The King
***♚***
Disebuah ruangan yang hanya diterangi oleh lampu kecil, terdapat seseorang yang terlihat sedang berdiam diri. Di atas mejanya, terdapat sebuah Handphone model kini dan sebuah buku yang memperlihatkan foto sekumpulan orang-orang. Bibir lelaki itu tergerak, mengalunkan sebuah nada indah walaupun tanpa sepenggal lirik.
Beberapa detik kemudian, Handphonenya berbunyi. Dia pun segera melihat isi pesan yang baru saja diterimanya.... Dan dia tersenyum.
***♚***
Order #1
Show Your Feeling!
***♚***
"Bukan Rel, Of Course itu nggak disambung tulisannya... Iya. Hmm? Iya bener... Nah itu kamu bisa, haha. Ada lagi yang mau kamu tanyain?"
Terlihat seorang lelaki yang sedang sibuk berbicara oleh seseorang melalui telepon genggamnya. Lelaki itu sedang berada di kamarnya yang tidak terlalu luas, namun tertata rapih, jadi sangat nyaman dilihatnya. Ditambah dengan penerawangan yang tidak terlalu terang, menambah suasana kamar menjadi sangat tenang. Jarang sekali menemukan laki-laki yang pandai menata kamarnya. Namun tidak heran untuk seorang Terry yang memang rajin dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Disamping itu, Terry juga pandai dalam hal pelajaran. Tidak heran kalau dia menjadi murid kebanggan guru-gurunya.
"Nggak deh, kayaknya udah cukup. Gue juga udah ngantuk nih... Thanks ya 'Ry buat hari ini!" ujar seorang lelaki dari seberang telpon. Lelaki yang baru saja berbicara tadi bernama Darrel, dia adalah teman sekelas Terry sekaligus sahabat dekatnya Terry dari kecil.
"Ok deh. Besok jangan kesiangan ya, bye!" ujarnya sebelum memutuskan line telephone.
Terry menaruh Handphone miliknya di meja kecil yang berada di samping tempat tidurnya, dan ia segera menarik selimutnya tanda bahwa ia akan segera menikmati alam mimpi. Namun, tak lama HP nya berbunyi kembali. Terry segera meraih HP nya, dan melihat email yang baru saja ia terima.
"The King? Siapa ya?" Terry bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Seinget dia, dia belum pernah memasuki kontak bernama The King. Tanpa basa-basi lagi, Terry langsung membaca Emailnya.
Terlihat seorang lelaki yang sedang sibuk berbicara oleh seseorang melalui telepon genggamnya. Lelaki itu sedang berada di kamarnya yang tidak terlalu luas, namun tertata rapih, jadi sangat nyaman dilihatnya. Ditambah dengan penerawangan yang tidak terlalu terang, menambah suasana kamar menjadi sangat tenang. Jarang sekali menemukan laki-laki yang pandai menata kamarnya. Namun tidak heran untuk seorang Terry yang memang rajin dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Disamping itu, Terry juga pandai dalam hal pelajaran. Tidak heran kalau dia menjadi murid kebanggan guru-gurunya.
"Nggak deh, kayaknya udah cukup. Gue juga udah ngantuk nih... Thanks ya 'Ry buat hari ini!" ujar seorang lelaki dari seberang telpon. Lelaki yang baru saja berbicara tadi bernama Darrel, dia adalah teman sekelas Terry sekaligus sahabat dekatnya Terry dari kecil.
"Ok deh. Besok jangan kesiangan ya, bye!" ujarnya sebelum memutuskan line telephone.
Terry menaruh Handphone miliknya di meja kecil yang berada di samping tempat tidurnya, dan ia segera menarik selimutnya tanda bahwa ia akan segera menikmati alam mimpi. Namun, tak lama HP nya berbunyi kembali. Terry segera meraih HP nya, dan melihat email yang baru saja ia terima.
"The King? Siapa ya?" Terry bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Seinget dia, dia belum pernah memasuki kontak bernama The King. Tanpa basa-basi lagi, Terry langsung membaca Emailnya.
***♚***
From: The King
Subject: Order #1
Message:
Order #1: Show your felling!
Subject: Order #1
Message:
Order #1: Show your felling!
Selamat malam, teman-teman! Selamat bergabung dalam King's Game!
Untuk nama yang telah disebutkan, segera lakukan perintah dari King dalam jangka waktu 24 jam~!
Jika ada yang tidak melakukan atau bermain curang, maka harus mendapatkan hukuman~!
Bintang kita hari ini adalah...
