The King Part. 1

Monday, December 24, 2012

The King
***♚***

Disebuah ruangan yang hanya diterangi oleh lampu kecil, terdapat seseorang yang terlihat sedang berdiam diri. Di atas mejanya, terdapat sebuah Handphone model kini dan sebuah buku yang memperlihatkan foto sekumpulan orang-orang. Bibir lelaki itu tergerak, mengalunkan sebuah nada indah walaupun tanpa sepenggal lirik.

Beberapa detik kemudian, Handphonenya berbunyi. Dia pun segera melihat isi pesan yang baru saja diterimanya.... Dan dia tersenyum. 
***♚***
Order #1
Show Your Feeling!
***♚***
"Bukan Rel, Of Course itu nggak disambung tulisannya... Iya. Hmm? Iya bener... Nah itu kamu bisa, haha. Ada lagi yang mau kamu tanyain?"

Terlihat seorang lelaki yang sedang sibuk berbicara oleh seseorang melalui telepon genggamnya. Lelaki itu sedang berada di kamarnya yang tidak terlalu luas, namun tertata rapih, jadi sangat nyaman dilihatnya. Ditambah dengan penerawangan yang tidak terlalu terang, menambah suasana kamar menjadi sangat tenang. Jarang sekali menemukan laki-laki yang pandai menata kamarnya. Namun tidak heran untuk seorang Terry yang memang rajin dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Disamping itu, Terry juga pandai dalam hal pelajaran. Tidak heran kalau dia menjadi murid kebanggan guru-gurunya.

"Nggak deh, kayaknya udah cukup. Gue juga udah ngantuk nih... Thanks ya 'Ry buat hari ini!" ujar seorang lelaki dari seberang telpon. Lelaki yang baru saja berbicara tadi bernama Darrel, dia adalah teman sekelas Terry sekaligus sahabat dekatnya Terry dari kecil.

"Ok deh. Besok jangan kesiangan ya, bye!" ujarnya sebelum memutuskan line telephone.

Terry menaruh Handphone miliknya di meja kecil yang berada di samping tempat tidurnya, dan ia segera menarik selimutnya tanda bahwa ia akan segera menikmati alam mimpi. Namun, tak lama HP nya berbunyi kembali. Terry segera meraih HP nya, dan melihat email yang baru saja ia terima.

"The King? Siapa ya?" Terry bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Seinget dia, dia belum pernah memasuki kontak bernama The King. Tanpa basa-basi lagi, Terry langsung membaca Emailnya.

***♚***
From: The King
Subject: Order #1
Message:
Order #1: Show your felling!


Selamat malam, teman-teman! Selamat bergabung dalam King's Game!
Untuk nama yang telah disebutkan, segera lakukan perintah dari King dalam jangka waktu 24 jam~! 

Jika ada yang tidak melakukan atau bermain curang, maka harus mendapatkan hukuman~!

Bintang kita hari ini adalah...
Absen no. 5
Arga Mahendra


Nama yang disebutkan diatas akan mengutarakan perasaannya kepada orang yang disukainya~!

Selamat berjuang!

sincerely,
The King

***♚***

"Arga? A-apa ini?" Terry tampak berfikir sejenak, namun ia segera meletakkan handphonenya kembali ke atas meja. Mungkin saja hanya spam, pikirnya.
***♚***
Keesokan paginya, seperti biasa... Terry menghampiri Darrel supaya mereka berangkat bareng ke Sekolah. Di depan rumahnya Darrel sudah berdiri seorang lelaki yang tak lain adalah teman sekelas Terry juga. Lelaki bermata hitam itu segera menghampiri Terry.

"Yo, Terry! Good morning~!" Terry tersenyum melihat lelaki itu.

"Pagi, Gilang~!" jawab Terry sambil tersenyum lebar.

"Hei, 'Ry, 'Lang! Sorry nunggu lama... Hahaha!" ternyata Darrel pun juga sudah keluar dari rumahnya. Akhirnya mereka langsung berangkat menaiki sepeda masing-masing.

Ditengah perjalanan, Terry tiba-tiba saja teringat oleh email yang diterimanya tadi malam. Dan dia segera menanyakan hal itu pada Gilang dan Darrel. Kedua lelaki itu saling bertatapan. Ternyata Gilang dan Darrel juga mendapatkan email yang sama.

"Lu gak ngerjain kita kan, 'Rel?" tanya Gilang.

"Kok gue sih yang dituduh? Siala lu 'Lang!" balas Darrel sambil menjitak sahabatnya itu. Terry hanya tertawa kecil melihat kedua sahabatnya.

Sesampainya mereka di kelas, ternyata semua penghuni kelas XI IPS 1 tengah mengerubungi Arga.

"Hei~! Ayolah, beritahu kita dong siapa orang yang kamu suka!"

"Sobat macam apa lu bro, punya orang yang disukain tapi gak bilang-bilang! Dasar!"

"Kyaaa, dari kelas mana, Arga? apa satu kelas sama kita?"

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya. Sedangkan lelaki yang bernama Arga itu hanya tertawa grogi menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-temannya. Arga tidak memberikan jawaban yang pasti, mungkin dia belum siap untuk mengutarakan perasaannya.

"Kayaknya satu kelas dapet email dari The King deh..." ujar Darrel pelan. Terry dan Gilang langsung menatap Darrel. Wajah Terry tampak gelisah, sepertinya dia merasakan hal yang tidak enak tentang email itu.

Berbalik ke arah Arga kembali. Walaupun saat ini ia sedang berada ditengah keramaian, tetapi matanya tetap terpaku pada seorang lelaki yang menjabat sebagai Ketua Kelas di XI IPS 1. Ya... sudah lama Arga memperhatikan Ketua Kelasnya itu. Bahkan ia bersusah payah untuk memasuki SMA yang sama dengan orang yang disukainya itu. Sayangnya... Arga tidak punya keberanian yang cukup untuk menyatakan cintanya. Padahal sudah tiga tahun ia memendam perasaan sukanya pada Andri, sang ketua kelas.

Tapi... Arga kembali mengingat isi email yang diterimanya tadi malam. Bagaimana The King bisa tahu kalau ia sedang menyimpan perasaan pada seseorang? Dan terlebih lagi... Perintah yang diberikan The King adalah mutlak. Jika dalam waktu 24 jam Arga tidak menyampaikan perasaannya... maka ia akan mendapatkan hukuman. Arga mencoba mengalihkan perasaan tidak enaknya dan mencoba berfikit positive. Mungkin "The King" adalah penopang Arga agar ia bisa menjadi lebih berani untuk mengutarakan perasaannya pada Andri.

Ya, mungkin saja begitu...

Ketika ia melihat Andri yang tengah berdiri, Arga pun ingin segera menyusulnya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaannya secara sembunyi-sembunyi.

"Ah, maaf... Gue keluar dulu ya sebentar, hehe." Arga segera melepas dirinya dari kerumunan teman-teman sekelasnya, dan langsung menuju pintu kelas. Yang lain menghempaskan nafas mereka karena pada akhirnya Arga tidak mau memberitahu nama orang yang sedang ditaksirnya.

Sedangkan di tempat lain, Arga dan Andri sedang berada di kamar mandi sekolahnya. Hanya berdua.
Arga berdiri tepat di sebelah Andri yang tengah membasuh tangannya di wastafel. Lelaki itu menatap lekat kedua mata Ketua Kelasnya dari kaca. Andri yang kebingungan karena diperhatikan seperti itu, akhirnya ia angkat bicara.

"Ada apa?" tanya Andri. Arga kembali melebarkan matanya, dan menatap kedua bola mata Andri dengas tegas. Arga tampak ragu dengan keputusannya ini, tapi...

"Gue... Gue suka sama lo, 'Ndri!" ucap Arga dengan lantang. Wajahnya yang putih kini berubah menjadi merah padam. Sekaligus berkeringat.

Andri yang mendengar pengakuan dari Arga, sempat tidak bisa berkutik. Ia hanya menatap teman sekelasnya itu dengan tatapan yang aneh.

"Uhm... Aku gak salah denger kan?" tanya Andri. Lelaki yang ada di hadapannya hanya menggelengkan kepalanya, tanda kalau Andri tidak salah mendengar. "Ah... Kalau gitu, aku minta maaf ya..." lanjut Andri.

Untuk sesaat, Arga tersontak kaget mendengar jawaban dari Arga. Tapi akhirnya Arga mengerti. Dari awal dia juga sudah tau kalau jawaban dari Andri pasti seperti ini.

Suasana canggung mereka dipecahkan oleh suara dering Handphone mereka masing-masing. Arga dan Andri segera mengecek pesan yang baru saja masuk.

***♚***

From: The King
Subject: Congratulation!
Message:
Selamat kepada bintang kita hari ini~! Siswa dengan No. Absen 5 yang bernama Arga Mahendra telah menyatakan cinta pada orang yang disukainya~!

Sincerely,
The King

***♚***

Arga dan Andri saling bertatapan ketika mereka selesai membaca email dari The King. "Apa ini perbuatanmu?" tanya Andri.

