Apalah Arti Menunggu part. 2

Friday, July 13, 2012



Pulang kembali ke kampung Teratak membuatnya semakin terpuruk. Banyak hal yang dilihatnya mempengaruhi batin. Kalau dulu ia melihat pohon kelapa, perahu nelayan karam di tengah lautan, dan anak-anak yang berlarian dengan gembira. Namun kini semuanya terlihat beda. Dalam hatinya Faisal timbul pertanyaan; kapan semua penduduk memiliki WC sendiri? Kapan mereka mengecap pendidikan sehingga tidak bodoh lagi dipermainkan oleh para preman? Kapan mereka menikmati hidup yang layak?

Setiap langkah Faisal membuatnya sangat khawatir dengan keadaan kampungnya. Siang hari Faisal berkeliling pantai dan mendatangi rumah penduduk. Mencoba untuk membuka pikiran orang-orang untuk berubah supaya tidak bisa dibodohi lagi.

"Maaf Bung, Anda dilarang mendekati tempat ini!" ucap seorang pemuda yang tak lain adalah anak buahnya Adit. Faisal menghentikan langkahnya mendekati perahu-perahu para nelayan yang baru saja mendarat.

Faisal pura-pura bodoh. "Lho? Kenapa? Bukannya ini pantai umum? Setahu saya tempat ini bebas dilewati oleh semua kalangan. Atau telah ada seseorang yang membeli seluruh pantai di kampung ini?" ejeknya yang membuat panas telinga para preman itu.

"Oh, rupanya kau adalah orang kota yang tak mengerti daerah ini ya," hardik salah seorang dari mereka. Dipandanginya sosok Faisal dari kepala sampai ke kaki seperti seorang pedagang yang tengah menafsir harga. "Dengar ya, bos pasti gak seneng ngeliat kamu berkeliaran menganggu daerah kami! Cepat tinggalkan tempat ini, atau..." jarinya melingkar dileher memperagakan pencekikan. Faisal hanya tertawa masam mendengar ancaman itu.

"Aduh, aku takut sekali..." ucapnya dengan nada yang mengejek. Melihat Faisal yang sok takut, mereka menjadi sakit hati. Mereka mengelilingi Faisal dan siap untuk menyerang.

"ADA APA INI!?" teriak seorang Pria bertubuh tegap dari jauh dan segera menghampiri mereka. Si empunya suara berdiri tegak di tengah mereka. Ia terdiam melihat seorang laki-laki berpakaian rapih yang ada di hadapannya.

Saat ini, dua pasang mata saling memandang tercengang. Dua wajah yang saling berhadapan dengan berbagai perasaan.

"Faisal!?" seru Adit dengan gembira. Aditya langsung memeluk Faisal dengan erat, tanpa menghiraukan pandangan aneh dari anak buahnya. Faisalpun tak kalah erat memeluk Aditya. Angin seakan berhenti berhembus untuk beberapa detik. Matahari meredupkan sinarnya, memayungi dua sahabat yang sedang melepas rindu.

"Lama sekali kawan kita tidak bertemu!" ucap Faisal sambil menggenggam erat tangan Adit. Pria bertubuh atletis itu tersenyum membalas genggaman Faisal.

"Sepuluh tahun," ujarnya lirih. "Aku ingin memutar kembali waktu yang berlalu..." sambungnya kemudian.

Mereka lama saling berpandangan, saling menilai penampilan masing-masing. Dalam pandangan Faisal, sahabat yang kini dihadapannya telah jauh berubah. Tubuhnya semakin tinggi dan berbentuk, wajahnya juga semakin tampan. Sorot matanya tajam penuh semangat hidup. Setiap tindakan dan tingkah lakunya mantap penuh percaya diri. Namun, ketika Faisal menatap goresan luka yang berada di pipi kirinya Aditya, senyumnya seketika hilang. Faisal teringat kembali akan kenangan itu, namun ia segera melupakannya kembali.

"Wah, ternyata kau sudah menjadi orang sukses ya!" sanjung Adit pada Faisal. Diliriknya label kemeja yang dikenakan oleh Faisal. Tatanan rambutnya juga mengikuti mode masa kini. Menampilkan sosok Pria Metrosexual, hal itu yang tergambarkan pada diri Faisal.