Absen no. 5
Arga Mahendra
Nama yang disebutkan diatas akan mengutarakan perasaannya kepada orang yang disukainya~!
Selamat berjuang!
sincerely,
The King
***♚***
"Arga? A-apa ini?" Terry tampak berfikir sejenak, namun ia segera meletakkan handphonenya kembali ke atas meja. Mungkin saja hanya spam, pikirnya.
***♚***
Keesokan paginya, seperti biasa... Terry menghampiri Darrel supaya mereka berangkat bareng ke Sekolah. Di depan rumahnya Darrel sudah berdiri seorang lelaki yang tak lain adalah teman sekelas Terry juga. Lelaki bermata hitam itu segera menghampiri Terry.
"Yo, Terry! Good morning~!" Terry tersenyum melihat lelaki itu.
"Pagi, Gilang~!" jawab Terry sambil tersenyum lebar.
"Hei, 'Ry, 'Lang! Sorry nunggu lama... Hahaha!" ternyata Darrel pun juga sudah keluar dari rumahnya. Akhirnya mereka langsung berangkat menaiki sepeda masing-masing.
Ditengah perjalanan, Terry tiba-tiba saja teringat oleh email yang diterimanya tadi malam. Dan dia segera menanyakan hal itu pada Gilang dan Darrel. Kedua lelaki itu saling bertatapan. Ternyata Gilang dan Darrel juga mendapatkan email yang sama.
"Lu gak ngerjain kita kan, 'Rel?" tanya Gilang.
"Kok gue sih yang dituduh? Siala lu 'Lang!" balas Darrel sambil menjitak sahabatnya itu. Terry hanya tertawa kecil melihat kedua sahabatnya.
Sesampainya mereka di kelas, ternyata semua penghuni kelas XI IPS 1 tengah mengerubungi Arga.
"Hei~! Ayolah, beritahu kita dong siapa orang yang kamu suka!"
"Sobat macam apa lu bro, punya orang yang disukain tapi gak bilang-bilang! Dasar!"
"Kyaaa, dari kelas mana, Arga? apa satu kelas sama kita?"
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya. Sedangkan lelaki yang bernama Arga itu hanya tertawa grogi menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-temannya. Arga tidak memberikan jawaban yang pasti, mungkin dia belum siap untuk mengutarakan perasaannya.
"Kayaknya satu kelas dapet email dari The King deh..." ujar Darrel pelan. Terry dan Gilang langsung menatap Darrel. Wajah Terry tampak gelisah, sepertinya dia merasakan hal yang tidak enak tentang email itu.
Berbalik ke arah Arga kembali. Walaupun saat ini ia sedang berada ditengah keramaian, tetapi matanya tetap terpaku pada seorang lelaki yang menjabat sebagai Ketua Kelas di XI IPS 1. Ya... sudah lama Arga memperhatikan Ketua Kelasnya itu. Bahkan ia bersusah payah untuk memasuki SMA yang sama dengan orang yang disukainya itu. Sayangnya... Arga tidak punya keberanian yang cukup untuk menyatakan cintanya. Padahal sudah tiga tahun ia memendam perasaan sukanya pada Andri, sang ketua kelas.
Tapi... Arga kembali mengingat isi email yang diterimanya tadi malam. Bagaimana The King bisa tahu kalau ia sedang menyimpan perasaan pada seseorang? Dan terlebih lagi... Perintah yang diberikan The King adalah mutlak. Jika dalam waktu 24 jam Arga tidak menyampaikan perasaannya... maka ia akan mendapatkan hukuman. Arga mencoba mengalihkan perasaan tidak enaknya dan mencoba berfikit positive. Mungkin "The King" adalah penopang Arga agar ia bisa menjadi lebih berani untuk mengutarakan perasaannya pada Andri.
"Yo, Terry! Good morning~!" Terry tersenyum melihat lelaki itu.
"Pagi, Gilang~!" jawab Terry sambil tersenyum lebar.
"Hei, 'Ry, 'Lang! Sorry nunggu lama... Hahaha!" ternyata Darrel pun juga sudah keluar dari rumahnya. Akhirnya mereka langsung berangkat menaiki sepeda masing-masing.
Ditengah perjalanan, Terry tiba-tiba saja teringat oleh email yang diterimanya tadi malam. Dan dia segera menanyakan hal itu pada Gilang dan Darrel. Kedua lelaki itu saling bertatapan. Ternyata Gilang dan Darrel juga mendapatkan email yang sama.
"Lu gak ngerjain kita kan, 'Rel?" tanya Gilang.