"K-kenapa gue? Kamu liat sendiri kan tadi? Gue gak pegang HP..." jawab Arga. Lelaki itu segera mengecek seluk beluk kamar mandi untuk mengetahui apakah ada orang atau tidak. Arga sangat yakin kalau hanya ada Andri dan dirinya, tapi kenapa The King bisa tahu kalau Arga sudah menyatakan cintanya?

"Ayo, 'Ga. Kita balik ke kelas aja dulu..." ajak Andri.
***♚***
Selepas istirahat, Terry, Darrel, dan Gilang berdiskusi di kantin mengenai email yang dikirim oleh The King. Mereka mempunyai firasat buruk soal permainan yang dibuat oleh The King ini.

Bahkan ketika Darrel mencoba membalas email dari The King, ia tidak bisa mengirimkan email untuk The King. Disebutkan bahwa email yang tercantum tidak terdaftar.

Ketiga lelaki itu saling bertatapan. Mereka yakin bahwa email ini bukanlah hanya sekedar Spam, ataupun Black Mail. Apalagi The King mampu mengetahui Absen dan alamat email masing-masing murid di kelas XI IPS 1. Tidak jauh, pasti pelakunya berada di kelas yang sama. Mereka bertiga yakin bahwa The King berada di 31 murid kelas XI IPS 1, kelas mereka sendiri.

Disaat Terry, Darrel, dan Gilang sedang sibuk berdiskusi. Mereka sampai tidak sadar, bahwa ada sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka bertiga. Lelaki itu tersenyum kecil, dan berkata...

"Akhirnya... Sesuatu yang menarik akan di mulai..."

To be continued...

A Little Moment Part. 1


A Little Moment
part. 1
***

“Gw itu Cuma minat sama cowo~”
JDEEERR!! Hebat, great, bravo!! Sahabat baik gw sedari kecil baru aja ngaku kalau dia Cuma minat sama cowok. Kita udah sahabatan dari sewaktu masih pakai popok, sekarang dia baru ngaku pas kita udah pakai seragam putih abu-abu…. Tunggu, aku.. Gw..gw juga cowo, jangan-jangan dia ngincer gw lagi? Haduh gimana nih kalo sampe dia ngincer gw, nanti gw diapa-apain. Terus kalo gue sampe Pregnant gimana? Emang dia mau tanggung jawab? Tunggu, oh iye ya… Gw cowo… Kaga bakal pregnant ya, gw lupa. Lagian ngapain ye gw pakai mikir dia bakal ngincer gw? 

“Elu kaga bakal ngincer gw kan Do?” Kata gw ke sahabat gw, dia mempunya nama asli Gregorius Edo Saputra. Berkulit putih dan berwajah mungil, tapi kaga ada imut-imutnya. Cuma dalam golongan cowo ngganteng aja.

“Ehhhh! Gw mah suka semua cowo kecuali ELO!! Nggak level ya kalo gua sampe suka sama elo, ngakak deh ceritanya. Elu ge-er ya Rell?” Ujar Edo dengan muka merah menahan tawa. Oke, gw tau…. Gw kesannya Gr, ya tapi elu-elu tau sendiri kan?? Gw ngeri diapa-apain sama Edo. ya lu pada tau nggak? Edo orangnya strong banget, sedangkan gw? Keceng nya alamak nggak ketahan. Bisa-bisa dengan 1 sentilan gw udah kebawa angin, siiuuhh siuhhh gitu…

Oh iye, kenalin nama gw Varell, Varellya Putra Wilana. Nama gw bagus gak?? Bagus dooong… Plisss?? Puji ya?? Plisss… J

“Do, lu serius nggak suka sama gw kan??” Kata gw pelan, takut nyakitin hatinya Edo. Ya iya, takut dimusuhin. Gw kaga punya sahabat kayak Edo, so gw takut kehilangan dia. Kalo suatu saat dia bakal pacaran ama cew.. Eh cowo, gw harus liat tuh cowo. Bisa bahagiain Edo gak? Kalau engga bisa ya gw hajar tuh cowo, gw suruh putus sama Edo. Ya yu know, gw tau gw keceng dan Cuma bisa mengada-ada tapi gw ikhlas kok ngelindungin Edo, nyenengin Edo, sebagai sahabat maksudnya.

“Iyeee….. Gw juga kaga mau ngehancurin persahabatan kita.” Kata Edo dengan senyum ceria. Gw seneng ngelihat dia ngerti apa maksud gw. Gw juga lega dia bisa ngertiin apa yang gw mau, gw juga lebih lega lagi ngeliat dia kaga ngincer gw.

“Eh Rell, elu mau kagak temenin gw buat beli kado.”

“Buat siapa Do???”

“Yeeee….. buat Neon kesayangan gw”

“Masa sih??? Ulang tahunnya hari ini??”

“Ya kagak, tapi besok, kan biar langsung besok gw kasih di atas makamnya..” Tiba-tiba Edo terlihat muram, kayak mau nangis. Gw jadi merasa bersalah Tanya-tanya gitu ke Edo.

“Duh sorry Doooo….. Gw engga maksud mbuat elo sedih.. Tapi Do, gw mau Tanya”

“Nggak apa-apa Rell, emang mau Tanya apa sih??”

“Neon itu siapa?  Sodara elu?” Tanya gw kebingungan. Rasanya gw kaga pernah denger nama Neon tuh selama bertahun-tahun gw jadi sahabatnya, atau Neon itu mantannya yang sudah tiada?? Haduhhh jangan sampe deh. Kan gw jadi takut tiba-tiba dia nangis deres, nanti dia meluk gw. Gw kan engga bisa nolak kalau dia udah nangis.

“Neon.. tuh…” Katanya basa-basi.

“Iyaaa???”

“Kecoak gw, hehehehehe”

Gw udah siap-siap ambil sandal buat kena mukanya tuh. Tapi dia narik tangan gw duluan. Entah gw mau diapain dan dibawa kemana. 

====================SELANJUTNYAAAAA===================

“Ehhhh, elu kok ke toko pernak-pernik cewe lagi sih Do? Katanya mau beli kado buat Neon???”

“Yaelah Rell, gw kan dah bilang Neon tuh kecoak gw, dan kaga mungkin gw mau beli kado buat dia, lagian kalau mau beli sesuatu buat Neon, beli apaan coba?? Elu bego sih, gampang di tipu.” Sialan, Edo bisa-bisanya nipu gw. Lagian elu juga napa sih gampang banget di tipu Rell??? Uuuuhh, bego bego bego.

Kita berdua keliling-keliling di tempat pernak-pernik bernama “Yudizzz Bravo” itu. Tempatnya lumayan besar, dan barang-barangnya sangat banyak. terbilang lumayan murah (harganya). Makanya Edo senang sekali beli barang kerajinan di tempat ini. Walau Edo adalah seseorang yang manly, strong, handsome ia tetap suka membuat kalung, gelang, maupun baju-baju rajutan untuk orang-orang. Ia juga suka membuat kue-kue kering, biasanya di jual di toko kue milik keluarganya.

“Do, emangnya elu mau buat apa sekarang???”

“Gw udah bilang belum??? Gw udah suka seseorang, udah lama sih. Cuma elu dulu kan kaga tau gw suka sama cowo… Dan gw mau ngasih gelang ke dia. Buat hari ulang-tahunnya” Katanya dengan malu-malu, hieeee… aneh juga ya ngelihat Edo malu-malu.

“Uwooohhh sapa tuh cowo?” Tanya gw dengan bersemangat. Gw penasaran banget, tipe-nya Edo itu yang gimana. Handsome? Cute? Evil? Normal? Weird? Gw penasaraaan.

“Nah soal identitasnya masih RHS alias RaHaSia!! Ntar lu kan tau sendiri”

“Yeeee, pakai main rahasia-rahasiaan segala! Huuuuuuuu”

“Ntar lu jadi benci ama gue Rell,kalau lu sampai tau yang gw sukai..” Desahnya pelan.

“Jangan-jangan gw?? Jujur aja Dooo!! Kaga apa-apa”

“ntar lu marah dan kecewa sama gw!”

“Nggak bakal Dooo!! Siapa siiihhh??? Gw yaaa???”

“Nggak lah! Gw sukanya sama bapak eluuu!!!”

JDEEER!! Untuk sekali lagi, apaaa??? Edo sukanya sama bapak gw?
Ibu gw nasibnya gimana nih??

TO BE CONTINUED...

Hari Senin dan Ilusi Part. II


Hari Senin dan Ilusi
***

Siang hari yang panas membuat Farren enggan keluar dari rumah, tapi tadi mama memberi perintah untuk pergi ke pasar membelikannya santan dan beberapa sayur. Padahal di rumah ada Dea adik Farren, tapi berdalih bahwa ia akan segera berangkat les siang ini mau tak mau Farrenlah pilihan terakhir mama. Tidak mungkin menyuruh papa karena papa tidak tau bedanya santan dengan susu kental manis. Yang ada bukannya masak sayur mama malah jadi membuat kue.