Faisal tersenyum kecil mendengar sanjungan sahabatnya. "Kau terlalu berlebihan ah, lihat dirimu... Kau lebih hebat dari pada aku! Bisnismu besar dan sukses disini. Tidak sebanding denganku yang masih dibawah pimpinan orang lain..." ucap Faisal merendah.

Keduanya kembali terdiam, berada dalam kekakuan. Cukup lama keadaan tersebut berlangsung. Aditya tak mampu mengucapkan sebuah kata lagi karena masih shock dengan kedatangan Faisal yang tiba-tiba. Sedangkan anak buahnya Aditya menahan tawa karena melihat bossnya yang tengah salah tingkah, namun mereka langsung berhenti tersenyum ketika Adit menatap mereka dengan tatapan tajamnya.

"Uhm, sebaiknya aku pergi... Kelihatannya kau lagi sibuk," ucap lelaki berkemeja putih itu.

Aditya terkejut dengan kalimat Faisal, dia tidak tahu dengan apa yang harus dikatakannya sekarang. Entah mengapa, pertemuan mereka tidak seperti yang dibayangkan oleh Aditya. Rasanya seperti dua laki-laki asing yang tidak mengenal satu sama lain. Padahal selama sepuluh tahun ini Aditya selalu saja menantikan sosok sahabatnya itu.

"Ja-jangan pergi dulu! Aku... Aku lagi gak sibuk kok," ucap Adit dengan sedikit grogi. Faisal menatap sahabatnya itu dengan lekat, sedangkan Adit hanya menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal.

"Benarkah!? Kalau gitu, gimana kalau kita keliling pantai? Kau mau?" tanya Faisal dengan senyuman lebarnya.

"Dengan senang hati!" balas Aditya sambil merangkul sahabatnya itu, mencoba mencairkan kebekuan diantara mereka. Faisal dan Adit pun langsung melangkah bersama meninggalkan anak buahnya Aditya yang masih kebingungan karena melihat tingkah bossnya itu.

"Hah~ anginnya kencang banget ya hari ini!" ucap Faisal sambil menggeliat. Aditya tersenyum kecil melihat sahabat kecilnya ini.

"Sangat baik untuk melaut," ujar Adit pelan. Kedua bola matanya menerawang jauh ke ujung pantai. "Masih ingat gak waktu kita kecil dulu, kita kan menangkap ikan yang penuhnya seperahu..."

Faisal menaikkan salah satu alisnya. "Tentu saja aku ingat! Kau mendapatkan ikan besar dan dipuji banyak orang kan?" ujarnya. Mereka tenggelam dalam kenangan masa lalu. Saling mengorek peristiwa yang mereka alami bersama. Senyum bermain dibibir kedua lelaki itu. Bahkan, kopi diatas meja pun dibiarkan dingin karena mereka tak menyentuhnya.

"Mengapa baru sekarang kau kembali, Fai?" tanya Adit tiba-tiba. Faisal menatap sahabatnya dengan perasaan campur aduk, tapi belum lama ia memandangi sahabatnya dia langsung memalingkan wajahnya kembali.

"Baru saat ini aku bisa kembali," ucapnya. "Apa menurutmu aku tidak tersiksa dengan kerinduan pada tempat ini? Jujur, sudah lama aku ingin kembali!" sambungnya dengan berapi-api.

Adit menengadah menatap pada sahabatnya. "Jadi tempat ini yang kau rindukan? Bukan aku?" tanya Adit dengan nada pelan. Faisal tak mampu mengeluarkan suaranya, ia hanya bisa menatap Adit dengan tatapan sedih. "Kau tahu? Ketika kau memilih pergi ke kota untuk kuliah dan meninggalkan kota ini, aku menjadi sendirian. Tidak punya siapapun lagi. Aku sendirian tinggal di lingkungan yang keras ini," keluh Adit membuka pengalaman hidupnya. Ia mengambil sebatang rokok dari sakunya, dan dihisap penuh kenikmatan.

"Aku masih ingat, hari itu aku benar-benar sedang diuji. Rumahku yang kecil terbakar habis entah karena apa. Semua harta bendaku, entah yang berupa materi maupun kenangan... Semuanya hilang. Aku sudah tak mempunyai apapun, bahkan uang sepeserpun aku tak punya. Seandainya kau ada disampingku waktu itu, pasti aku tak merasa kehilangan apapun..." Adit melayangkan matanya terarah ke Faisal.

