat yang bikin emosi gw memuncak. Lu semua mau tau kalimat mereka? Ini kata-kata yang mereka lontarkan dihadapan gw sama dia.


"Eh, otak lu tuh di cuci sama si kutu buku ini ya?"


"Bukan kutu buku lagi, liat aja noh mukanya... Semua orang juga tau kali kalo dia banci!"


"Hahaha, betul! Lo juga kenapa sih bisa-bisanya betah ma anak satu ini?"


"Eh, lo tuh tau diri dong! Lu tuh gak level temenen sama temen gue yang satu ini!"


"Dasar Maho!!"


Gw cuman bisa diem. Gue cuman bisa natap tajam kearah mereka, gw lagi mencoba untuk mengendalikan emosi gw waktu itu. Gw gak suka sama kata-kata mereka, tapi... Gw gak mau cari gara-gara sama sahabat gw. Awalnya gw mikir gitu. Tapi, setelah mereka risih liat tatapan tajam gw. Ada satu tindakan yang gak gw suka, yang bikin gw kesel setengah mati.


"Apaan sih lu!? Biasa aja dong ngeliat ke kita!"


"Otak lu bener-bener di cuci sama si banci satu ini? Sadar woi! Dia bukan apa-apa lu!"


"Heh!? Lu apain temen gue!? Pake pelet apa sih lo!?" kalimat ini yang gw gak suka. Bukan karena kalimatnya aja... Tapi karena si brengsek satu itu berani-beraninya ngedorong dia. Gw gak suka. Mereka boleh ngehina gw, mukul gw, asal jangan dia...


"Sekali lagi lu semua berani nyentuh dia. Gw yakin, lu semua gak akan slamet dari gw..." gw ngomongnya nggak nyolot. Tenang, namun penuh dengan tekanan. Gw gak mau ngabis-ngabisin tenaga buat tereak-tereak nggak jelas.


"ANJ*ING LO!" salah satu dari mereka mulai melangkah dan memukul gw. Tapi sebelum dia nonjok gw, gw tahan tuh tangan, dan gw kunci tangannya untuk sesaat. Berani-beraninya dia ngelawan anak Karate kayak gw.


Setelah itu, mereka semua langsung pergi dari hadapan gw. Ternyata hanya sedikit gertakan, mereka langsung takut. Dasar pengecut. Lebih baik gw tinggalin temen-temen yang seperti itu. Nggak lama, gw mulai menoleh kesebalah gw, melihat ke tempat dia berdiri. Secara kebetulan, ternyata dia jg ngeliat ke gw. Lalu dia mengalihkan pandangannya, dan dia memandangku lagi.


"Maaf..." ucapnya yang memecahkan keheningan. Gw cuman bisa ketawa, melihat tingkah lakunya yang lucu tadi.


Ya, mungkin dari sini. Dalam sehari ini, gue bisa jatuh segampang itu kedalam pesonanya. Gue sendiri juga gak tau, kenapa gw bisa langsung jatuh cinta pada sosoknya. Dalam sehari itu, gw ukir namanya dihati gw, gw lukis senyumnya dipikiran gw, secara perlahan.


Lama kelamaan, gw jadi merhatiin dia terus, seharian. Gw baru sadar kalau dia itu tipe cowok yang unik. Tingginya nggak seberapa, sekitar sepundak gw. Kulitnya lebih putih dari gw, badannya bisa dibilang kurus,
dan matanya terlihat sayu. Sifatnya juga ternyata beda jauh dari perkiraan gw dulu. Gw kira, dulu dia itu tipe cowok yang kutu buku, dingin, ngomong cuman kalo ada perlu, pokoknya jutek deh. Tapi ternyata gw salah, dia itu tipe orang yang care banget! Gak tau kenapa, gw ngerasa nyaman aja sama dia. Gw suka senyumnya, terlihat sangat imut dengan lesung pipinya itu. Gw suka suaranya, gw suka tatapannya, gw suka
sentuhannya, gw suka semua hal yang berasal dari dia.


Sebagai cowok straight, gw mati-matian buat menghilangkan perasaan ini. Tapi, seberapa kalipun gw mencoba, gw tetep gagal. Setiap kali gw mencoba untuk melupakan, maka ketika itu juga semua banyangan dia muncul. Hal ini gw alamin waktu hari kedua di Jogja. Gw emang gak mampu buat lupain dia, buat menghilangkan perasaan ini. Gw memang... Benar-benar mencintai lelaki ini.


Gw hampir aja nembak dia, waktu kita nyanyi bareng pas berkunjung ke Pantai Parang Tritis. Tapi, gw mikir: Ah, gw belum siap. Besok-besok juga bisa.