Sampai di pasar yang tak jauh dari rumah segera Farren mencari pesanan mama. Memang sial bagi Farren, ia malah bertemu dengan Gilang dan segerombolan teman-temannya. Pikiran pertama yang ada di otak Farren adalah, ngapain mereka di pasar? Jangan-jangan… kerja sambilan jadi tukang angkat barang…

Nampaknya Gilang sendiri menyadari keberadaan Farren dan langsung menghampirinya. “Ciyeee! Eh guys, ada sissy boy nih! Liat tuh, belanja ke pasar, mau masak apa mba bro?” ,ucap Gilang disusul tawa teman-temannya sementara Farren hanya diam.

Sebenarnya jika dilihat baik-baik Gilang itu termasuk remaja berwajah cantik, sangat tidak sesuai dengan perangainya yang kasar. Farren menghela nafas, coba saja dia yang berwajah seperti itu, pastilah banyak wanita yang akan menggilainya.

Melihat Farren yang tidak bereaksi Gilang malah jengkel. Dirampasnya belanjaan Farren lalu dihamburkan ke jalanan. Teman-temannya tidak mau tinggal diam, mereka menginjak-injak belanjaan Farren sambil tertawa kegirangan. Lagi, Farren terdiam melongo, pikirnya lagi, emang mereka anak-anak ya? Lompat-lompat gaje sambil injek-injek sayur? Dasar MKKB (masa kecil kurang bahagia)

Puas menginjak belanjaan Farren, Gilang dan teman-temannya pergi sambil tertawa terbahak-bahak. Farren menghela nafas, yang ada dipikirannya sekarang adalah bagaimana mengatakan pada mama tentang masalah belanjaan itu. Sementara Farren tidak membawa dompet untuk membeli lagi belanjaan tadi.

Saat membungkuk mengambil sayuran yang berserakan tiba-tiba dua buah kaki muncul di depan mata Farren. Farren mendongak dan mendapati seorang remaja seusianya menatap Farren serta belanjaan yang berserakan hancur tanpa ekspresi. Wajahnya terlihat lebam di ujung bibir kanan dan bajunya kotor.

“Elu kenapa?” ,tanya Farren. Padahal melihat dari situasinya, harusnya pemuda di hadapan Farren itulah yang bertanya.

Bukannya menjawab pertanyaan Farren, pemuda itu malah balik bertanya, “Kenapa ga beli yang baru?”

“Enggak bawa dompet.” Jawab Farren masih dalam keadaan bingung.

Pemuda itu berbalik meninggalkan Farren dengan seribu tanya di kepala dan sepuluh menit kemudian kembali dengan membawa jawaban dari pertanyaan Farren. Ia membawa belanjaan yang sama dengan yang dibeli Farren tadi lalu menyodorkannya ke Farren.

“Udah ya, gue mesti buru-buru. Elu juga gue saranin cepet pulang.” Ujarnya sambil lalu meninggalkan Farren.

“Eh! Tunggu! Elu siapa sebenarnya? Emang lu buru-buru kemana sambil bawa muka bonyok gitu? Terus kenapa harus cepat pulang??”

“Nama gue Grey, kelas XII SMA Pelita dan gue harus berangkat les sekarang. Bye.” ,tanpa menunggu balasan kata dari Farren pemuda yang bernama Grey itupun berjalan dengan cepat dan menghilang di tengah kerumunan orang bagaikan ilusi.

Kelas XII SMA Pelita? Itukan sekolah gue? Kok gue ga pernah liat atau ketemu ya? Pikir Revan bingung. Tapi ia dengan segera menepis harapan itu. Dari pada kebingungan hari ini lebih baik besok ia mencari tahu tentang Grey di sekolah. Toh, jika mereka memang satu sekolah tidak akan susah mencari informasi tentangnya dari teman-teman.

Tak lama hujan rintik-rintik mulai turun. Untung saja Farren sudah dekat dari rumah. Lamat-lamat hujan rintik berubah menjadi deras sore itu. Saat senja hujan mulai reda dan saat itulah Farren melihat pelangi yang indah. Membuatnya teringat akan kertas yang diremas itu beserta isinnya.
***
Hari ini Farren benar-benar dibuat kebingungan. Yang pertama, tidak ada kakak kelas mereka yang bernama Grey. Yang kedua ulangan dadakan dari Mr. Ahmat mengenai Direct-Indirect speech membuat Farren kelabakan karena ia memang tidak belajar. Yang ketiga, ada surat balasan. Kali ini tidak diremas tapi diselipkan ke dalan pipa yang dipotong sangat pendek.

Oh, jadi elu cowok ya? Sama dong
Hahaha, gimana? Kemarin hujan’kan?
Tapi habis itu pelanginya muncul
Dari kelas ini, dari tempat duduk ini gue ngeliat
Elu liat juga ga?
Tapi bosen nih, pak Hilman ngajarin soal Biologi
Panjang kali lebar alias luas
Padahal mah intinya sama aja

Itulah isinya surat yang kedua. Farren menggeleng kepala geli. Setidaknya dari surat tadi Farren tahu orang itu adalah anak IPA. Hmm… makin lama Farren semakin penasaran. Siapa sebenarnya sosok asli si penulis surat itu. Karena keasyikan melamun Farren tak sadar kalau saat itu sudah pertengahan istirahat. Saat itulah Farren melihat sosok yang sama sekali tidak ia sangka. Gray melewati tepat di samping jendela kelas.
Setengah berlari Farren keluar dari kelas mengejar sosok Grey. Aneh sekali pikir Farren. Padahal saat ini adalah pertengahan istirahat jadi harusnya lorong sepi karena rata-rata siswa pergi ke kantin tapi saat ini lorong justru ramai sekali.

Akhirnya Farren berhenti tepat di simpang tiga lorong sekolah. Sosok Grey menghilang, ia tidak bisa mengejarnya. Rona kecewa terpancar di wajah Farren. Dengan gontai ia berbalik kembali menuju ke kelas. Saat itulah ia mendengar suara isakan. Saat menoleh ke arah ruangan IPA, Farren melihat seorang pemuda tengah menggosok matanya dan setelah dicermati, orang itu ternyata adalah Gilang. Gilang nangis? Kenapa?


To be continued... 

One Day With You


One Day With You
***

“Ini sudah waktunya kamu pergi?” Panggil seorang lelaki berbaju putih itu pada seorang pemuda yang sedari tadi berdiri memandang kearah kasur dengan tatapan kosong. Di kasur itu terbaring remaja tampan,bau rumah sakit dan obat2an sangat terasa kala itu.

Remaja tampan yang terbaring di rumah sakit itu di penuhi dengan alat2 rumah sakit yang menempel di tubuhnya yang membuatnya tetap bertahan hidup.

Entah apa yang ada dipikiran pemuda itu,matanya agak sayu,dia membalikanya badannya dan memandang lelaki yang berbaju putih yang sedang menatapnya tajam. Kemudian dia tersenyum lemah pada lelaki berbaju putih.
“hari ini ya?”
“iya hari ini,kamu sudah siap semuanya?”
“hum….tapi maukah kamu mendengarkan permintaan egoisku kali ini saja?”
“baiklah”
_keesokan harinya_
‘ahhhhh akhirnya sampai juga’pikir seorang pemuda yang membanting tubuhnya kekasurnya yang empuk.
Hum liburan sekolah selama 2 seminggu benar2 menguras tenaganya,bagaimana tidak,selama 2 minggu liburannnya dia habiskan dengan hiking ke gunung rinjani. Pikiran dan tubuhnya benar2 lelah.
Sebenarnya bukan keinginannya untuk mendaki gunung rinjani yang merupakan salah satu gunung tertinggi di Indonesia,ini semua adalah perbuatan ayah dan ibunya yang merupakan seorang pecinta traveling,Yang memaksanya untuk naik ke gunung itu. Padahal dia sudah menjadwal semua kegiatannya selama 2 minggu bersama teman baiknya,tapi rencana itu batal begitu saja ketika kedua orang tuanya menyeretnya untuk ikut mendaki gunung rinjani,sehingga membuat semua rencananya berantakan begitu saja.
Selain pikiran dan tubuhnya yang lelah,hatinya juga merasa lelah. Jujur saja dia kecewa dan marah,sahabat baiknya yang berjanji akan ikut bersama mendaki rinjani membatalkan janjinya karena dia harus menyusul orang tuanya ke bogor dan tidak juga menyusulnya ke rinjani. Dia benar2 marah tapi apa boleh buat dia tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada sahabat baiknya.
‘ck daripada mikirin itu lebih baik aku tidur’ucapnya pelan,dia tak mau memikirkan yang rumit2 untuk saat ini. Seluruh tubuhnya sudah sangat lelah dia ingin tidur untuk mencharger kembali energinya yang hilang. Besok,semester awal sudah dimulai dia tak mau kesiangan hanya kelelahan yang dialaminya.

