I'll Stand by You
Part 2: Me, and my old memories
***
~Ikhsan's POV~
"Apa kabar, Ichan?" suara ini... Walaupun sudah berubah menjadi suara yang berat, tapi aku tak mungkin melupakan suara ini.
"Aldo...?" sapaku yang masih setengah tak percaya. Mungkin saja ini hanyalah fatamorgana saja? Ah, nggak. Gak mungkin. Dia begitu nyata, dia benar-benar ada di hadapanku sekarang.
"Hehe, kaget ya? Maaf deh," ucapnya yang sambil mengulurkan tangan kanannya ke aku. Kami pun bersalaman dengan erat. Hatiku benar-benar senang bukan main karena aku telah dipertemukan kembali dengan sahabat masa kecilku ini. Kami berteman semenjak kami masih kecil, waktu SD kelas satu. Dulu rumah Aldo tepat berada disamping rumahku. Hampir setiap hari kami melewatkan waktu bersama, dirumah dia selau seorang diri jadinya dia sering kesepian dan akhirnya bermain kerumahku. Saat itu keluargaku masih lengkap. Ada kak Zaki dan Ziko, kedua kakak kembarku. Dan juga ada ayah dan ibu. Ah... Tak terasa ya, waktu begitu cepat berlalu.
Setelah selesai berjabat tangan, aku mempersilahkannya untuk masuk kerumah. Dan membiarkannya duduk diruang tamu. Akupun langsung membuatkan dia secangkir sirup orange.
Selagi kami duduk dan meminum sirup yang baru saja kubuat tadi, sesaat aku melirik sosok Aldo yang kini telah tumbuh menjadi seorang Pria. Kupandangi tubuh sahabatku itu dengan lekat, membandingkan dirinya di empat tahun yang lalu sebelum dia meninggalkanku keluar kota. Dulu waktu kecil kami sepantaran, tapi sekarang dia jauh lebih tinggi dariku. Wajahnya juga semakin tampan saja, dan senyumnya pun makin oke. Aku yakin, para gadis pasti akan pingsan dibuatnya!
Aldo kembali membuka percakapan. Kemarin dia baru saja meninggalkan kota surabaya dan kembali ke kota ini, karena kakaknya akan kuliah disini. Begitu tahu kalau kakaknya akan kuliah di kota tempat tinggalnya dulu, Aldo pun langsung meminta kedua orang tuanya untuk pindah sekolah dan tinggal bersama kakak dirumah tantenya Aldo. Saat ini Aldo belum tahu mau sekolah dimana, dan ia menanyakan sekolahku karena ia mau memasuki sekolah yang sama denganku. Aku yang mendengar kabar ini pun langsung merasa senang bukan main!
"Lalu, aku prihatin atas apa yang sedang menimpamu sekarang, Chan..." ucapnya yang sambil menatapku dengan cemas. Ah... Mungkin dia sudah dengar dari tetangga tentang keluargaku. Aku hanya bisa tertawa untuk beberapa saat, dan Aldo menatapku dengan bingung.
"Gaya bicaramu kok kayak orang dewasa sih, Do?" ejekku yang masih tetap tersenyum. Aldo yang melihatku seperti ini, dia juga ikutan tertawa lepas.
"Walaupun sudah lama kita nggak ketemu, tapi semuanya tetap sama ya..." ucap Aldo yang seperti berbisik. "Semuanya seakan... Kita tak pernah mengucapkan kata selamat tinggal."
Aku terdiam mendengar kalimatnya. Wah, ternyata Aldo memang benar-benar sudah menjadi orang dewasa. Kalimatnya kurang bisa dicerna olehku...
Aku dan Aldo kembali terlarut dalam kenangan kami di masa SD. Dari hal yang menyenangkan, sampai hal yang paling memalukan! Heran aku, kenapa Aldo ingatannya kuat banget ya?
"Eh ya, kamu udah ada pacar belum nih?" tanya Aldo tiba-tiba.
"Ka-kamu nanya apa sih, Do? Belum ada kok! Jatuh cinta aja belum, gimana punya pacar?" Aldo tertawa mendengar jawabanku. Huh, padahal dia sendiri kan juga lagi single. Kenapa dia ngetawain aku sih?