"Dimana kamu saat aku sedang membutuhkanmu? Ah, pasti kamu sedang enak-enaknya makan, atau sedang menggoda gadis-gadis kota kan..." cercanya. Faisal menjadi risih mendengar cercaan dari sahabatnya itu.

"Cukup, Dit! Aku gak seperti itu! Apa kamu benar-benar memandangku seperti itu?" balas Faisal dengan wajah yang kecewa. Adit menjadi merasa bersalah karena dia telah mengatakan kalimat yang membuat sahabatnya menjadi sakit hati.

Dia merangkul bahu Faisal. "Maafkan aku..." ujarnya lemah. Sejujurnya, Aditya hanya takut kehilangan Faisal. Dia hanya ingin menyampaikan sesuatu ke Faisal, kalau ia rela kehilangan apa saja kecuali ada Faisal disampingnya. "Sekarang lupakan semua itu. Ayo, kita jalan-jalan lagi melihat pantai!" ajak Aditya mengalihkan pembicaraan.

Matahari mulai membenamkan dirinya dibawah lautan. Namun, kedua lelaki itu masih semangat mengitari sekitar Pantai. Mereka melangkah kesuatu tempat disudut pantai.

"Masih adakah bekas upacara janji yang dulu pernah kita lakukan?" tanya Faisal sambil merendahkan tubuhnya menatap pasir.

"Rasanya baru kemarin ya kita berkumpul disini," ujar Adit termangu. "Lima tetes darah kita menyatu diatas pasir ini. Menandakan bahwa kita tak akan pernah berpisah..."

Faisal tersenyum lebar dan langsung merangkul Pria yang ada disebelahnya. "Kau benar! Bahkan takdirpun tak mampu untuk memisahkan kita!" ucapnya dengan tulus.

"Ah, maaf..." pamit Faisal menjauh dari Adit ketika telpon genggamnya tengah berbunyi, ia mengangkat telpon itu. Selang beberapa detik, Faisal kembali menghampiri sahabatnya. "Maaf, Dit. Ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan... Besok aku pasti menemui mu lagi kok!" sambung Faisal sambil berlari kecil menjauhi Aditya.

Aditya masih mematung di tempat, memandangi sahabatnya yang hilang dikelokan jalan. Napas berat terdengar ditarik Adit.

Ditengah perjalanan ke markas tempatnya bekerja, terdengar sebuah alunan lagu yang muncul dari Radio salah satu rumah.

Telah lama aku bertahan
Demi cinta wujudkan sebuah harapan
Namun kurasa cukup ku menunggu
Semua rasa telah hilang

Sekarang aku tersadar
Cinta yang kutunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu?

Tidak. Perasaan ini belum hilang dari lubuk hatinya Aditya. Dia sendiri yang janji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan terus menyimpan perasaan ini. Penantian yang selama ini ia tunggu-tunggu, tak mau ia sia-siakan begitu saja.
***
"Adakah masalah lagi?" tanya Adit kepara anak buahnya.

"Begini bos..." anak buahnya terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, tangannya berulang kali mengusap kepalanya. Adit tetap tenang menanti laporan dari anak buahnya. "Begini... Orang kota itu sering mendekati perahu-perahu kita. Ia juga ingin tahu banyak dan menyelidiki kegiatan kita. Apa perlu dibereskan?"

Kedua mata Aditya terbuka lebar dan menyorot tajam kearah anak buahnya. "Jangan coba-coba kalian mengganggu orang kota itu! Dia urusan saya. PAHAM!?" anak buahnya cepat-cepat mengangguk.

Adit segera mengakhiri kunjungannya dan melanjutkan ketempat lain untuk menjalankan bisnisnya. Dimalam hari, ia tengah bertransaksi dengan pengguna narkoba ataupun miras di tempat hiburan, bilyard, tempat judi, kedai minuman, dan tempat underground lainnya. Dia tak takut kalau dirinya akan masuk kedalam penjara, karena selama ini ia mempunyai perlindungan dari oknum-oknum aparat keamanan yang setiap bulannya diberi uang pelicin. Aditya merupakan boss di daerah pantai, namun ia juga mempunyai seorang boss besar di kota lain.