Namun belum sempat dia memejamkan matanya,tiba2 dia merasa ada tubuhnya menjadi berat dan sulit dibangunkan. Seseorang tengah mendudukinya dan dia tau siapa itu.
“please van gw cape gw mau tidur”ucapnya pelan
“lo masih marah ama gw ka?”
“tau akh”
“sori deh,gw bener2 minta maaf ama lo. Gw gak bisa nyusul lo ke rinjani soalnya nyokap ama bokap gw minta gw jemput mereka di bogor”
“brisik lo gw mau tidur”
“please maafin gw ka”
“hum”
“gini deh,sebagai permintaan maaf gw ama lo kita kencan hari ini seharian gw yang bayar”
“ikh kencan ama lo???? Gak ada asik2nya tau kencan ama lo”
“ayolah kafka,masa lo gak mau sih nemenin gw seharian ini…gw janji deh gakkan maksa lo setelah ini please…”
“hum”
“ka”
“……”
“kafka”
“……”
“WOI KAFKA”
“iya2 berisik amat sih lo,udah lo tunggu dibawah gw mau ganti baju”
“gw tunggu di bawah ya darling sayang”ucap revan sahabatnya itu sambil mengecup pipi kafka
“REVAN SARAP LO”
Revan langsung berlari setelah mencium pipi kafka,ketika revan sudah keluar dari kamar kafka,pipi kafka langsung memerah,jujur saja kafka memiliki perasaan yang seharusnya tak dimiliki oleh pria seperti dirinya. Dia mencintai sahabatnya sendiri, tentu saja dia tahu kalau dia tidak boleh memendam perasaan seperti ini apalagi pada sahabatnya sendiri. Tapi apa daya perasaannya pada sahabatnya itu sudah terlanjur tumbuh dan berkembang menjadi perasaan yang lebih dari sekedar sayang pada sahabat.