Tapi apa yang terjadi dengan keesokan harinya? Di malam hari, ketika perjalanan kembali ke Jakarta. Gw kehilangan senyumnya yang selama tiga hari ini menemani hari-hari gw. Gw kehilangan suara yang selalu memanggil nama gw. Gw kehilangan tatapan yang sangat indah. Gw kehilangan dia. Gw kehilangan sosok yang selalu membuat jiwa gw jadi tentram.


Disaat tragedi malam hari itu, yang ada diotak gw cuman pertanyaan-pertanyaan ini:

Kenapa kecelakaan ini harus terjadi?

Kenapa ini bisa terjadi?

Kenapa harus dia?

Kenapa bukan gw saja yang terluka? Yang menghilang?

Kenapa?

Kenapa?

Kenapa?

Gw tau, gw bodoh. Pertanyaan itu nggak akan dijawab oleh siapa pun. Memang, gw harus bersyukur karena telah selamat dari tragedi itu. Tapi... Kenapa harus dia yang KAU panggil duluan? Kenapa bukan aku saja?


Waktu itu, gw gak peduli sama semua luka-luka yang gw dapet karena kecelakaan itu. Yang gw lakuin, gw selalu memanggil namanya. Gw teriak, air mata gw sudah deras membasahi wajah gw. Seandainya waktu itu ada bintang jatuh, gw mau memanjatkan satu permohonan saja. Gw mau, seseorang yang gw sayang, yang gw cintai, bisa berada di hadapan gw lagi dengan senyumnya yang khas. Bukan terbaring lemah dan penuh darah.


Gw gak peduli sama semua orang yang ada di sekitar. Gw peluk tubuhnya, darahnya, dengan darah gw, melebur menjadi satu. Gw belum siap untuk ditinggalkan olehnya, gw belum mengatakan perasaan gw ke dia. Gw belum bilang ke dia, kalau gw sangat mencintainya. Apa takdir akan berubah jika aku mengatakan cinta padanya kemarin? Gw belum ikhlas... Untuk menerima kepergiannya dari sisi gw.


Sabar.

Itu yang mereka semua katakan. Mereka nggak akan tahu perasaan gw gimana. Mereka cuman ngomong sabar, sabar, dan sabar! Capek gw dengernya... Gw bener-bener nggak ikhlas. Bahkan ketika mereka mencoba untuk melepaskan pelukan gw, gw masih belum rela untuk melepaskan tubuhnya. Gw masih mau bersamanya. Mendekap tubuhnya.


Gw yakin, malem itu... Semua mata tertuju pada gw yang lagi berduka cita. Nafas gw gak beraturan. Mungkin mereka semua bingung, kenapa gw bisa sesedih ini? Gw memang nggak pernah nangis dihadapan mereka semua. Tapi kali ini, gw gak bisa menahan emosi gw. Gw pengen nangis sepuas gw... Dan gw pengen memanggil nama dia, sekencang yang gw bisa. Tapi, walaupun gw panggil dia... Dia nggak akan pernah datang lagi dikehidupan gw.


Dan yang bikin hati gw tambah miris. Ketika gw sedang memeriksa tasnya, gw menemukan sebuah buku. Gw baru inget, buku kecil ini selalu dibawanya kemana-mana. Dan gw sangat penasaran, dan gw buka buku itu. Air mata yang sudah mengering tadi, kini mengalir kembali. Lu tau nggak? Apa yang ada dalam buku itu? Sumpah, kalau gw ngebaca lagi... Rasanya gw kesel banget sama diri gw sendiri.


Ini salah satu karya yang dia buat didalam buku itu...

---

Gelap, kelam telah berkuasa dari gunung sampai ke pantai.

Yang tersisa hanyalah secercah sinar rembulan yang redup.

Dalam cahaya yang minim ini, aku masih bisa melihat sesuatu yang sekarang sedang ku genggam erat ini.
Sebuah potret dirimu, yang kelak kubawa bermimpi.

Tapi, bukankah kau sudah ada disampingku sekarang?

Aku ingin sekali memelukmu.

Menginginkan sebuah kehangatan yang kau beri.
Namun, apa dayaku?

Aku dan kamu, bagaikan dua buah kutub yang berbeda.

Disisi lain, kita layaknya cermin, sama.

Jarak kita hanya beberapa meter, tapi, aku tak bisa menggapaimu.
Bukan karena kakiku tak mampu untuk melangkah.
Tapi karena takdirlah, yang tak mengizinkanku.

Malam ini memang sangat gelap...

Tapi, kehadiranmu itu membawakan cahaya dari ruang kalbuku yang terdalam.