"Kok gue sih yang dituduh? Siala lu 'Lang!" balas Darrel sambil menjitak sahabatnya itu. Terry hanya tertawa kecil melihat kedua sahabatnya.
Sesampainya mereka di kelas, ternyata semua penghuni kelas XI IPS 1 tengah mengerubungi Arga.
"Hei~! Ayolah, beritahu kita dong siapa orang yang kamu suka!"
"Sobat macam apa lu bro, punya orang yang disukain tapi gak bilang-bilang! Dasar!"
"Kyaaa, dari kelas mana, Arga? apa satu kelas sama kita?"
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya. Sedangkan lelaki yang bernama Arga itu hanya tertawa grogi menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-temannya. Arga tidak memberikan jawaban yang pasti, mungkin dia belum siap untuk mengutarakan perasaannya.
"Kayaknya satu kelas dapet email dari The King deh..." ujar Darrel pelan. Terry dan Gilang langsung menatap Darrel. Wajah Terry tampak gelisah, sepertinya dia merasakan hal yang tidak enak tentang email itu.
Berbalik ke arah Arga kembali. Walaupun saat ini ia sedang berada ditengah keramaian, tetapi matanya tetap terpaku pada seorang lelaki yang menjabat sebagai Ketua Kelas di XI IPS 1. Ya... sudah lama Arga memperhatikan Ketua Kelasnya itu. Bahkan ia bersusah payah untuk memasuki SMA yang sama dengan orang yang disukainya itu. Sayangnya... Arga tidak punya keberanian yang cukup untuk menyatakan cintanya. Padahal sudah tiga tahun ia memendam perasaan sukanya pada Andri, sang ketua kelas.
Tapi... Arga kembali mengingat isi email yang diterimanya tadi malam. Bagaimana The King bisa tahu kalau ia sedang menyimpan perasaan pada seseorang? Dan terlebih lagi... Perintah yang diberikan The King adalah mutlak. Jika dalam waktu 24 jam Arga tidak menyampaikan perasaannya... maka ia akan mendapatkan hukuman. Arga mencoba mengalihkan perasaan tidak enaknya dan mencoba berfikit positive. Mungkin "The King" adalah penopang Arga agar ia bisa menjadi lebih berani untuk mengutarakan perasaannya pada Andri.
Ya, mungkin saja begitu...
Ketika ia melihat Andri yang tengah berdiri, Arga pun ingin segera menyusulnya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaannya secara sembunyi-sembunyi.
"Ah, maaf... Gue keluar dulu ya sebentar, hehe." Arga segera melepas dirinya dari kerumunan teman-teman sekelasnya, dan langsung menuju pintu kelas. Yang lain menghempaskan nafas mereka karena pada akhirnya Arga tidak mau memberitahu nama orang yang sedang ditaksirnya.
Sedangkan di tempat lain, Arga dan Andri sedang berada di kamar mandi sekolahnya. Hanya berdua. Arga berdiri tepat di sebelah Andri yang tengah membasuh tangannya di wastafel. Lelaki itu menatap lekat kedua mata Ketua Kelasnya dari kaca. Andri yang kebingungan karena diperhatikan seperti itu, akhirnya ia angkat bicara.
"Ada apa?" tanya Andri. Arga kembali melebarkan matanya, dan menatap kedua bola mata Andri dengas tegas. Arga tampak ragu dengan keputusannya ini, tapi...
"Gue... Gue suka sama lo, 'Ndri!" ucap Arga dengan lantang. Wajahnya yang putih kini berubah menjadi merah padam. Sekaligus berkeringat.
Andri yang mendengar pengakuan dari Arga, sempat tidak bisa berkutik. Ia hanya menatap teman sekelasnya itu dengan tatapan yang aneh.
"Uhm... Aku gak salah denger kan?" tanya Andri. Lelaki yang ada di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya, tanda kalau Andri tidak salah mendengar. "Ah... Kalau gitu, aku minta maaf ya..." lanjut Andri.
Untuk sesaat, Arga tersontak kaget mendengar jawaban dari Arga. Tapi akhirnya Arga mengerti. Dari awal dia juga sudah tau kalau jawaban dari Andri pasti seperti ini.
Suasana canggung mereka dipecahkan oleh suara dering Handphone mereka masing-masing. Arga dan Andri segera mengecek pesan yang baru saja masuk.
"Ah, maaf... Gue keluar dulu ya sebentar, hehe." Arga segera melepas dirinya dari kerumunan teman-teman sekelasnya, dan langsung menuju pintu kelas. Yang lain menghempaskan nafas mereka karena pada akhirnya Arga tidak mau memberitahu nama orang yang sedang ditaksirnya.
