Pulang kembali ke kampung Teratak membuatnya semakin terpuruk. Banyak hal yang dilihatnya mempengaruhi batin. Kalau dulu ia melihat pohon kelapa, perahu nelayan karam di tengah lautan, dan anak-anak yang berlarian dengan gembira. Namun kini semuanya terlihat beda. Dalam hatinya Faisal timbul pertanyaan; kapan semua penduduk memiliki WC sendiri? Kapan mereka mengecap pendidikan sehingga tidak bodoh lagi dipermainkan oleh para preman? Kapan mereka menikmati hidup yang layak?
Setiap langkah Faisal membuatnya sangat khawatir dengan keadaan    kampungnya. Siang hari Faisal berkeliling pantai dan mendatangi rumah    penduduk. Mencoba untuk membuka pikiran orang-orang untuk berubah supaya    tidak bisa dibodohi lagi.
"Maaf Bung, Anda dilarang  mendekati tempat ini!" ucap seorang pemuda   yang tak lain adalah anak  buahnya Adit. Faisal menghentikan langkahnya   mendekati perahu-perahu  para nelayan yang baru saja mendarat.
Faisal pura-pura  bodoh. "Lho? Kenapa? Bukannya ini pantai umum?  Setahu  saya tempat ini  bebas dilewati oleh semua kalangan. Atau telah  ada  seseorang yang  membeli seluruh pantai di kampung ini?" ejeknya yang   membuat panas  telinga para preman itu.
"Oh, rupanya kau adalah orang  kota yang tak mengerti daerah ini ya,"   hardik salah seorang dari  mereka. Dipandanginya sosok Faisal dari  kepala  sampai ke kaki seperti  seorang pedagang yang tengah menafsir  harga.  "Dengar ya, bos pasti gak  seneng ngeliat kamu berkeliaran  menganggu  daerah kami! Cepat  tinggalkan tempat ini, atau..." jarinya  melingkar  dileher memperagakan  pencekikan. Faisal hanya tertawa masam  mendengar  ancaman itu.
"Aduh,  aku takut sekali..." ucapnya dengan nada yang mengejek.  Melihat   Faisal yang sok takut, mereka menjadi sakit hati. Mereka  mengelilingi   Faisal dan siap untuk menyerang.
"ADA APA INI!?" teriak  seorang Pria bertubuh tegap dari jauh dan  segera  menghampiri mereka.  Si empunya suara berdiri tegak di tengah  mereka. Ia  terdiam melihat  seorang laki-laki berpakaian rapih yang ada  di  hadapannya.
Saat ini, dua pasang mata saling memandang tercengang. Dua wajah yang saling berhadapan dengan berbagai perasaan.
"Faisal!?"  seru Adit dengan gembira. Aditya langsung memeluk Faisal   dengan erat,  tanpa menghiraukan pandangan aneh dari anak buahnya.   Faisalpun tak  kalah erat memeluk Aditya. Angin seakan berhenti berhembus   untuk  beberapa detik. Matahari meredupkan sinarnya, memayungi dua   sahabat  yang sedang melepas rindu.
"Lama sekali kawan kita  tidak bertemu!" ucap Faisal sambil  menggenggam  erat tangan Adit. Pria  bertubuh atletis itu tersenyum  membalas genggaman  Faisal.
"Sepuluh tahun," ujarnya lirih. "Aku ingin memutar kembali waktu yang berlalu..." sambungnya kemudian.
Mereka  lama saling berpandangan, saling menilai penampilan   masing-masing.  Dalam pandangan Faisal, sahabat yang kini dihadapannya   telah jauh  berubah. Tubuhnya semakin tinggi dan berbentuk, wajahnya juga   semakin  tampan. Sorot matanya tajam penuh semangat hidup. Setiap   tindakan dan  tingkah lakunya mantap penuh percaya diri. Namun, ketika   Faisal  menatap goresan luka yang berada di pipi kirinya Aditya,   senyumnya  seketika hilang. Faisal teringat kembali akan kenangan itu,   namun ia  segera melupakannya kembali.
"Wah, ternyata kau sudah  menjadi orang sukses ya!" sanjung Adit pada   Faisal. Diliriknya label  kemeja yang dikenakan oleh Faisal. Tatanan   rambutnya juga mengikuti  mode masa kini. Menampilkan sosok Pria   Metrosexual, hal itu yang  tergambarkan pada diri Faisal.