REVAN KHARISMA adalah lelaki yang selama ini selalu mengganggu pikirannya pikiran seorang kafka.
Hum klo dilihat revan memang anak yang cukup mencolok,dia adalah ketua osis,dia juga memiliki paras tampan dan tubuh yang atletis. Dengan tinggi 180 cm dan berat badan 71 kg,kulit coklat sawo matang, dengan rambut pendek dan tipis membuatnya jadi incaran para wanita. Selain badannya yang ideal revan juga memiliki otak yang cemerlang. Baru2 ini saja dia mengikuti olimpiade fisika sebagai perwakilan di sekolahnya belum lagi kemampuan olahraga dia yang tak usah diragukan lagi. Revan juga memiliki attitude yang baik sehingga dia di sukai oleh siapa saja baik lelaki maupun perempuan yang salah satunya adalah kafka.
Kafka hanyalah anak lelaki biasa yang memiliki tinggi 172 cm dan berat badan 63 kg,dia tidak memiliki kemampuan sehebat revan. Sebenarnya paras kafka cukup menawan,dia memiliki paras sebagai seorang androgini,adakalanya dia menjadi remaja lelaki yang tampan namun tak jarang juga kafka menunjukan sisi cantik dia. Paras kafka memang dapat menembus batasan antara laki2 dan wanita. Hal ini sedikit membuat kafka repot,pasalnya dia jadi sering mendapat pengakuan cinta bukan hanya dari kaum hawa tetapi juga dari kaum adam. Karena ini juga lah kepribadian kafka agak kasar dan terkesan cuek pada semua orang.
Revan tau benar sifat kafka yang satu ini,mereka sudah kenal sejak smp. Tidak mudah memang untuk revan mendekati kafka yang dingin dan kasar itu. Butuh waktu 1 tahun agar kafka mau menjadikannya sahabat baik. Kadang orang2 sekeliling mereka merasa agak aneh dengan persabatan mereka,dimana ada kafka disana ada revan begitu juga sebaliknya. Hanya revan saja yang masih bertahan dengan sikap kasar kafka. Kafka sebenarnya bukan orang yang jahat dia hanya lelah dengan pendapat orang tentang wajah androgini nya itu,jadi dia memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan orang lain kalau tidak perlu.
Karena kegigihan revan itu pula yang menyebabkan kafka menjadi jatuh cinta pada sahabatnya itu,tidak mudah bagi kafka untuk menahan perasaannya pada revan,dia tak mau persahabatnya dengan revan hancur begitu saja hanya karena dia menyatakan perasaannya pada dia,meski dia tau konsekunsi yang harus dia dia dapat adalah melihat revan pacaran dengan wanita. Kafka sudah biasa melihat temannya itu mengenalkan pacar barunya padanya,meski biasa bukan berarti dia tak sakit melihatnya.
Dengan t-shirt hitam,jaket dan celana jeans yang dikenakan,kafka segera turun kebawah menemui sahabatnya itu.
“lo tuh yak lo dandan lama banget kayak cewe”sewot revan padanya yang sudah menunggu lama,maklum saja kafka memang meiliki kebiasaan dandan yang cukup lama,kafka hanya tersenyum melihat revan. Dia tak mau bertengkar dengan revan hari ini,entahlah apa yang membuat dia berpikiran seperti itu atau mungkin karena dia sudah lelah dengan perjalanan dia hiking ke gunung rinjani dia tak tau.
“gw males berdebat ama lo van,gw lagi cape banget”
“ya udah ayo berangkat”
Revan dan kafka berjalan menuju mobil revan,kafka memasang seatbeltnya. Dan akhirnya mobil itu jalan. Selama perjalanan revan lebih banyak bicara tentang liburannya bersama orang tuanya sementara kafka lebih banyak diam. Keadaan ini memang agak kurang biasa karena biasanya kafka lah yang banyak bercerita sementara revan yang banyak diam. Mata kafka sudah tak sanggup lagi menahan kantuk,sehingga akhirnya dia tertidur.
“ka,ngomong dong masa gw sendiri yang ngoceh sendiri kayak orang gila”tanya revan,namun tak ada balasan dari kafka membuat revan melirikan matanya kea rah kafka.
Revan hanya tersenyum melihat sahabatnya itu terlelap dengan nyeyaknya
“ I know you are tired but just for this day,just one day I wanna have u”ucap revan pelan sambil menyibakan rambut kafka yang menutupi kelopak matanya.
_1 hours later_
Kafka membelalakan matanya,dia mengucek kedua matanya namun yang ada di hadapanya bukanlah ilusi semata. Sungguh dia tak menyangka kalau sahabat baiknya itu akan membawanya ke tempat ini,bagaimana kau tidak kaget ketika kamu dibangunkan dan ketika kamu membuka mata kamu sudah ada di theme park alias taman bermain dufan alias dunia fantasi.
“van….lo gak lagi mempermainkan gw kan”
“gak kok kenapa yang?”
“van otak lo gak lagi error kan”
“emang kenapa sih ,kok kayaknya lo speechless banget…ah atau jangan2 lo tersepona yang kamu terharu aku membawa ketempat gini ya yang? ”
“tersepona otakmu peyang,ngapain sih van lo ngajak gw kesini”
“kan gw udah bilang gw mau kencan ama lo”
“emang gak bisa kita jalan ke tempat lain selain dufan”
“akh lo mah kebanyakan ngomong,udah masuk aja”
Revan menarik lembut tangan kafka,tentu saja hal ini membuat kafka berdebar debar,tapi ketika pandangan orang2 yang aneh pada mereka ,kafka berhenti
“kenapa??”
“gak usah pegang tangan”
“lo kenapa??”
“orang2 mandang kita aneh van,jadi lepasin tangan gw”
Bukannya melepaskan revan malah makin mencengkram erat tangan kafka.
“gak usah peduliin pandangan orang2,emangnya mereka siapa?”
“tapi kan ntar kita disangka pasangan gay?”
“sejak kapan kamu peduli dengan pendapat orang,udah deh yuk masuk”
Ini adalah salah satu hal yang membuat kafka makin jatuh cinta pada revan,sudah banyak orang yang menyangka mereka pasangan gay,tapi revan sama sekali tak ambil peduli malah sering kali revan malah menambah parah gosip2 yang sudah berseliweran. Dengan sengaja revan mencium pipi kafka,kadang2 juga memegang lembut tangan kafka,bahkan tak jarang kafka sering di sexual harrasement oleh revan yang tentu saja membuat kafka marah besar dengan kejailan revan.
Semua permainan wahana di dufan mereka naiki dari yang soft seperti bianglala sampai yang hard seperti tornado atau halilintar.
Sudah 3 jam mereka ada disana,tertawa,tersenyum dan menghabiskan waktu bersama sungguh hari yang menyenangkan. Mereka bermain sampai kelelahan sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk makan siang.
Memang waktu sudah menunjukan pukul 2 siang,mereka memutuskan untuk makan siang di salah satu kafe di Jakarta sebelum melanjutkan ‘kencan’ mereka.
Tujuan kedua mereka adalah kebun binatang ragunan.
“van kenapa sih kita jalan2 kesini??mau jenguk saudara lo? ”
“sialan lo ka, ya gak lah kan jarang2 kita main kesini ka”
“iya sih tapi kenapa mesti keragunan?”
“kamu maunya kemana yang,outbond??”
“yang yang kepala kamu peyang ????lo kenapa sih van?? Dari tadi sikap lo tuh aneh banget”
“aneh gimana sih yang perasaan aku biasa aja deh”
“nah ntu pake bahasa aku-kamu bukan gw- lo belum lagi yang yang yang kenapa sih lo van??? Ada baut yang lepas di otakmu ya”
“ka,Cuma untuk hari,hari ini aja aku mau kamu dan aku kencan sebagai pasangan”
“hah???otak lo memang udah error dah van udah yuk pulang dulu kerumah kayaknya lo kurang istirahat sampai lo ngelantur kayak gitu”
“ka please,aku gak cape kok,Cuma hari ini saja aku ingin kamu jadi pacar aku….aku pingin kita jalan2 dan bersenang2…”
“kamu mau kita jadi pasangan gay beneran??”
“please ka Cuma hari ini aja”
“ya udah klo itu mau lo,gw gak tau apa yang ngebuat hari ini lo aneh banget gw bakal nurutin semua kemauan lo deh”
“klo gitu jangan panggil lo – gw lagi dung ”
“iya2 van”
“pokoknya hari ini harus jadi kenangan yang gak terlupakan buat aku dan kamu ok yang”
Kafka hanya tersenyum lembut pada sahabatnya itu,meski dia tak mengerti apa yang telah terjadi pada revan,tapi dia sunggguh senang dengan kata2 revan yang bilang klo hari ini adalah hari kencan mereka,sungguh dia bahagia meski status dia sebagai kekasih revan hanya 1 hari tapi dia ingin hari ini menjadi kenangan tak terlupakannya seumur hidupnya.
Setelah 2 jam puas ,mereka melihat2 di kebun binatang ragunan,mereka kemudian pergi lagi.
Mereka pergi nonton,main di game center,belanja,foto di fotobox sampai keliling Jakarta. Mereka habiskan waktu ini dengan bersama selayaknya pasangan yang sedang kasmaran. Kafka dan revan sudah tak peduli lagi dengan padangan aneh orang2 yang menatap mereka. Mereka ingin hari ini menjadi hari yang bahagia untuk mereka.
Tempat terakhir yang mereka kunjungi adalah puncak,disana revan ingin menunjukan bukit dimana dia dan kafka melihat banyak bintang. Diatas bukit itu mereka duduk berdua,kafka meyenderkan kepalanya di bahu revan sementara revan mengelus – elus kepala kafka dengan lembut
“yang kamu tau hari ini adalah hari yang bahagia buat aku”
“hum”
“makasih ya yang kamu udah mau nurutin kemauan egois aku yang kayak gini,aku tau kamu capek habis hiking dari gunung rinjani tapi kamu tetep mau nemenin dan ngikutin kemauan egois aku”
“iya sama2 van,hari ini aku juga seneng banget bisa bareng kamu”
“yang,kamu tau kalau aku gak ada kamu jangan sedih ya,kamu boleh nangis tapi jangan terus2an nanti aku juga ikut sedih”
“kamu ini ngomong apa sih van,ya aku sedih lah klo kamu gak ada”
“yang,kamu tau aku tuh sayang banget sama kamu…aku ingin kamu hidup bahagia aku ingin kamu terus maju kedepan apapun yang terjadi,aku akan selalu jagain kamu karena itu kamu gak usah takut sendirian yang”
“van kenapa kamu ngomong seolah-olah kamu akan pergi ninggalin aku”tanya kafka penasaran,sejak tadi perkataan revan terlalu memutar-mutar,kata2 revan seolah2 revan akan pergi dari sisinya,kafka tidak mau itu terjadi meski revan hanya menganggapnya hanya sebagi seorang sahabat dia tak mau klo sampai harus kehilangan revan.
Kafka membalikan tubuhnya dan menatap revan dengan penuh tanda tanya,revan hanya tersenyum mendengar pernyataan kekasihnya itu. Dia mengambil sesuatu dari saku celananya dan memasang kalung dengan sepasang cincin sebagai liontinnya
“ini apa van??”
“kalung ini menandakan bahwa aku pernah hadir dalam hidup kamu,bahwa aku pernah menjadi bagian dari hidup kamu,kalung ini akan selalu menjadi pengingat kamu,yang ”
“my heart is always yours,my soul will always protect u R&K”ucap kafka pelan ketika dia membaca tulisan yang ada di cincin yang di jadikan liontin itu
“cincin ini membuktikan kesetiaan cinta aku sama kamu,siapapun orang yang pernah singgah dalam hidup aku, hati aku Cuma punya kamu….dan aku akan selalu jagain kamu yang”revan menjeleskan pelan sambil menempelkan keningnya di kening kafka
“inget ya yang,kamu harus janji sama aku,kamu harus jadi orang yang bahagia,kamu harus terus melangkah kedepan jangan berhenti hanya karena aku gak ada….jangan pedulikan kata2 orang lain,kamu harus buktiin sama aku kalau kamu mampu menjadi orang yang bahagia tanpa aku…aku akan selalu jagain kamu,aku akan selalu liat kamu yang”
“van,kamu mau pergi ninggalin aku???kenapa kamu ngomong kayak gitu”
Revan hanya tersenyum dan memberikan kelingkingnya
“janji ya yang kamu harus bisa bahagia tanpa aku”
“kenapa??”
“kamu harus janji dulu”
“iya aku janji,aku akan bahagia meski tanpa kamu”balas kafka pelan lalu dia menautkan kelingkingnya di kelingking revan
“good boy….you are always be my special person and my beautiful baby for me that’s why I want u to be happiness although without me”ucap revan sambil mendekatkan wajahnya pada kafka.
Bibir mereka saling berpaut,bukan ciuman yang agresif namun ciuman lembut dimana perasaan cinta ada disana. Revan memperdalam ciumannya pada kafka masih dalam ciuman lembut,kemudian revan menyudahi ciuman itu.
“pulang yuk udah malam”
Sekitar pukul 11.30 mereka sampai dirumah kafka,revan mengantar kafka sampai depan pagar,sebelum kafka masuk rumah,revan mencium lembut kening kafka dan mengucapkan selamat tinggal pada kafka.
Malam itu adalah malam yang indah bagi revan maupun kafka,kafka begitu bahagia meski dengan perkataan revan yang aneh tapi dia bahagia. Dia bahagia karena hati revan hanya untuknya. Dan diapun terlelap dengan mimpi indahnya.
Sementara itu…..
“sudah puas”ucap tiba2 lelaki yang tiba2 muncul dihadapan revan
“iya thanks ya”
“kamu gak bilang padanya?”
“nanti dia juga akan tau”senyum revan
“kamu bahagia dengan kayak gini”
“iya aku sangat bahagia,sekali lagi makasih ya……aku gak sangka ternyata dewa kematian mau mendengarkan keegoisanku”
“aku gak mau membawamu yang penuh penyesalan,Cuma merepotkan aku nantinya….”
“bye-bye my love”
Kemudian keduanya menghilang…..
Keesokan harinya kafka bangun dengan penuh semangat menyambut hari baru di sekolahnya,dia tak sabar untuk bertemu dengan revan lagi,satu hari kemarin sungguh menyenangkan..
Sesampainya disekolah dia tidak melihat revan
‘aneh biasanya dia datang paling pagi,dia kan ketua osis harusnya dia sibukan di awal sekolah kayak gini….apa mungkin dia kesiangan’pikir kafka
Belum selesai pikiran kafka tiba2 teman2 kafka yang melihat kafka,langsung berlari dan memeluk kafka dengan erat dia tak tahu apa yang terjadi.
“ka….ini emang berat banget buat lo,tapi lo harus sabar ya ka…kita2 disini ada buat lo ka”
“kalian kenapa sih??”
“ka…..revan meninggal tadi malem”
Bagai petir di siang bolong hati kafka hancur mendengar perkataan salah satu temannya.
“jangan bercanda deh kalian”
“kita gak bercanda ka,revan meninggal tadi malem”
“ke…..kenapa…..tadi malem dia masih sama gw,kemarin bahkan kita habis main bareng”
Semua menatap kafka dengan wajah heran…
“ka…kita tau kamu pasti terpukul banget karena kematian revan tapi kamu gak boleh kayak gini”
“maksud lo apa????”
“ka,revan gak mungkin main sama lo kemarin”
“gak gw kemarin main ama dia kok”
“itu gak mungkin ka….”
“kenapa gak mungkin?”
“ka…seminggu yang lalu revan kecelakaan motor waktu dia pulang dari bogor,dan selama seminggu itu dia koma ka jadi gak mungkin kemarin dia main sama lo sementara dia aja lagi koma di rumah sakit”
Mata kafka panas airmata tak tertahankan lagi keluar dari matanya….
‘jadi ini maksud perkataan revan kemarin……’
Kafka segera berlari kerumah sakit tempat revan meninggal,tubuhnya langsung lemas ketika melihat revan telah tertutupi kain putih,dia menangis sekencang-kencangnya,perasaannya hancur melihat yang di kasihinya sudah tidak ada.
Kafka masih berdiri di pusara revan,dia masih ingin berada di dekat kekasihnya,entah ilusi atau bukan kafka melihat revan tersenyum padanya.
“keep your promise baby”bisik revan pelan sambil mencium bibir kafka kemudian bayangan revanpun menghilang,kafka tak mampu lagi membendung air matanya…
‘Kali ini saja….kali ini saja biarkan aku menangis dan bersedih van…..lalu aku akan kembali tersenyum padamu……’