"Kalau gitu, aku daftar boleh dong?" wajahku langsung berubah menjadi merah mendengar suara Aldo.
"OGAAAAAH!" jeritku yang memukulnya dengan bantal sofa. Aldo hanya tertawa keras melihat tingkahku ini. Huh! Aku tarik kata-kataku tadi yang bilang kalau Aldo itu sudah dewasa! Ternyata dia masih tetap jahil seperti dulu!
Setelah itu, Aldo pun berpamitan untuk pulang. Rumah tantenya agak jauh, dan ia juga dipesankan oleh tantenya agar tidak main terlalu lama. Aldo berjanji padaku bahwa ia akan sering-sering main kerumahku lagi, tentu saja aku sangat senang mendengarnya! Walaupun dia suka jahil, tapi aslinya dia baik banget kok. Waktu kecil dulu dia sering memberikanku berbagai macam buku bacaan serta mainan. Semua yang ia berikan selalu aku pakai, kecuali... Waktu itu dia memberikanku mainan pistol-pistolan, karena aku kurang begitu suka, jadinya aku simpan dikardus deh, hehe.
Ah ya aku lupa! Jam enam kan aku harus sudah sampai di Heaven! Gawat, sekarang sudah jam setengah enam! Semoga aku gak telat!
Dengan cepat aku langsung mengganti pakaian dan langsung beranjak pergi ke Heaven Club. Ditengah perjalan, tiba-tiba saja aku teringat kembali tentang kenanganku dulu bersama Aldo.
Waktu SD dulu aku sering dikatain cowok lemah, dan cuman Aldo yang selalu membelaku. Bahkan dia sampe rela babak belur melawan tiga cowok berandalan di kelas, hanya demi membelaku. Dia seperti Yola, dulu cuman dia yang bisa mengerti aku, yang selalu bisa melindungiku. Yola dan Aldo sama-sama berasal dari keluarga atas, tapi mereka berdua tetap mau bersahabat denganku. Aku bersyukur memiliki sahabat seperti mereka.
"Apa kabar, Ichan?" suara ini... Walaupun sudah berubah menjadi suara yang berat, tapi aku tak mungkin melupakan suara ini.
"Aldo...?" sapaku yang masih setengah tak percaya. Mungkin saja ini hanyalah fatamorgana saja? Ah, nggak. Gak mungkin. Dia begitu nyata, dia benar-benar ada di hadapanku sekarang.
"Hehe, kaget ya? Maaf deh," ucapnya yang sambil mengulurkan tangan kanannya ke aku. Kami pun bersalaman dengan erat. Hatiku benar-benar senang bukan main karena aku telah dipertemukan kembali dengan sahabat masa kecilku ini. Kami berteman semenjak kami masih kecil, waktu SD kelas satu. Dulu rumah Aldo tepat berada disamping rumahku. Hampir setiap hari kami melewatkan waktu bersama, dirumah dia selau seorang diri jadinya dia sering kesepian dan akhirnya bermain kerumahku. Saat itu keluargaku masih lengkap. Ada kak Zaki dan Ziko, kedua kakak kembarku. Dan juga ada ayah dan ibu. Ah... Tak terasa ya, waktu begitu cepat berlalu.
Setelah selesai berjabat tangan, aku mempersilahkannya untuk masuk kerumah. Dan membiarkannya duduk diruang tamu. Akupun langsung membuatkan dia secangkir sirup orange.
Selagi kami duduk dan meminum sirup yang baru saja kubuat tadi, sesaat aku melirik sosok Aldo yang kini telah tumbuh menjadi seorang Pria. Kupandangi tubuh sahabatku itu dengan lekat, membandingkan dirinya di empat tahun yang lalu sebelum dia meninggalkanku keluar kota. Dulu waktu kecil kami sepantaran, tapi sekarang dia jauh lebih tinggi dariku. Wajahnya juga semakin tampan saja, dan senyumnya pun makin oke. Aku yakin, para gadis pasti akan pingsan dibuatnya!