Sedangkan di tempat lain, Arga dan Andri sedang berada di kamar mandi sekolahnya. Hanya berdua. Arga berdiri tepat di sebelah Andri yang tengah membasuh tangannya di wastafel. Lelaki itu menatap lekat kedua mata Ketua Kelasnya dari kaca. Andri yang kebingungan karena diperhatikan seperti itu, akhirnya ia angkat bicara.
"Ada apa?" tanya Andri. Arga kembali melebarkan matanya, dan menatap kedua bola mata Andri dengas tegas. Arga tampak ragu dengan keputusannya ini, tapi...
"Gue... Gue suka sama lo, 'Ndri!" ucap Arga dengan lantang. Wajahnya yang putih kini berubah menjadi merah padam. Sekaligus berkeringat.
Andri yang mendengar pengakuan dari Arga, sempat tidak bisa berkutik. Ia hanya menatap teman sekelasnya itu dengan tatapan yang aneh.
"Uhm... Aku gak salah denger kan?" tanya Andri. Lelaki yang ada di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya, tanda kalau Andri tidak salah mendengar. "Ah... Kalau gitu, aku minta maaf ya..." lanjut Andri.
Untuk sesaat, Arga tersontak kaget mendengar jawaban dari Arga. Tapi akhirnya Arga mengerti. Dari awal dia juga sudah tau kalau jawaban dari Andri pasti seperti ini.
Suasana canggung mereka dipecahkan oleh suara dering Handphone mereka masing-masing. Arga dan Andri segera mengecek pesan yang baru saja masuk.
***♚***
From: The King
Subject: Congratulation!
Message:
Selamat kepada bintang kita hari ini~! Siswa dengan No. Absen 5 yang bernama Arga Mahendra telah menyatakan cinta pada orang yang disukainya~!
Sincerely,
The King
***♚***
Arga dan Andri saling bertatapan ketika mereka selesai membaca email dari The King. "Apa ini perbuatanmu?" tanya Andri.
"K-kenapa gue? Kamu liat sendiri kan tadi? Gue gak pegang HP..." jawab Arga. Lelaki itu segera mengecek seluk beluk kamar mandi untuk mengetahui apakah ada orang atau tidak. Arga sangat yakin kalau hanya ada Andri dan dirinya, tapi kenapa The King bisa tahu kalau Arga sudah menyatakan cintanya?
"Ayo, 'Ga. Kita balik ke kelas aja dulu..." ajak Andri.
***♚***
Selepas istirahat, Terry, Darrel, dan Gilang berdiskusi di kantin
mengenai email yang dikirim oleh The King. Mereka mempunyai firasat
buruk soal permainan yang dibuat oleh The King ini.
Bahkan ketika Darrel mencoba membalas email dari The King, ia tidak bisa mengirimkan email untuk The King. Disebutkan bahwa email yang tercantum tidak terdaftar.
Ketiga lelaki itu saling bertatapan. Mereka yakin bahwa email ini bukanlah hanya sekedar Spam, ataupun Black Mail. Apalagi The King mampu mengetahui Absen dan alamat email masing-masing murid di kelas XI IPS 1. Tidak jauh, pasti pelakunya berada di kelas yang sama. Mereka bertiga yakin bahwa The King berada di 31 murid kelas XI IPS 1, kelas mereka sendiri.
Disaat Terry, Darrel, dan Gilang sedang sibuk berdiskusi. Mereka sampai tidak sadar, bahwa ada sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka bertiga. Lelaki itu tersenyum kecil, dan berkata...
"Akhirnya... Sesuatu yang menarik akan di mulai..."
Bahkan ketika Darrel mencoba membalas email dari The King, ia tidak bisa mengirimkan email untuk The King. Disebutkan bahwa email yang tercantum tidak terdaftar.
Ketiga lelaki itu saling bertatapan. Mereka yakin bahwa email ini bukanlah hanya sekedar Spam, ataupun Black Mail. Apalagi The King mampu mengetahui Absen dan alamat email masing-masing murid di kelas XI IPS 1. Tidak jauh, pasti pelakunya berada di kelas yang sama. Mereka bertiga yakin bahwa The King berada di 31 murid kelas XI IPS 1, kelas mereka sendiri.
Disaat Terry, Darrel, dan Gilang sedang sibuk berdiskusi. Mereka sampai tidak sadar, bahwa ada sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka bertiga. Lelaki itu tersenyum kecil, dan berkata...
"Akhirnya... Sesuatu yang menarik akan di mulai..."
To be continued...