Sebuah tangan besar melingkar di leher kafka,ketika dia sedang memandang foto dirinya dan revan sambil menangis….
Hembusan nafas di tengkuk kafka,dan ciuman manis di lehernya membuat dia tersadar dari lamunannya
“hari ini ultah revan ya yang??”
“iya rion,hari ini ultah revan”
“hari ini kamu mau aku temenin atau kamu sendirian ke tempat revan yang??”
“temenin aku ya yang”
“ok,tapi aku tunggu di tempat biasa ya yang,aku gak mau ganggu acara kencan kamu ama revan,nanti kalau udah selesai telepon aku aja”
“iya yang”
“kamu harus dandan yang caem yang,kan kamu mau ketemu ayang revan”
“hum”
“ok deh yang aku siapin mobil dulu ya”ucap rion sambil sekilas mencium bibir kafka.
Rion dan kafka adalah sepasang kekasih yang saling melengkapi,keduanya sama2 pernah kehilangan orang yang dicintainya sehingga keduanya saling mengisi satu sama lain.
Keduanya sepakat meski mereka saling mencintai satu sama lain tapi hati mereka tidak bisa sepenuhnya milik mereka,setengah hati mereka telah terisi dan terbawa oleh orang yang mereka cintai.
Rion oleh dafa dan kafka oleh revan.
Hanya revan yang boleh mengisi setengah hati kafka dan hanya dafa yang boleh mengisi setengah hati rion.
Rion akan membiarkan kafka melepaskan kasih sayangnya pada revan baik ketika ulang tahun revan ataupun peringatan kematian revan karena di hari itu,kafka sepenuhnya milik revan,begitu juga sebaliknya kafka akan membiarkan rion untuk melepaskan sayangnya pada dafa di hari ulang tahun dafa ataupun hari kematiannya.
Hanya kepada revanlah rion akan meperbolehkan kekasihnya itu berbagi cinta,dan hanya kepada dafalah kafka mau diduakan oleh kekasihnya.
Mereka sama2 pernah merasakan kehilangan atas orang yang dincintainya,sehingga tak ada rasa iri yang terbesit di hati mereka ketika salah satu diantara mereka tengah tenggelam dalam kisah masa lalunya atau memikirkan pasangannya di masa lalu.
Mereka saling mengerti satu sama lain,karena revan dan dafa adalah bagian dari mereka yang takkan bisa lepas dari ingatan mereka…..
‘kamu tau van,satu hari bersamamu waktu itu sungguh sangat meyenangkan untukku,dan aku sudah memenuhi janjiku untuk bahagia tanpa kamu dan terus maju kedepan…thanks van atas semua yang kamu kasih sama aku aku bahagia….i love u my other half’
“Ini sudah waktunya kamu pergi?” Panggil seorang lelaki berbaju putih itu pada seorang pemuda yang sedari tadi berdiri memandang kearah kasur dengan tatapan kosong. Di kasur itu terbaring remaja tampan,bau rumah sakit dan obat2an sangat terasa kala itu.
Remaja tampan yang terbaring di rumah sakit itu di penuhi dengan alat2 rumah sakit yang menempel di tubuhnya yang membuatnya tetap bertahan hidup.
Entah apa yang ada dipikiran pemuda itu,matanya agak sayu,dia membalikanya badannya dan memandang lelaki yang berbaju putih yang sedang menatapnya tajam. Kemudian dia tersenyum lemah pada lelaki berbaju putih.
“hari ini ya?”
“iya hari ini,kamu sudah siap semuanya?”
“hum….tapi maukah kamu mendengarkan permintaan egoisku kali ini saja?”
“baiklah”
_keesokan harinya_
‘ahhhhh akhirnya sampai juga’pikir seorang pemuda yang membanting tubuhnya kekasurnya yang empuk.
Hum liburan sekolah selama 2 seminggu benar2 menguras tenaganya,bagaimana tidak,selama 2 minggu liburannnya dia habiskan dengan hiking ke gunung rinjani. Pikiran dan tubuhnya benar2 lelah.
Sebenarnya bukan keinginannya untuk mendaki gunung rinjani yang merupakan salah satu gunung tertinggi di Indonesia,ini semua adalah perbuatan ayah dan ibunya yang merupakan seorang pecinta traveling,Yang memaksanya untuk naik ke gunung itu. Padahal dia sudah menjadwal semua kegiatannya selama 2 minggu bersama teman baiknya,tapi rencana itu batal begitu saja ketika kedua orang tuanya menyeretnya untuk ikut mendaki gunung rinjani,sehingga membuat semua rencananya berantakan begitu saja.

Selain pikiran dan tubuhnya yang lelah,hatinya juga merasa lelah. Jujur saja dia kecewa dan marah,sahabat baiknya yang berjanji akan ikut bersama mendaki rinjani membatalkan janjinya karena dia harus menyusul orang tuanya ke bogor dan tidak juga menyusulnya ke rinjani. Dia benar2 marah tapi apa boleh buat dia tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada sahabat baiknya.
‘ck daripada mikirin itu lebih baik aku tidur’ucapnya pelan,dia tak mau memikirkan yang rumit2 untuk saat ini. Seluruh tubuhnya sudah sangat lelah dia ingin tidur untuk mencharger kembali energinya yang hilang. Besok,semester awal sudah dimulai dia tak mau kesiangan hanya kelelahan yang dialaminya.
Namun belum sempat dia memejamkan matanya,tiba2 dia merasa ada tubuhnya menjadi berat dan sulit dibangunkan. Seseorang tengah mendudukinya dan dia tau siapa itu.
“please van gw cape gw mau tidur”ucapnya pelan
“lo masih marah ama gw ka?”
“tau akh”
“sori deh,gw bener2 minta maaf ama lo. Gw gak bisa nyusul lo ke rinjani soalnya nyokap ama bokap gw minta gw jemput mereka di bogor”
“brisik lo gw mau tidur”
“please maafin gw ka”
“hum”
“gini deh,sebagai permintaan maaf gw ama lo kita kencan hari ini seharian gw yang bayar”
“ikh kencan ama lo???? Gak ada asik2nya tau kencan ama lo”
“ayolah kafka,masa lo gak mau sih nemenin gw seharian ini…gw janji deh gakkan maksa lo setelah ini please…”
“hum”
“ka”
“……”
“kafka”
“……”
“WOI KAFKA”
“iya2 berisik amat sih lo,udah lo tunggu dibawah gw mau ganti baju”
“gw tunggu di bawah ya darling sayang”ucap revan sahabatnya itu sambil mengecup pipi kafka
“REVAN SARAP LO”
Revan langsung berlari setelah mencium pipi kafka,ketika revan sudah keluar dari kamar kafka,pipi kafka langsung memerah,jujur saja kafka memiliki perasaan yang seharusnya tak dimiliki oleh pria seperti dirinya. Dia mencintai sahabatnya sendiri, tentu saja dia tahu kalau dia tidak boleh memendam perasaan seperti ini apalagi pada sahabatnya sendiri. Tapi apa daya perasaannya pada sahabatnya itu sudah terlanjur tumbuh dan berkembang menjadi perasaan yang lebih dari sekedar sayang pada sahabat.

REVAN KHARISMA adalah lelaki yang selama ini selalu mengganggu pikirannya pikiran seorang kafka.
Hum klo dilihat revan memang anak yang cukup mencolok,dia adalah ketua osis,dia juga memiliki paras tampan dan tubuh yang atletis. Dengan tinggi 180 cm dan berat badan 71 kg,kulit coklat sawo matang, dengan rambut pendek dan tipis membuatnya jadi incaran para wanita. Selain badannya yang ideal revan juga memiliki otak yang cemerlang. Baru2 ini saja dia mengikuti olimpiade fisika sebagai perwakilan di sekolahnya belum lagi kemampuan olahraga dia yang tak usah diragukan lagi. Revan juga memiliki attitude yang baik sehingga dia di sukai oleh siapa saja baik lelaki maupun perempuan yang salah satunya adalah kafka.
Kafka hanyalah anak lelaki biasa yang memiliki tinggi 172 cm dan berat badan 63 kg,dia tidak memiliki kemampuan sehebat revan. Sebenarnya paras kafka cukup menawan,dia memiliki paras sebagai seorang androgini,adakalanya dia menjadi remaja lelaki yang tampan namun tak jarang juga kafka menunjukan sisi cantik dia. Paras kafka memang dapat menembus batasan antara laki2 dan wanita. Hal ini sedikit membuat kafka repot,pasalnya dia jadi sering mendapat pengakuan cinta bukan hanya dari kaum hawa tetapi juga dari kaum adam. Karena ini juga lah kepribadian kafka agak kasar dan terkesan cuek pada semua orang.

