I'll Stand by You Part. 1

Monday, October 22, 2012

I'll Stand by You 
Part 1: Me, and someone I missed
*** 

~Normal POV~

Lima belas menit sebelum pesawat landing, seorang pemuda berparas tampan terbangun dari tidur lelapnya. Tubuh pesawat Boing 747-400 yang besar dan dingin itu mampu membuat pemuda tadi sempat tertidur.

"Bentar lagi sampe ya kak?" tanya pemuda itu ke seorang wanita disebelahnya. Wanita berambut panjang itu tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Pemuda itu pun membalas senyuman kakaknya. Tak disangka karena akhirnya pemuda bermata hitam pekat itu akan kembali ke sebuah kota yang pernah ditinggalinya waktu masih kecil dulu. Dia tak sabar untuk bertemu kembali dengan seseorang yang dianggapnya special, seseorang yang dirindukannya selama empat tahun lamanya.

"Akhirnya kita bisa bertemu lagi," gumam pemuda itu didalam hati kecilnya.


~Ikhsan POV~

Saat ini, aku dan sahabatku sedang berjalan disebuah lorong utama sekolahan kami. Karena sekarang sudah jam setengah tiga, jadilah aku dan sahabat perempuanku ini menuju parkiran mobil.

Eiiits, bukan, bukan. Mobilnya bukan punyaku, tentu saja... Karena aku hanyalah seorang anak lelaki dari keluarga menengah. Sedangkan sahabatku yang bernama Yola ini merupakan seorang anak dari salah satu keluarga anggota DPR. Status kami memang berbeda jauh, tapi aku senang berteman dengan Yola. Karena cuman dia yang bisa selalu menghiburku diwaktu aku sedih.

Disepanjang lorong, banyak sekali gadis-gadis yang menegurku. Bahkan banyak dari mereka yang memintaku untuk pergi bersama mereka, sayangnya aku nggak bisa. Entah kenapa banyak sekali gadis-gadis yang mengincarku. Yah, bukannya aku ge'er atau gimana ya... Padahal aku ini nggak ganteng kok. Tinggiku gak beda jauh sama Yola, aku pendiam, kulitku putih, tubuhku kurus, dan paling nggak jago dalam hal bidang olah raga. Sama sekali nggak keren kan?

Oh ya, Yola juga gak kalah populernya denganku. Dia terkenal banget dikalangan laki-laki, banyak sekali cowok-cowok yang mengincarnya. Yola tuh udah badannya ramping, kulitnya putih mulus, dan berasal dari keluarga yang berada. Walaupun kalau soal teman dia kurang beruntung, karena banyak dari mereka yang segan untuk berteman dengannya.

Sesampainya di parkiran mobil, terlihat seorang lelaki yang tengah berdiri di depan mobilnya Yola.

"Ngapain lo disini?" tegur Yola dengan ketus. Lelaki itu hanya tersenyum kecil sambil berjalan mendekati Yola. Lelaki itu bernama Yuda, seorang lelaki yang dari dulu tak pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Yola.

"Yol, nanti malam kamu ada dirumah?" tanya Yuda. Kedua mata Yola langsung mendelik mendengar pertanyaan Yuda.

"Sorry, gue sibuk. Ayo San, kita pulang," dasar Yola! Seenaknya saja dia memperlakukan laki-laki seperti itu. Heran aku sama Yola, kenapa dia harus sampai segitunya sih? Padahal Yuda itu pemuda yang baik kok.

"Yol...! Tunggu, Yol!" Yuda tak mampu untuk mengejar Yola karena Yola mengemudikan mobilnya dengan cepat. Kalau sudah begini aku jadi menghela nafas melihat tingkah lakunya itu.

"Kenapa sih, Yol? Kok kamu sensi banget sama Yuda? Dia kan cuman suka sama kamu?" tanyaku dengan nada pasrah dan bingung.

Yola menghela nafas sesaat. "Udah deh, San. Gak usah banyak tanya kamu!" sahut Yola sambil mengibaskan rambutnya kebelakang.