Faisal tersenyum kecil  mendengar sanjungan sahabatnya. "Kau terlalu   berlebihan ah, lihat  dirimu... Kau lebih hebat dari pada aku! Bisnismu   besar dan sukses  disini. Tidak sebanding denganku yang masih dibawah   pimpinan orang  lain..." ucap Faisal merendah.
Keduanya kembali  terdiam, berada dalam kekakuan. Cukup lama keadaan   tersebut  berlangsung. Aditya tak mampu mengucapkan sebuah kata lagi   karena  masih shock dengan kedatangan Faisal yang tiba-tiba. Sedangkan   anak  buahnya Aditya menahan tawa karena melihat bossnya yang tengah   salah  tingkah, namun mereka langsung berhenti tersenyum ketika Adit   menatap  mereka dengan tatapan tajamnya.
"Uhm, sebaiknya aku pergi... Kelihatannya kau lagi sibuk," ucap lelaki berkemeja putih itu.
Aditya  terkejut dengan kalimat Faisal, dia tidak tahu dengan apa yang   harus  dikatakannya sekarang. Entah mengapa, pertemuan mereka tidak   seperti  yang dibayangkan oleh Aditya. Rasanya seperti dua laki-laki   asing yang  tidak mengenal satu sama lain. Padahal selama sepuluh tahun   ini  Aditya selalu saja menantikan sosok sahabatnya itu.
"Ja-jangan  pergi dulu! Aku... Aku lagi gak sibuk kok," ucap Adit  dengan  sedikit  grogi. Faisal menatap sahabatnya itu dengan lekat,  sedangkan  Adit  hanya menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal.
"Benarkah!? Kalau gitu, gimana kalau kita keliling pantai? Kau mau?" tanya Faisal dengan senyuman lebarnya.
"Dengan  senang hati!" balas Aditya sambil merangkul sahabatnya itu,   mencoba  mencairkan kebekuan diantara mereka. Faisal dan Adit pun   langsung  melangkah bersama meninggalkan anak buahnya Aditya yang masih    kebingungan karena melihat tingkah bossnya itu.
"Hah~ anginnya kencang banget ya hari ini!" ucap Faisal sambil menggeliat. Aditya tersenyum kecil melihat sahabat kecilnya ini.
"Sangat  baik untuk melaut," ujar Adit pelan. Kedua bola matanya   menerawang  jauh ke ujung pantai. "Masih ingat gak waktu kita kecil dulu,   kita kan  menangkap ikan yang penuhnya seperahu..."
Faisal  menaikkan salah satu alisnya. "Tentu saja aku ingat! Kau   mendapatkan  ikan besar dan dipuji banyak orang kan?" ujarnya. Mereka   tenggelam  dalam kenangan masa lalu. Saling mengorek peristiwa yang   mereka alami  bersama. Senyum bermain dibibir kedua lelaki itu. Bahkan,   kopi diatas  meja pun dibiarkan dingin karena mereka tak menyentuhnya.
"Mengapa  baru sekarang kau kembali, Fai?" tanya Adit tiba-tiba.  Faisal  menatap  sahabatnya dengan perasaan campur aduk, tapi belum lama  ia  memandangi  sahabatnya dia langsung memalingkan wajahnya kembali.
"Baru  saat ini aku bisa kembali," ucapnya. "Apa menurutmu aku tidak    tersiksa dengan kerinduan pada tempat ini? Jujur, sudah lama aku ingin    kembali!" sambungnya dengan berapi-api.
Adit  menengadah menatap pada sahabatnya. "Jadi tempat ini yang kau    rindukan? Bukan aku?" tanya Adit dengan nada pelan. Faisal tak mampu    mengeluarkan suaranya, ia hanya bisa menatap Adit dengan tatapan sedih.    "Kau tahu? Ketika kau memilih pergi ke kota untuk kuliah dan    meninggalkan kota ini, aku menjadi sendirian. Tidak punya siapapun lagi.    Aku sendirian tinggal di lingkungan yang keras ini," keluh Adit   membuka  pengalaman hidupnya. Ia mengambil sebatang rokok dari sakunya,   dan  dihisap penuh kenikmatan.
"Aku masih ingat, hari  itu aku benar-benar sedang diuji. Rumahku yang   kecil terbakar habis  entah karena apa. Semua harta bendaku, entah yang   berupa materi maupun  kenangan... Semuanya hilang. Aku sudah tak   mempunyai apapun, bahkan  uang sepeserpun aku tak punya. Seandainya kau   ada disampingku waktu  itu, pasti aku tak merasa kehilangan apapun..."   Adit melayangkan  matanya terarah ke Faisal.