Revan tau benar sifat kafka yang satu ini,mereka sudah kenal sejak smp. Tidak mudah memang untuk revan mendekati kafka yang dingin dan kasar itu. Butuh waktu 1 tahun agar kafka mau menjadikannya sahabat baik. Kadang orang2 sekeliling mereka merasa agak aneh dengan persabatan mereka,dimana ada kafka disana ada revan begitu juga sebaliknya. Hanya revan saja yang masih bertahan dengan sikap kasar kafka. Kafka sebenarnya bukan orang yang jahat dia hanya lelah dengan pendapat orang tentang wajah androgini nya itu,jadi dia memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan orang lain kalau tidak perlu.

Karena kegigihan revan itu pula yang menyebabkan kafka menjadi jatuh cinta pada sahabatnya itu,tidak mudah bagi kafka untuk menahan perasaannya pada revan,dia tak mau persahabatnya dengan revan hancur begitu saja hanya karena dia menyatakan perasaannya pada dia,meski dia tau konsekunsi yang harus dia dia dapat adalah melihat revan pacaran dengan wanita. Kafka sudah biasa melihat temannya itu mengenalkan pacar barunya padanya,meski biasa bukan berarti dia tak sakit melihatnya.
Dengan t-shirt hitam,jaket dan celana jeans yang dikenakan,kafka segera turun kebawah menemui sahabatnya itu.
“lo tuh yak lo dandan lama banget kayak cewe”sewot revan padanya yang sudah menunggu lama,maklum saja kafka memang meiliki kebiasaan dandan yang cukup lama,kafka hanya tersenyum melihat revan. Dia tak mau bertengkar dengan revan hari ini,entahlah apa yang membuat dia berpikiran seperti itu atau mungkin karena dia sudah lelah dengan perjalanan dia hiking ke gunung rinjani dia tak tau.
“gw males berdebat ama lo van,gw lagi cape banget”
“ya udah ayo berangkat”
Revan dan kafka berjalan menuju mobil revan,kafka memasang seatbeltnya. Dan akhirnya mobil itu jalan. Selama perjalanan revan lebih banyak bicara tentang liburannya bersama orang tuanya sementara kafka lebih banyak diam. Keadaan ini memang agak kurang biasa karena biasanya kafka lah yang banyak bercerita sementara revan yang banyak diam. Mata kafka sudah tak sanggup lagi menahan kantuk,sehingga akhirnya dia tertidur.
“ka,ngomong dong masa gw sendiri yang ngoceh sendiri kayak orang gila”tanya revan,namun tak ada balasan dari kafka membuat revan melirikan matanya kea rah kafka.
Revan hanya tersenyum melihat sahabatnya itu terlelap dengan nyeyaknya
“ I know you are tired but just for this day,just one day I wanna have u”ucap revan pelan sambil menyibakan rambut kafka yang menutupi kelopak matanya.
_1 hours later_
Kafka membelalakan matanya,dia mengucek kedua matanya namun yang ada di hadapanya bukanlah ilusi semata. Sungguh dia tak menyangka kalau sahabat baiknya itu akan membawanya ke tempat ini,bagaimana kau tidak kaget ketika kamu dibangunkan dan ketika kamu membuka mata kamu sudah ada di theme park alias taman bermain dufan alias dunia fantasi.
“van….lo gak lagi mempermainkan gw kan”
“gak kok kenapa yang?”
“van otak lo gak lagi error kan”
“emang kenapa sih ,kok kayaknya lo speechless banget…ah atau jangan2 lo tersepona yang kamu terharu aku membawa ketempat gini ya yang? ”
“tersepona otakmu peyang,ngapain sih van lo ngajak gw kesini”
“kan gw udah bilang gw mau kencan ama lo”
“emang gak bisa kita jalan ke tempat lain selain dufan”
“akh lo mah kebanyakan ngomong,udah masuk aja”
Revan menarik lembut tangan kafka,tentu saja hal ini membuat kafka berdebar debar,tapi ketika pandangan orang2 yang aneh pada mereka ,kafka berhenti
“kenapa??”
“gak usah pegang tangan”
“lo kenapa??”
“orang2 mandang kita aneh van,jadi lepasin tangan gw”
Bukannya melepaskan revan malah makin mencengkram erat tangan kafka.
“gak usah peduliin pandangan orang2,emangnya mereka siapa?”
“tapi kan ntar kita disangka pasangan gay?”
“sejak kapan kamu peduli dengan pendapat orang,udah deh yuk masuk”
Ini adalah salah satu hal yang membuat kafka makin jatuh cinta pada revan,sudah banyak orang yang menyangka mereka pasangan gay,tapi revan sama sekali tak ambil peduli malah sering kali revan malah menambah parah gosip2 yang sudah berseliweran. Dengan sengaja revan mencium pipi kafka,kadang2 juga memegang lembut tangan kafka,bahkan tak jarang kafka sering di sexual harrasement oleh revan yang tentu saja membuat kafka marah besar dengan kejailan revan.
Semua permainan wahana di dufan mereka naiki dari yang soft seperti bianglala sampai yang hard seperti tornado atau halilintar.
Sudah 3 jam mereka ada disana,tertawa,tersenyum dan menghabiskan waktu bersama sungguh hari yang menyenangkan. Mereka bermain sampai kelelahan sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk makan siang.
Memang waktu sudah menunjukan pukul 2 siang,mereka memutuskan untuk makan siang di salah satu kafe di Jakarta sebelum melanjutkan ‘kencan’ mereka.
Tujuan kedua mereka adalah kebun binatang ragunan.
“van kenapa sih kita jalan2 kesini??mau jenguk saudara lo? ”
“sialan lo ka, ya gak lah kan jarang2 kita main kesini ka”
“iya sih tapi kenapa mesti keragunan?”
“kamu maunya kemana yang,outbond??”
“yang yang kepala kamu peyang ????lo kenapa sih van?? Dari tadi sikap lo tuh aneh banget”
“aneh gimana sih yang perasaan aku biasa aja deh”
“nah ntu pake bahasa aku-kamu bukan gw- lo belum lagi yang yang yang kenapa sih lo van??? Ada baut yang lepas di otakmu ya”
“ka,Cuma untuk hari,hari ini aja aku mau kamu dan aku kencan sebagai pasangan”
“hah???otak lo memang udah error dah van udah yuk pulang dulu kerumah kayaknya lo kurang istirahat sampai lo ngelantur kayak gitu”
“ka please,aku gak cape kok,Cuma hari ini saja aku ingin kamu jadi pacar aku….aku pingin kita jalan2 dan bersenang2…”
“kamu mau kita jadi pasangan gay beneran??”
“please ka Cuma hari ini aja”
“ya udah klo itu mau lo,gw gak tau apa yang ngebuat hari ini lo aneh banget gw bakal nurutin semua kemauan lo deh”
“klo gitu jangan panggil lo – gw lagi dung ”
“iya2 van”
“pokoknya hari ini harus jadi kenangan yang gak terlupakan buat aku dan kamu ok yang”
Kafka hanya tersenyum lembut pada sahabatnya itu,meski dia tak mengerti apa yang telah terjadi pada revan,tapi dia sunggguh senang dengan kata2 revan yang bilang klo hari ini adalah hari kencan mereka,sungguh dia bahagia meski status dia sebagai kekasih revan hanya 1 hari tapi dia ingin hari ini menjadi kenangan tak terlupakannya seumur hidupnya.
Setelah 2 jam puas ,mereka melihat2 di kebun binatang ragunan,mereka kemudian pergi lagi.
Mereka pergi nonton,main di game center,belanja,foto di fotobox sampai keliling Jakarta. Mereka habiskan waktu ini dengan bersama selayaknya pasangan yang sedang kasmaran. Kafka dan revan sudah tak peduli lagi dengan padangan aneh orang2 yang menatap mereka. Mereka ingin hari ini menjadi hari yang bahagia untuk mereka.
Tempat terakhir yang mereka kunjungi adalah puncak,disana revan ingin menunjukan bukit dimana dia dan kafka melihat banyak bintang. Diatas bukit itu mereka duduk berdua,kafka meyenderkan kepalanya di bahu revan sementara revan mengelus – elus kepala kafka dengan lembut
“yang kamu tau hari ini adalah hari yang bahagia buat aku”
“hum”
“makasih ya yang kamu udah mau nurutin kemauan egois aku yang kayak gini,aku tau kamu capek habis hiking dari gunung rinjani tapi kamu tetep mau nemenin dan ngikutin kemauan egois aku”
“iya sama2 van,hari ini aku juga seneng banget bisa bareng kamu”
“yang,kamu tau kalau aku gak ada kamu jangan sedih ya,kamu boleh nangis tapi jangan terus2an nanti aku juga ikut sedih”
“kamu ini ngomong apa sih van,ya aku sedih lah klo kamu gak ada”
“yang,kamu tau aku tuh sayang banget sama kamu…aku ingin kamu hidup bahagia aku ingin kamu terus maju kedepan apapun yang terjadi,aku akan selalu jagain kamu karena itu kamu gak usah takut sendirian yang”
“van kenapa kamu ngomong seolah-olah kamu akan pergi ninggalin aku”tanya kafka penasaran,sejak tadi perkataan revan terlalu memutar-mutar,kata2 revan seolah2 revan akan pergi dari sisinya,kafka tidak mau itu terjadi meski revan hanya menganggapnya hanya sebagi seorang sahabat dia tak mau klo sampai harus kehilangan revan.
Kafka membalikan tubuhnya dan menatap revan dengan penuh tanda tanya,revan hanya tersenyum mendengar pernyataan kekasihnya itu. Dia mengambil sesuatu dari saku celananya dan memasang kalung dengan sepasang cincin sebagai liontinnya
“ini apa van??”
“kalung ini menandakan bahwa aku pernah hadir dalam hidup kamu,bahwa aku pernah menjadi bagian dari hidup kamu,kalung ini akan selalu menjadi pengingat kamu,yang ”
“my heart is always yours,my soul will always protect u R&K”ucap kafka pelan ketika dia membaca tulisan yang ada di cincin yang di jadikan liontin itu
“cincin ini membuktikan kesetiaan cinta aku sama kamu,siapapun orang yang pernah singgah dalam hidup aku, hati aku Cuma punya kamu….dan aku akan selalu jagain kamu yang”revan menjeleskan pelan sambil menempelkan keningnya di kening kafka
“inget ya yang,kamu harus janji sama aku,kamu harus jadi orang yang bahagia,kamu harus terus melangkah kedepan jangan berhenti hanya karena aku gak ada….jangan pedulikan kata2 orang lain,kamu harus buktiin sama aku kalau kamu mampu menjadi orang yang bahagia tanpa aku…aku akan selalu jagain kamu,aku akan selalu liat kamu yang”
“van,kamu mau pergi ninggalin aku???kenapa kamu ngomong kayak gitu”
Revan hanya tersenyum dan memberikan kelingkingnya
“janji ya yang kamu harus bisa bahagia tanpa aku”
“kenapa??”
“kamu harus janji dulu”
“iya aku janji,aku akan bahagia meski tanpa kamu”balas kafka pelan lalu dia menautkan kelingkingnya di kelingking revan
“good boy….you are always be my special person and my beautiful baby for me that’s why I want u to be happiness although without me”ucap revan sambil mendekatkan wajahnya pada kafka.
Bibir mereka saling berpaut,bukan ciuman yang agresif namun ciuman lembut dimana perasaan cinta ada disana. Revan memperdalam ciumannya pada kafka masih dalam ciuman lembut,kemudian revan menyudahi ciuman itu.
“pulang yuk udah malam”
Sekitar pukul 11.30 mereka sampai dirumah kafka,revan mengantar kafka sampai depan pagar,sebelum kafka masuk rumah,revan mencium lembut kening kafka dan mengucapkan selamat tinggal pada kafka.
Malam itu adalah malam yang indah bagi revan maupun kafka,kafka begitu bahagia meski dengan perkataan revan yang aneh tapi dia bahagia. Dia bahagia karena hati revan hanya untuknya. Dan diapun terlelap dengan mimpi indahnya.
Sementara itu…..
“sudah puas”ucap tiba2 lelaki yang tiba2 muncul dihadapan revan
“iya thanks ya”
“kamu gak bilang padanya?”
“nanti dia juga akan tau”senyum revan
“kamu bahagia dengan kayak gini”
“iya aku sangat bahagia,sekali lagi makasih ya……aku gak sangka ternyata dewa kematian mau mendengarkan keegoisanku”
“aku gak mau membawamu yang penuh penyesalan,Cuma merepotkan aku nantinya….”
“bye-bye my love”
Kemudian keduanya menghilang…..
Keesokan harinya kafka bangun dengan penuh semangat menyambut hari baru di sekolahnya,dia tak sabar untuk bertemu dengan revan lagi,satu hari kemarin sungguh menyenangkan..
Sesampainya disekolah dia tidak melihat revan
‘aneh biasanya dia datang paling pagi,dia kan ketua osis harusnya dia sibukan di awal sekolah kayak gini….apa mungkin dia kesiangan’pikir kafka
Belum selesai pikiran kafka tiba2 teman2 kafka yang melihat kafka,langsung berlari dan memeluk kafka dengan erat dia tak tahu apa yang terjadi.
“ka….ini emang berat banget buat lo,tapi lo harus sabar ya ka…kita2 disini ada buat lo ka”
“kalian kenapa sih??”
“ka…..revan meninggal tadi malem”
Bagai petir di siang bolong hati kafka hancur mendengar perkataan salah satu temannya.
“jangan bercanda deh kalian”
“kita gak bercanda ka,revan meninggal tadi malem”
“ke…..kenapa…..tadi malem dia masih sama gw,kemarin bahkan kita habis main bareng”
Semua menatap kafka dengan wajah heran…
“ka…kita tau kamu pasti terpukul banget karena kematian revan tapi kamu gak boleh kayak gini”
“maksud lo apa????”
“ka,revan gak mungkin main sama lo kemarin”
“gak gw kemarin main ama dia kok”
“itu gak mungkin ka….”
“kenapa gak mungkin?”
“ka…seminggu yang lalu revan kecelakaan motor waktu dia pulang dari bogor,dan selama seminggu itu dia koma ka jadi gak mungkin kemarin dia main sama lo sementara dia aja lagi koma di rumah sakit”
Mata kafka panas airmata tak tertahankan lagi keluar dari matanya….
‘jadi ini maksud perkataan revan kemarin……’
Kafka segera berlari kerumah sakit tempat revan meninggal,tubuhnya langsung lemas ketika melihat revan telah tertutupi kain putih,dia menangis sekencang-kencangnya,perasaannya hancur melihat yang di kasihinya sudah tidak ada.