Selang beberapa jam setelah Aditya selesai dari pekerjaannya, ia kembali kerumahnya dan memakirkan truknya di gudang. Tanpa disadari olehnya bahwa Faisal membuntutinya dari tadi. Lelaki berkulit putih itu membuka pintu belakang kendaraan dengan seutas kawat maling. Pemuda itu masuk ke dalam truk dan menutup pintu rapat-rapat. Dilihatnya tumpukan peti-peti kedap udara memenuhi ruangan. Faisal mendekati dan berusaha membuka tutup peti kemudian mengeluarkan isinya.

"Benar dugaanku, truk ini membawa barang-barang terlarang!" serunya tertahan. Lama ia termangu kurang percaya dengan temuannya. Hingga didengar suara tida orang laki-laki mendekati truk. Setelah mengembalikan peti pada tempatnya semula, Faisal mencari tempat persembunyian dibelakang tumpukan peti-peti.

"Lho? Kok gemboknya belum dikunci?" tanya salah satu dari mereka. Mereka bertiga memperhatikan gembok tersebut.

Laki-laki bersuara berat membuka pintu truk dan melongok ke dalam. "Kurasa kau saja yang lupa mengunci!" ujarnya setelah melihat peti-peti tersusun rapi tiada berkurang sedikitpun. Gemboknya mereka kunci kembali. Beberapa saat kemudian, kendaraan itu telah meninggalkan kampung Teratak. Tubuh Faisal terguncang-guncang karena jalanan yang dilaluinya berbatu-batu dan berlubang. Ia harus menahan napas agar kehadirannya tidak diketahui.

Akhirnya, kendaraan telah berhenti ke tempat tujuan. Truk itu diberhentikan disebuah rumah besar. Tiga laki-laki tersebut keluar dari dalam kendaraan menemui dua orang Pria yang tengah menyambut mereka. Kelima lelaki itu terlibat dalam sebuah pembicaraan yang serius sambil meneliti isi map yang dibawa oleh anak buah Aditya.

Faisal mengenal salah satu pemilik suara dari kelima Pria itu. Suara yang sangat ia kenali... Suara itu adalah milik Aditya!

Aditya disuruh mengecek barang bawaan yang ada di truk. Pintu belakang truk terkuak. Pria berparas tampan itu melompat ke dalam truk dan menghitung jumlah tumpukan peti. Tubuh Faisal bergetar kecemasan, menginsut jauh ke dalam untuk menyembunyikan tubuhnya. Namun... Tanpa sengaja kakinya menginjak sebuah botol bekas air mineral.

Glek. Faisal tertegun melihat kebodohannya itu.

Aditya langsung menggeserkan peti-peti yang menyembunyikan Faisal. Dan ketika semua peti telah ia singkirkan, terlihatlah seorang lelaki bertubuh sedang tengah meringkuk dipojokkan sana. Dengan wajah yang sangat pucat.

"Faisal...?" tegur Aditya terkejut.
-----------------------------------------

To be continued....

1 comments:

  1. Budi Purnomo said...:

    Bayu 085799366661 cari teman yang umur 11-15 khusus cowox SMP se Indonesia slm 24 jam nonstop. Jakarta, Tambn Utara, Tanggerang Selatan, Depok, Serang, Tanggerang, Bekasi, Subang, Garut, Cianjur, Ciamis, Kudus, Jepara, Salatiga, Jogjakarta, Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, Secang, Mertoyudan, Temanggung, Ungaran, Demak, Kendal, Indramayu, Magelang, Tulungagung, Surabaya, Blintar, Madiun, Ngawi, Ngajuk, Lamongan, Gresik, Tuban, Bojonegoro, Banjarnegara, Wonosobo, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Magetan, Trenggalek, Kediri, purwodadi, purworejo, Jepara, Jember, Malang, Pasuruan, Sampang, Madura, Pamekasan, Bali, Denpasar, Mataram, Kupang, Aceh, Medang, Palembang, Sukabumi, Lampung Pekanbaru, Batam, Jambi, Lubuk Linggau, Padang,Sawah Lunto, Bukti tinggi, Pemantang Siantar Medan Utara, Medan baru, Medan Selatan, Bengkulu, Banjarmasin, palakaraya, Pontianak, Samarinda, Palu, makassar, Manado,Ambon, Maluku Utara, Jaya pura, Biak, Papua Barat, Papua Timur, Muntilan, Banjarnegara,
    Facebook Twitter Google Skype Email
    Fantonius1@gmail.com

    By Gay Top SMP





Post a Comment