"Dimana kamu saat aku sedang  membutuhkanmu? Ah, pasti kamu sedang   enak-enaknya makan, atau sedang  menggoda gadis-gadis kota kan..."   cercanya. Faisal menjadi risih  mendengar cercaan dari sahabatnya itu.
"Cukup, Dit! Aku  gak seperti itu! Apa kamu benar-benar memandangku   seperti itu?" balas  Faisal dengan wajah yang kecewa. Adit menjadi merasa   bersalah karena  dia telah mengatakan kalimat yang membuat sahabatnya   menjadi sakit  hati.
Dia merangkul bahu Faisal. "Maafkan aku..."  ujarnya lemah.  Sejujurnya,  Aditya hanya takut kehilangan Faisal. Dia  hanya ingin  menyampaikan  sesuatu ke Faisal, kalau ia rela kehilangan  apa saja  kecuali ada Faisal  disampingnya. "Sekarang lupakan semua itu.  Ayo, kita  jalan-jalan lagi  melihat pantai!" ajak Aditya mengalihkan  pembicaraan.
Matahari mulai membenamkan dirinya dibawah  lautan. Namun, kedua  lelaki  itu masih semangat mengitari sekitar  Pantai. Mereka melangkah  kesuatu  tempat disudut pantai.
"Masih adakah bekas upacara janji yang dulu pernah kita lakukan?" tanya Faisal sambil merendahkan tubuhnya menatap pasir.
"Rasanya  baru kemarin ya kita berkumpul disini," ujar Adit termangu.   "Lima  tetes darah kita menyatu diatas pasir ini. Menandakan bahwa kita   tak  akan pernah berpisah..."
Faisal tersenyum lebar dan  langsung merangkul Pria yang ada   disebelahnya. "Kau benar! Bahkan  takdirpun tak mampu untuk memisahkan   kita!" ucapnya dengan tulus.
"Ah,  maaf..." pamit Faisal menjauh dari Adit ketika telpon genggamnya    tengah berbunyi, ia mengangkat telpon itu. Selang beberapa detik,   Faisal  kembali menghampiri sahabatnya. "Maaf, Dit. Ada beberapa urusan   yang  harus kuselesaikan... Besok aku pasti menemui mu lagi kok!"   sambung  Faisal sambil berlari kecil menjauhi Aditya.
Aditya masih mematung di tempat, memandangi sahabatnya yang hilang dikelokan jalan. Napas berat terdengar ditarik Adit.
Ditengah perjalanan ke markas tempatnya bekerja, terdengar sebuah alunan lagu yang muncul dari Radio salah satu rumah.
Telah lama aku bertahan
Demi cinta wujudkan sebuah harapan
Namun kurasa cukup ku menunggu
Semua rasa telah hilang
Sekarang aku tersadar
Cinta yang kutunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu?
Tidak.  Perasaan ini belum hilang dari lubuk hatinya Aditya. Dia  sendiri  yang  janji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan terus menyimpan  perasaan   ini. Penantian yang selama ini ia tunggu-tunggu, tak mau ia  sia-siakan   begitu saja.
***
"Adakah masalah lagi?" tanya Adit kepara anak buahnya.
"Begini  bos..." anak buahnya terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu,    tangannya berulang kali mengusap kepalanya. Adit tetap tenang menanti    laporan dari anak buahnya. "Begini... Orang kota itu sering mendekati    perahu-perahu kita. Ia juga ingin tahu banyak dan menyelidiki kegiatan    kita. Apa perlu dibereskan?"
Kedua mata Aditya terbuka  lebar dan menyorot tajam kearah anak  buahnya.  "Jangan coba-coba  kalian mengganggu orang kota itu! Dia urusan  saya.  PAHAM!?" anak  buahnya cepat-cepat mengangguk.
Adit segera mengakhiri  kunjungannya dan melanjutkan ketempat lain  untuk  menjalankan  bisnisnya. Dimalam hari, ia tengah bertransaksi  dengan  pengguna  narkoba ataupun miras di tempat hiburan, bilyard,  tempat judi,  kedai  minuman, dan tempat underground lainnya. Dia tak  takut kalau  dirinya  akan masuk kedalam penjara, karena selama ini ia  mempunyai   perlindungan dari oknum-oknum aparat keamanan yang setiap  bulannya   diberi uang pelicin. Aditya merupakan boss di daerah pantai,  namun ia   juga mempunyai seorang boss besar di kota lain.