Kafka masih berdiri di pusara revan,dia masih ingin berada di dekat kekasihnya,entah ilusi atau bukan kafka melihat revan tersenyum padanya.

“keep your promise baby”bisik revan pelan sambil mencium bibir kafka kemudian bayangan revanpun menghilang,kafka tak mampu lagi membendung air matanya…
‘Kali ini saja….kali ini saja biarkan aku menangis dan bersedih van…..lalu aku akan kembali tersenyum padamu……’


Sebuah tangan besar melingkar di leher kafka,ketika dia sedang memandang foto dirinya dan revan sambil menangis….

Hembusan nafas di tengkuk kafka,dan ciuman manis di lehernya membuat dia tersadar dari lamunannya...

“hari ini ultah revan ya yang??”
“iya rion,hari ini ultah revan”
“hari ini kamu mau aku temenin atau kamu sendirian ke tempat revan yang??”
“temenin aku ya yang”
“ok,tapi aku tunggu di tempat biasa ya yang,aku gak mau ganggu acara kencan kamu ama revan,nanti kalau udah selesai telepon aku aja”
“iya yang”
“kamu harus dandan yang caem yang,kan kamu mau ketemu ayang revan”
“hum”
“ok deh yang aku siapin mobil dulu ya”ucap rion sambil sekilas mencium bibir kafka.

Rion dan kafka adalah sepasang kekasih yang saling melengkapi,keduanya sama2 pernah kehilangan orang yang dicintainya sehingga keduanya saling mengisi satu sama lain.

Keduanya sepakat meski mereka saling mencintai satu sama lain tapi hati mereka tidak bisa sepenuhnya milik mereka,setengah hati mereka telah terisi dan terbawa oleh orang yang mereka cintai.cRion oleh dafa dan kafka oleh revan.

Hanya revan yang boleh mengisi setengah hati kafka dan hanya dafa yang boleh mengisi setengah hati rion.

Rion akan membiarkan kafka melepaskan kasih sayangnya pada revan baik ketika ulang tahun revan ataupun peringatan kematian revan karena di hari itu,kafka sepenuhnya milik revan,begitu juga sebaliknya kafka akan membiarkan rion untuk melepaskan sayangnya pada dafa di hari ulang tahun dafa ataupun hari kematiannya.

Hanya kepada revanlah rion akan meperbolehkan kekasihnya itu berbagi cinta,dan hanya kepada dafalah kafka mau diduakan oleh kekasihnya.

Mereka sama2 pernah merasakan kehilangan atas orang yang dincintainya,sehingga tak ada rasa iri yang terbesit di hati mereka ketika salah satu diantara mereka tengah tenggelam dalam kisah masa lalunya atau memikirkan pasangannya di masa lalu.

Mereka saling mengerti satu sama lain,karena revan dan dafa adalah bagian dari mereka yang takkan bisa lepas dari ingatan mereka…..

‘kamu tau van,satu hari bersamamu waktu itu sungguh sangat meyenangkan untukku,dan aku sudah memenuhi janjiku untuk bahagia tanpa kamu dan terus maju kedepan…thanks van atas semua yang kamu kasih sama aku aku bahagia….i love u my other half’ 

THE END