Detik berikutnya kami hanya berdiam diri. Hanya ada musik dari Radio yang mengalun dengan lembut. Salahku juga sih... Harusnya aku gak usah nanya-nanya hal seperti itu. Pasti Yola dengernya jengkel banget.

"Eh, San. Kamu malam ini mau nari lagi ya? Di club mana?" tanya Yola tiba-tiba.

"Heaven... Malam ini malam minggu. Jadinya aku dapat bayaran lebih," jawabku yang tak menatap kedua mata Yola.

"Malam minggu? Pengunjungnya kaum pelangi semua dong!? Aku denger-denger katanya kalau pas malam minggu pengunjung club itu mayoritas kaum pelangi?" kali ini aku menatap Yola. Menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Hah? Kaum pelangi?" tanyaku dengan tampang bodoh.

"Jangan bilang kamu gak tau?" tanya Yola sambil menatapku dengan serius. Akupun hanya menggeleng kecil.

Yola menepuk jidatnya sendiri. "Yaampun, segitu aja kamu gak tau? Kamu ini orangnya polos. Kok bisa-bisanya kerja di club sih!?" lho? Kok dia jadi marah-marah sih? Kadang aku gak bisa ngertiin apa yang sedang dipikirkan oleh Yola.

"Mau gimana lagi, Yol? Cuman ini yang bisa aku lakukan biar bisa memenuhi kehidupanku," balasku dengan senyuman kecil. Yola langsung menatapku dengan tatapan sedih.

"So-sorry, San. Aku gak bermaksud buat..."

"Ssst, nyantai aja Yol. Hehe," Yola tersenyum menatapku dan akupun tersenyum. Ya, cuman Yola yang paling bisa mengerti kehidupanku.

Aku adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Orangtuaku juga baik. Keluarga kami sangat harmonis. Hingga akhirnya... Ketika aku sedang berlibur pada liburan kenaikan kelas 2 SMP, terjadilah sebuah musibah yang datang pada keluarga kami. Bisa yang kami tumpangi terjatuh kesebuah jurang.

Ayahku meninggal. Kakakku yang pertama meninggal. Kakakku yang kedua menghilang. Dan ibuku... Dia mengalami depresi berat karena telah ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya, ia dirawat disebuah rumah sakit jiwa. Dan hanya tersisa diriku sendiri. Kadang aku ingin mengeluh menjalani hidup ini, tapi aku gak bisa. Karena diluar sana, pasti lebih banyak yang lebih menderita dibandingkan aku. Jadi aku tak pantas untuk mengeluh.

Sudah dua tahun aku tinggal sendirian. Dan sudah setahun aku kerja disebuah agensi dance. Penghasilannya cukup besar, makanya aku tertarik untuk mengikutinya. Walaupun aku sering dikirimkan tugas di club-club ternama di kotaku, sebisa mungkin aku tak akan menyentuh apa yang namanya Alchohol, Rokok, Narkoba, atau hal apapun yang akan merugikan diriku sendiri. Disini aku hanya bekerja sebagai penari, aku tak akan menjadi korban.

"Okey, San. Dah sampe nih!" Yola memberhentikan mobilnya tepat di depan rumahku.

"Thanks ya, Yol. See you later," bersamaan dengan kalimat itu, akupun langsung beranjak turun dari mobil suzuki SPLASH milik Yola. Sambil berbalik arah, Yola memberikan senyum termanisnya padaku. Akupun melambaikan tanganku dan segera memasuki rumah tercintaku ini. Tapi, didepan teras rumah seperti ada seorang lelaki... Siapa dia? Ja... Jangan-jangan penagih hutang!? Nggak ah, gak mungkin. Aku sudah melunasi semua hutangku kok, tapi... Dia siapa ya?

"Apa kabar, Ichan?" sapa seorang lelaki berparas tampan yang dengan ceria memanggilku dengan nama panggilan kecilku. Kedua mata coklatku terbuka lebar melihat sosok lelaki itu. Dia kan.............. 

0 comments:

Post a Comment