Apakah hal ini bisa kau rasakan dariku juga?
Aku pun melantunkan sebuah melodi, berharap agar kau mendapatkan mimpi yang indah.

Tahukah kamu? Dalam diam, aku selalu mengukir namamu, di dalam sini... Ya, di hatiku.

Tapi, kalau kau mengetahuinya...

Aku yakin, hubungan kita akan semakin merenggang.

Huh... Mataku sudah mulai gelisah

Padahal, aku masih mau menatap wajahmu

Terkadang, aku takut untuk memejamkan mata ini
Takut, jika aku tak bisa menanti hari esok.

Hei, jika aku tak'kan pernah bangun dihari esok.

Tahukah kamu tentang perasaanku saat ini?
Tahukah kamu jika aku sangat mencintaimu?
Tahukah kamu?

I love you, A.


---

Sumpah, gw miris banget pas ngebaca itu. Gw gak nyangka, kalau dia bakal sebut nama gw di akhir kalimatnya. Gw nyesel seumur hidup gw... Gw nyesel, kenapa dari dulu gw gak bilang kalau gw suka sama dia? Kenapa penyesalan itu selalu datang terlambat?


Gw memang bodoh, gw gak bisa menjaganya. Gw gak bisa ngelindungin seseorang yang sangat gw cintai. I'm such an idiot!


Namun, gw selalu berpikir...

Kapan gw bisa bertemu lagi dengannya?

Dari cerita diatas, gw cuman mau menyampaikan sesuatu. Please, buat kalian semua... Gw tau ini susah. Tapi, jika lu semua punya seseorang yang lu cintai... Maka, katakanlah secepat mungkin. Sebelum semuanya terlambat, dan lu bakal menyesal. Itu aja yang mau gw sampein...


Sorry kalo terlalu panjang, and... Nice to meet you, guys.

7 comments:

  1. Anonymous said...:

    akhir dari surat yang tertulis ada inisial A kan bukan beartii tokoh yang sedang di ceritakan ...
    dan lagi kaya na gampang bgt ya ngunkapin perasaan sesama cowok pdhl di kehidupan nyata aja susahnya setengah mati ,,

  1. Anonymous said...:

    Atas ane bego ._. yaiyalah ditulis inisial A, masa iya ditulis nama aslinya -_-

    Gak usah curhat kali mas, dunia nyata ya dunia nyata. Ini kan cerita... Wajar kalau beda. Kalau mau kritik yang lebih membangun lagi.

    Dan buat admin blog ini, kasih dong creditnya siapa2 aja yang nulis cerita2nya. Biar gak bingung -_-

    Kalo gak salah ane pernah baca cerita ini di GIF sama BF pas jaman2 ane SMP. Ini kisah nyata kan min? Sayang banget EYD nya kurang nih...

  1. Unknown said...:

    masih ada satu pertanyaan kenapa cerpennya banyak yang terkait dengan kematian ya? heheehe.

    www.entongmuach.blogspot.com



  1. Hai sobat Gay & Bisex indonesia...

    Salam untuk anda pecinta Travelling.
    ayok... kita jalan" bareng bersama teman komunitas,
    kumpul bareng, happy bareng,
    ketawa bareng pastinya...

    Bagi yg Jomblo???
    siapa tau...
    moment ini bisa mempertemukanmu dg seseorang
    yg diharapkan...
    ambil hikmah positif untuk bisa mengenal mereka.

    Buka mata untuk melihat dunia lebih luas.
    refresh pikiran oleh aktivitas keseharian.
    saling mengenal 1 dg yg lainnya.

    Buat Sobat yg dekat tempat tinggalnya,
    terdapat Tempat Menarik, Spot wisata yg belum terjamah,
    Rekomendasi / Saran" Asyik, jangan lupa hubungi kami ya...
    kita coba susun acaranya, mungkin bisa ditawarkan dg kawan" lainnya...

    ikuti Update acara kami,
    Salam Wisata Indonesia, With Guys
    Admin Contact :
    +6281949484385
    BBM : 24c54a02
    weChat : gaybelitong
    email : palatmerah@gmail.com


    www.facebook.com/wisatagay


    twitter.com/Liburangay


  1. capek bray..... sad ending mulu. bosen lama lama

  1. Anonymous said...:

    Sedih bgt critanya...Ampe mau nangis aq....Huhuhuhuhuhuhuhu......Aq jga lgi sayang ama satu cowok yg baru saja gw kenal,tpi gw malu banget mau ngomong....

  1. Unknown said...:

    Hi...... I'm the new member...
    Can I read anymore about your story???


    If you have anew story, you can send it to me in my I'd WhatsApp ...

    +6282267295310

    That's my number....

Post a Comment