Selang  beberapa jam setelah Aditya selesai dari pekerjaannya, ia  kembali   kerumahnya dan memakirkan truknya di gudang. Tanpa disadari  olehnya   bahwa Faisal membuntutinya dari tadi. Lelaki berkulit putih itu  membuka   pintu belakang kendaraan dengan seutas kawat maling. Pemuda  itu masuk  ke  dalam truk dan menutup pintu rapat-rapat. Dilihatnya  tumpukan  peti-peti  kedap udara memenuhi ruangan. Faisal mendekati dan  berusaha  membuka  tutup peti kemudian mengeluarkan isinya.
"Benar  dugaanku, truk ini membawa barang-barang terlarang!" serunya    tertahan. Lama ia termangu kurang percaya dengan temuannya. Hingga    didengar suara tida orang laki-laki mendekati truk. Setelah    mengembalikan peti pada tempatnya semula, Faisal mencari tempat    persembunyian dibelakang tumpukan peti-peti.
"Lho? Kok gemboknya belum dikunci?" tanya salah satu dari mereka. Mereka bertiga memperhatikan gembok tersebut.
Laki-laki  bersuara berat membuka pintu truk dan melongok ke dalam.   "Kurasa kau  saja yang lupa mengunci!" ujarnya setelah melihat peti-peti   tersusun  rapi tiada berkurang sedikitpun. Gemboknya mereka kunci   kembali.  Beberapa saat kemudian, kendaraan itu telah meninggalkan   kampung  Teratak. Tubuh Faisal terguncang-guncang karena jalanan yang    dilaluinya berbatu-batu dan berlubang. Ia harus menahan napas agar    kehadirannya tidak diketahui.
Akhirnya, kendaraan telah  berhenti ke tempat tujuan. Truk itu   diberhentikan disebuah rumah  besar. Tiga laki-laki tersebut keluar dari   dalam kendaraan menemui dua  orang Pria yang tengah menyambut mereka.   Kelima lelaki itu terlibat  dalam sebuah pembicaraan yang serius sambil   meneliti isi map yang  dibawa oleh anak buah Aditya.
Faisal mengenal salah satu pemilik suara dari kelima Pria itu. Suara yang sangat ia kenali... Suara itu adalah milik Aditya!
Aditya  disuruh mengecek barang bawaan yang ada di truk. Pintu  belakang  truk  terkuak. Pria berparas tampan itu melompat ke dalam truk  dan   menghitung jumlah tumpukan peti. Tubuh Faisal bergetar kecemasan,    menginsut jauh ke dalam untuk menyembunyikan tubuhnya. Namun... Tanpa    sengaja kakinya menginjak sebuah botol bekas air mineral.
Glek. Faisal tertegun melihat kebodohannya itu.
Aditya  langsung menggeserkan peti-peti yang menyembunyikan Faisal.  Dan   ketika semua peti telah ia singkirkan, terlihatlah seorang lelaki    bertubuh sedang tengah meringkuk dipojokkan sana. Dengan wajah yang    sangat pucat.
"Faisal...?" tegur Aditya terkejut.
-----------------------------------------To be continued....





Bayu 085799366661 cari teman yang umur 11-15 khusus cowox SMP se Indonesia slm 24 jam nonstop. Jakarta, Tambn Utara, Tanggerang Selatan, Depok, Serang, Tanggerang, Bekasi, Subang, Garut, Cianjur, Ciamis, Kudus, Jepara, Salatiga, Jogjakarta, Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul, Secang, Mertoyudan, Temanggung, Ungaran, Demak, Kendal, Indramayu, Magelang, Tulungagung, Surabaya, Blintar, Madiun, Ngawi, Ngajuk, Lamongan, Gresik, Tuban, Bojonegoro, Banjarnegara, Wonosobo, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Magetan, Trenggalek, Kediri, purwodadi, purworejo, Jepara, Jember, Malang, Pasuruan, Sampang, Madura, Pamekasan, Bali, Denpasar, Mataram, Kupang, Aceh, Medang, Palembang, Sukabumi, Lampung Pekanbaru, Batam, Jambi, Lubuk Linggau, Padang,Sawah Lunto, Bukti tinggi, Pemantang Siantar Medan Utara, Medan baru, Medan Selatan, Bengkulu, Banjarmasin, palakaraya, Pontianak, Samarinda, Palu, makassar, Manado,Ambon, Maluku Utara, Jaya pura, Biak, Papua Barat, Papua Timur, Muntilan, Banjarnegara,
Facebook Twitter Google Skype Email
Fantonius1@gmail.com
By Gay Top SMP