part. I
Ini cerita tentang dia dan ‘ilusi’. Maksudnya? Mungkin inilah pertanyaan pertama yang kalian tanyakan tapi abaikanlah. Mulailah gerakan matamu mengikuti alur cerita ini. Biar kau tahu sendiri cerita apa ini dan maksud dari kalimat pernyataan tadi. bukannya aku pelit berbagi informasi, hanya ingin sedikit biarkan kalian berfantasi, dengan khayal diri sendiri.
Hari Senin bukanlah hari yang menyenangkan, terutama bagi pelajar. Padahal jika dipikirkan apa
salahnya hari Senin? Bukan dia yang meminta untuk menjadi hari setelah Minggu. Bukan dia juga yang meminta jadi hari pertama dari hari kerja. Tega sekali orang membencinya. Setidaknya itulah yang ada di dalam otak Farren atau nama lengkapnya Farren Oktavio.
“Woy Ren, tumben lu pagi-pagi ke kantin hari Senin, biasanya kan hari Senin lu duduk manis diem di kelas,” sebuah suara menyadarkan Farren dari lamunannya. Ia hampir saja lupa kalau ia sedang duduk menikmati bakso mang Ujang di kantin pagi-pagi sekali. Tahu-tahu baksonya sudah dingin.
“Eh, elu Mor, tumben. Biasanya nangkring di kelas Dian dulu. Eh, traktir gue yah? Lagi tipis nih dompet gue! Hehe,” dengan tampang santai Farren langsung ‘memalak’ temannya yang bernama Mori itu.
“Ah! Elu mah tiap ada gue ngakunya tuh dompet tipis mulu! Nyatanya tipis sih iya, tapi isinya yang lembar warna merah lima!” jawab Mori sewot tapi tetap saja ia sambil memesan langsung membayar makan untuk mereka berdua di kasir. “Iya nih, gue lagi bete sama si Dian. Lagi deket dia sama cina kesasar, Gilang!” lanjut Mori setelah kembali duduk.
Bukan hanya Farren yang heran, Mori juga sama. Padahal jika dilihat Farren jelas lebih besar dari Gilang, tapi Gilang masih saja suka menantang Farren. Mungkin karena Farren terlihat sangat biasa dan seolah tidak dapat melawan. Belum lagi ia sering menutupi matanya dengan poni dan kacamata, salah satu hal yang membuat Mori iri karena Farren selalu lolos dari gunting maut guru BP mereka, pak Sonon.
***
Hari pun bergulir berganti menjadi hari Selasa. Bukan hari kesukaan Farren karena hari ini ada pelajaran sejarah. Farren sangat lemah dalam berhapal, tulisannya jelek, dan suaranya datar. Sangat tidak cocok untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sastra dan sejarah tapi ia lumayan bisa mengerti hitungan. Setidaknya berada di peringkat 10 besar sudah cukup lumayan.
Saat sibuk mencari penghapus di kolong meja, ia menemukan sebuah kertas yang telah diremas. Entah apa dan kenapa, seolah tertarik oleh medan magnet yang diciptakan oleh kertas itu, Farren membuka remasan kertas itu.
Buat siapapun yang baca surat ini
Hei, kenalin, gue cuma pengen kenalan
Oh ya, apa lu tau kalau hari ini bakal ada hujan?
Setelah hujan bakal muncul pelangi
Well, denger-denger guru TIK ga bakal masuk karena sakit perut
Mungkin dia diare kali
Hmm… ngomong-ngomong gimana kabar lu?
Senang bisa kenalan ^~^
Farren terkikik geli membaca tulisan di dalam remasan kertas tersebut, mungkin orang yang menulis ini adalah anak kelas dua belas yang tiap sore saat pelajaran tambahan belajar dan duduk disini. Maklum, saat mendekati ujian tiap sore anak kelas dua belas harus turun.
+to be continued+
Ahhh ini cerita menarik untuk dilanjutkan sekilat kilatnya!!!
Ayooo lanjut kilat yaaa u,u
Penasaran siapa org yg menulis surat itu....