Aldo kembali membuka percakapan. Kemarin dia baru saja meninggalkan kota surabaya dan kembali ke kota ini, karena kakaknya akan kuliah disini. Begitu tahu kalau kakaknya akan kuliah di kota tempat tinggalnya dulu, Aldo pun langsung meminta kedua orang tuanya untuk pindah sekolah dan tinggal bersama kakak dirumah tantenya Aldo. Saat ini Aldo belum tahu mau sekolah dimana, dan ia menanyakan sekolahku karena ia mau memasuki sekolah yang sama denganku. Aku yang mendengar kabar ini pun langsung merasa senang bukan main!
"Lalu, aku prihatin atas apa yang sedang menimpamu sekarang, Chan..." ucapnya yang sambil menatapku dengan cemas. Ah... Mungkin dia sudah dengar dari tetangga tentang keluargaku. Aku hanya bisa tertawa untuk beberapa saat, dan Aldo menatapku dengan bingung.
"Gaya bicaramu kok kayak orang dewasa sih, Do?" ejekku yang masih tetap tersenyum. Aldo yang melihatku seperti ini, dia juga ikutan tertawa lepas.
"Walaupun sudah lama kita nggak ketemu, tapi semuanya tetap sama ya..." ucap Aldo yang seperti berbisik. "Semuanya seakan... Kita tak pernah mengucapkan kata selamat tinggal."
Aku terdiam mendengar kalimatnya. Wah, ternyata Aldo memang benar-benar sudah menjadi orang dewasa. Kalimatnya kurang bisa dicerna olehku...
Aku dan Aldo kembali terlarut dalam kenangan kami di masa SD. Dari hal yang menyenangkan, sampai hal yang paling memalukan! Heran aku, kenapa Aldo ingatannya kuat banget ya?
"Eh ya, kamu udah ada pacar belum nih?" tanya Aldo tiba-tiba.
"Ka-kamu nanya apa sih, Do? Belum ada kok! Jatuh cinta aja belum, gimana punya pacar?" Aldo tertawa mendengar jawabanku. Huh, padahal dia sendiri kan juga lagi single. Kenapa dia ngetawain aku sih?
"Kalau gitu, aku daftar boleh dong?" wajahku langsung berubah menjadi merah mendengar suara Aldo.
"OGAAAAAH!" jeritku yang memukulnya dengan bantal sofa. Aldo hanya tertawa keras melihat tingkahku ini. Huh! Aku tarik kata-kataku tadi yang bilang kalau Aldo itu sudah dewasa! Ternyata dia masih tetap jahil seperti dulu!
Setelah itu, Aldo pun berpamitan untuk pulang. Rumah tantenya agak jauh, dan ia juga dipesankan oleh tantenya agar tidak main terlalu lama. Aldo berjanji padaku bahwa ia akan sering-sering main kerumahku lagi, tentu saja aku sangat senang mendengarnya! Walaupun dia suka jahil, tapi aslinya dia baik banget kok. Waktu kecil dulu dia sering memberikanku berbagai macam buku bacaan serta mainan. Semua yang ia berikan selalu aku pakai, kecuali... Waktu itu dia memberikanku mainan pistol-pistolan, karena aku kurang begitu suka, jadinya aku simpan dikardus deh, hehe.
Ah ya aku lupa! Jam enam kan aku harus sudah sampai di Heaven! Gawat, sekarang sudah jam setengah enam! Semoga aku gak telat!
Dengan cepat aku langsung mengganti pakaian dan langsung beranjak pergi ke Heaven Club. Ditengah perjalan, tiba-tiba saja aku teringat kembali tentang kenanganku dulu bersama Aldo.
Waktu SD dulu aku sering dikatain cowok lemah, dan cuman Aldo yang selalu membelaku. Bahkan dia sampe rela babak belur melawan tiga cowok berandalan di kelas, hanya demi membelaku. Dia seperti Yola, dulu cuman dia yang bisa mengerti aku, yang selalu bisa melindungiku. Yola dan Aldo sama-sama berasal dari keluarga atas, tapi mereka berdua tetap mau bersahabat denganku. Aku bersyukur memiliki sahabat seperti mereka.
0 comments:
Post a Comment